22 - Gak Waras!

49 9 2
                                    

"Kita naik ini?" Kyna menatap motor bebek tua Aka dengan keheranan.

"Kenapa? Ada masalah? Lo gak mau naik motor bebek butut?" Daripada menjawab, Aka justru bertanya balik. Sejujurnya, cowok itu tidak menyangka kalau reaksi Kyna akan seperti ini.

"Mobil lo kemana?" Kini, mata Kyna beralih menatap si pengendara motor, bukan lagi pada motor bebek tua yang sudah tampak ringkih itu.

"Jadi, seorang Kyna Almira maunya naik mobil aja? Gak nyangka ternyata lo cewek yang kayak gitu, Kyn."

Mendengar tuduhan Aka yang melukai harga dirinya, Kyna pun memukul bahu cowok itu cukup keras. Kyna jelas marah dan kesal. Cewek itu bahkan hampir menangis menahan amarahnya.

"Kok, lo mikirnya gitu, sih? Gue kan cuma tanya, karena gak biasanya lo pakai motor peninggalan bokap lo ini keluar jauh dari kompleks. Kenapa lo jadi nuduh gue yang enggak-enggak?"

Mendengar nada suara Kyna yang semakin meninggi dan bergetar, Aka jadi merasa bersalah. Ia pun segera menyerahkan helm yang akan digunakan cewek itu. Meskipun Aka merasa ragu karena kemungkinan besar Kyna sudah tidak mood diantarkan olehnya, tapi setidaknya ia tetap berusaha.

"Maaf, Kyn. Iya, gue keterlaluan udah salah paham. Jangan marah, ya. Jangan batalin berangkat sama gue, ya?" Aka memasang wajah imut di balik kaca helm yang sudah dibukanya, berharap Kyna mau memaafkannya.

Cewek di hadapannya diam sebentar. Setelah mengembuskan napas panjang untuk mengurangi amarahnya, Kyna pun menerima helm dari tangan Aka, kemudian segera mengenakannya tanpa banyak bicara. Walaupun masih kesal setengah mati, tapi Kyna tetap menerima bantuan Aka untuk mengancingkan dengan benar helm berwarna merah muda yang biasa dikenakan adik perempuan Aka itu.

Setelah helmnya terpasang sempurna, Kyna segera naik ke motor bebek hitam klasik dengan sekali gerakan. Tak seperti menaiki motor besar milik Ganendra, motor bebek Aka tak membuat Kyna kesulitan sama sekali. Dengan langkah besar, gadis bertubuh mungil itu sukses menaikinya dengan aman.

"Majuan kali, di ujung banget duduknya." Aka yang menyadari Kyna memberi jarak duduk sangat banyak di belakangnya pun protes.

"Gak usah genit," jawab Kyna ketus.

"Bukan gitu. Kalau lo duduknya terlalu di ujung, gue susah jaga keseimbangannya. Badan lo juga mungil, ntar pas tikungan lo-nya mental gimana?" Aka mencoba menjelaskan agar Kyna tak salah paham.

Cowok itu melirik spion bagian kiri yang dia arahkan tepat pada wajah Kyna. Tampak gadis itu berpikir-pikir sebentar dengan raut wajah yang masih ditekuk, sebelum kemudian menggeser posisi duduknya lebih ke depan. Merasakan posisi duduk penumpangnya sudah diperbaiki, Aka pun segera menyalakan mesin motornya dan mulai memacu kendaraan tua itu perlahan-lahan.

Perjalanan mereka hingga keluar kompleks hanya diwarnai keheningan. Jujur saja suasananya jadi canggung dan Aka menyesali perkataannya yang membuat Kyna marah seperti ini. Diam-diam, Aka mencari cara untuk mencairkan suasana dan cowok itu pun menemukan caranya.

"Kyn, lo ...." Suara Aka yang tidak terlalu keras ditambah bunyi kendaraan lain yang menderu-deru di jalan raya membuat Kyna tak bisa mendengarnya. Untuk sesaat, cewek itu lupa akan kekesalannya dan mencoba mendengarkan apa yang dikatakan Aka dengan seksama.

"Apa? Lo ngomong apa?" Kyna berteriak, berharap Aka bisa mengulangi kata-katanya.

"Itu, gue bilang ...." Lagi-lagi, Kyna hanya bisa mendengar bagian awal kalimat Aka.

"What? Sumpah suara lo gak kedengeran. Bisa kencengan dikit gak sih volume-nya?" Kini cewek itu mencondongkan tubuhnya lebih ke depan. Posisi wajahnya kini tepat di samping telinga kiri Aka. Jarak duduk mereka semakin kecil, bahkan hampir saling menempel satu sama lain.

Tanpa aba-aba, Aka melepas tangan kirinya dari stang motor, kemudian menarik tangan Kyna untuk melingkar di pinggangnya. Cowok itu juga melakukan hal yang sama pada tangan kanan Kyna. Membuat posisi cewek itu seperti memeluknya dari belakang.

"Gue bilang ... lo harus pegangan, biar gak jatoh." Aka tersenyum jahil memperhatikan wajah Kyna yang tampak terkejut dari spion motornya.

Aka gak waras! Kyna membeku.

***

"Lo tau gak sih kalau sekarang lo gak ada bedanya sama stalker?" Ganendra berbicara pada dirinya sendiri. Sudah hampir satu jam cowok itu sibuk mengusap layar ponselnya. Bukan, ia bukan sedang bermain games seperti yang biasa dilakukannya, melainkan sedang membuka sosial media yang dimilikinya.

Semua yang dilakukannya kini dipicu oleh munculnya sebuah nama yang membuatnya penasaran. Ya, nama Aka, sahabat kecil Kyna. Nama itu memang terdengar seperti nama cowok. Namun, entah kenapa Ganendra berharap sahabat kecil Kyna itu seorang cewek. Tiba-tiba, Ganendra merasa tidak rela kalau Kyna dekat dengan cowok lain, meskipun cowok itu hanya berstatus sebagai sahabat saja.

"Kata orang, antara cowok dan cewek itu mustahil kalau gak ada perasaan cinta di sana." Ganendra masih bergumam sendiri. "Tadinya gue menyangkal pernyataan itu. Tapi sekarang, gue ngerasa kata-kata itu ada benarnya," lanjut Ganendra.

Cowok itu memulai kegiatan stalking-nya dari Facebook. Lewat sosial media tersebut, Ganendra punya akses lebih bebas karena akun Ganendra dan Kyna sudah lama berteman. Sayangnya, Ganendra tidak pernah memperhatikan postingan cewek itu. Sialnya, entah ada postingan yang dihapus atau memang Kyna bukanlah tipe cewek yang hobi update status tiap menit, tak banyak informasi yang bisa Ganendra dapat dari sana.

Aneh, kalau memang mereka bersahabat dari kecil, kenapa Kyna jarang posting foto Aka? batin Ganendra.

Bukan tidak ada sama sekali. Nama Aka memang beberapa kali disebutkan Kyna, terutama saat cewek itu berulang tahun. Sepertinya, sosok bernama Aka itu tidak pernah melewatkan hari kelahiran Kyna dan selalu memberi cewek itu hadiah. Hadiah-hadiah itulah yang justru Kyna upload fotonya. Namun, perihal sosok Aka, Ganendra belum bisa menemukannya.

Update status Facebook Kyna berhenti setidaknya satu tahun terakhir. Mungkin cewek itu mulai meninggalkan sosial media yang satu ini dan beralih menggunakan sosial media lain yang lebih kekinian. Entahlah, Ganendra hanya menebak, dan tidak tahu pasti.

"Apa gue coba cari akun instagramnya? Apa segitu keponya gue sampai stalking sejauh ini?" Ganendra tersenyum sinis, tak habis pikir dengan kelakuannya sendiri yang benar-benar bukan seperti dirinya. Di sisi lain, cowok itu merasa sedang melakukan hal bodoh dan ingin berhenti. Namun, setengah hatinya tetap ingin melakukannya karena rasa ingin tahu yang sudah tetlalu besar.

Ternyata rasa penasaran bisa bikin seseorang jadi gila. Ah, nggak! Bukan seseorang, tapi bikin "gue" jadi gila. Ganendra yang sudah merasa kehilangan kewarasannya itu tetap membuka akun instagram yang setahun belakangan digunakannya untuk urusan pekerjaan.

Notifikasi yang sangat banyak di akun tersebut tidak membuat Ganendra kehilangan fokus awalnya. Pria itu dengan tergesa langsung mencari akun Kyna dengan mengetikkan nama lengkap cewek itu. Kurang dari satu detik, sebuah akun dengan foto profil cewek yang dicarinya pun muncul. Dengan penuh semangat, Ganendra segera menekan nama akun itu. Ia sudah tak sabar ingin mencari tahu bagaimana rupa sahabat kecil Kyna.

"Ah! Sial!" Ganendra berteriak frustrasi ketika sebuah kalimat terpampang di layar ponselnya ... "This account is private"

***

[bersambung]

Love Speedometer (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang