34 - Salah Paham

86 10 2
                                    

"Duh, jadi telat, deh." Kyna melihat jam pada ponselnya.

Gara-gara Ganendra, Kyna harus telat sepuluh menit dari waktu janji bertemunya dengan Aka. Cewek itu kini merasa tidak enak karena pasti Aka sudah menunggunya sedari tadi. Bahkan mungkin, Aka sudah sampai sebelum kelas terakhirnya usai.

"Semoga Aka gak bete sama gue," harapnya.

Kyna terlihat khawatir sambil celingukkan mencari mobil Aka. Cewek itu baru akan menghubungi dan bertanya posisi Aka, sebelum kemudian dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang memegang sebelah tangannya. Menghentikan tangan itu sampai ke telinganya yang sudah siap untuk melakukan panggilan telepon.

"Nelpon siapa? Gue?"

Kyna berbalik dan mendapati Aka sudah berdiri di belakangnya. Kyna sempat terkejut dan bertanya-tanya dari mana cowok itu datang, karena sepertinya Aka datang bukan dari arah parkiran.

"Loh? Lo abis dari mana? Parkiran kan di sana." Kyna menunjuk arah lain. "Jangan bilang lo gak sabaran nunggu gue terus nyari di gedung fakultas." Cewek itu menatap Aka penuh selidik.

"Yee, pede banget lo." Aka mengelak. "Gue abis ke toilet."

Tentu saja Aka berbohong. Ia tidak ingin Kyna tahu bahwa dirinya baru saja menguping separuh pembicaraan cewek itu dengan Ganendra. Ya, hanya separuh. Aka segera pergi sebelum Kyna menjawab pernyataan cinta Ganendra. Rasanya, Aka tidak sanggup mendengar jawaban Kyna setelah cewek itu mengakui bahwa memang ada yang spesial di antara dirinya dan Ganendra.

"Jadi, kita mau ke mana?" Kyna bertanya tiba-tiba.

"Hah?" Aka tidak siap menjawab. "Ke mana apanya?"

Kyna mengernyitkan dahi, merasa bingung. "Kan, katanya mau ngajakin gue ke suatu tempat dulu sebelum balik. Lo lupa? Perlu gue tunjukin isi chat lo tadi siang?" Kyna membuka aplikasi chat di ponselnya dan menunjukkan isi pesan Aka. "Nih!"

"Oh, iya, ya." Aka tertawa canggung sambil menggaruk belakang kepalanya. Pernyataan cinta Ganendra pada Kyna ternyata tidak hanya membuat hatinya kacau, tapi isi kepalanya pun ikut berantakan.

Siang tadi, Aka memang ingin mengajak Kyna ke suatu tempat. Bukan tempat yang spesial, itu hanya kedainya. Aka meminta pegawainya untuk mendekorasi rooftop kedai untuk membuat kejutan kecil bagi Kyna. Aka merasa pernyataan cintanya di mobil semalam tidak spesial sama sekali, maka dari itu Aka berniat mengulangnya di sana.

"Gimana? Jadi, kan?" Kyna sepertinya sangat bersemangat untuk pergi, sementara Aka terlihat ragu karena mood-nya sudah hancur.

"Hmm, gimana, ya?" Aka mempertimbangkan. "Kayaknya gak jadi, deh."

"Yah ... kenapa?" Kyna tampak kecewa.

"Lain kali aja, deh. Tiba-tiba gue capek. Yuk, pulang." Aka cepat-cepat memalingkan wajahnya. Ia tidak ingin Kyna tahu kalau dirinya kini dilanda patah hati.

***

Ada yang aneh. Pasti ada apa-apa, deh. Kyna merenung di depan televisi yang menyala ketika dirinya sudah selesai membersihkan diri.

Hari ini, Aka benar-benar bertingkah aneh. Cowok itu bukan tipe yang akan mengubah rencana begitu saja, apa lagi dengan alasan yang tidak mendesak seperti tadi. Belum lagi, sikap Aka yang menjadi lebih pendiam saat perjalanan pulang. Tingkahnya persis seperti malam kemarin, membuat Kyna merasa cowok itu pasti sedang memikirkan sesuatu dan mood-nya sedang tidak baik.

Tapi, apa, ya? Kyna mengacak-acak rambutnya, merasa bingung sendiri.

Padahal hari ini, dirinya sudah siap akan memberi jawaban atas pertanyaan Aka semalam. Kyna pikir, Aka mengajaknya pergi untuk membuat momen yang bagus bagi mereka berdua untuk membicarakannya.

Love Speedometer (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang