3 - Salah Tingkah

164 30 12
                                    

Kyna sibuk menyamarkan lingkaran hitam kantung matanya dengan beberapa produk make-up yang berjajar cantik di meja riasnya. Hal ini harus ia lakukan karena semalam jam tidur cewek itu kurang dari biasanya. Kyna baru benar-benar terlelap sekitar pukul 02.00 dini hari, kemudian bangun kembali sekitar pukul 04. 50 untuk beribadah. Kyna memang tidak terbiasa tidur lagi setelah itu, seberapa pun mengantuk dirinya.

Salah satu alasan Kyna tidur terlambat adalah ia harus mengerjakan tugas individu kuliahnya yang menumpuk dan baru berhasil diselesaikannya sekitar tengah malam. Meskipun hari ini akhir pekan, Kyna memang paling benci jika hari liburnya harus diisi dengan mengerjakan tugas kuliah. Sudah menjadi kebiasaannya selalu mengerjakan tugas secepat yang ia mampu agar bisa memaksimalkan hari liburnya untuk beristirahat atau bermain bersama teman-temannya.

Selain karena alasan itu, Kyna juga sulit untuk tidur karena ucapan Aka kemarin. Kyna tidak menyangka ajang curhatnya justru berubah menjadi ajang pengakuan cinta Aka kepadanya. Kyna sendiri masih ragu, apakah Aka serius atau hanya bercanda. Karena cowok itu hanya tersenyum sambil mengangkat bahu saat ia menanyakannya. Benar-benar situasi yang aneh dan sulit terbaca.

"Ah! Gara-gara Aka, nih. Nyebelin!" Kyna menggerutu sambil mengoleskan lip tint untuk menyempurnakan penampilannya hari ini.

Namanya ... Kyna Almira. Kata-kata Aka semalam terus menggema di kepalanya.

"Huuaaah!" Tanpa sadar Kyna berteriak. Teriakannya cukup keras sampai membuat sang mama terkejut, hingga menerobos ke kamar putrinya itu tanpa aba-aba.

"Apa? Kamu kenapa?" Sang mama terlihat panik. Wanita itu menekan pipi anaknya dengan kedua tangan, lalu memerhatikan dengan seksama. "Kamu sakit? Mana yang sakit?"

Melihat kepanikan sang mama, Kyna jadi ikut panik. Berbeda dengan mamanya, kepanikan Kyna justru disebabkan oleh dirinya yang bingung memikirkan jawaban paling tepat untuk menghilangkan kekhawatiran wanita di hadapannya itu.

"E-eh? Hmm, itu ... tadi ada kecoa terbang." Kyna memberikan satu-satunya jawaban yang terlintas begitu saja dalam kepalanya saat ini.

"Ya ampun, kirain kenapa. Teriak pagi-pagi kayak gitu, nanti dikira ada KDRT di rumah kita sama tetangga gimana?" Sang mama menggeleng, tidak habis pikir dengan tingkah anak gadisnya. "Lagian kok kamar anak perempuan bisa ada kecoa? Kamu pasti jorok, deh. Pokoknya pulang dari rumah Sisi nanti kamu harus bersih-bersih. Mama gak mau tau!"

Kyna terdiam sejenak, merasa menyesal telah membuat alasan dengan kecoa terbang khayalannya. Sial! Kenapa gue gak kepikiran hal lain selain kecoa terbang, sih? batinnya.

"Loh? Kok diam?" Sang mama masih berdiri di sampingnya, seperti seorang komandan yang menunggu jawaban anak buahnya.

"Iya, Ma. Siap! Laksanakan!" Kyna menjawab tegas, kemudian kembali becermin, mengerucutkan bibirnya untuk menyempurnakan olesan lip tint-nya.

"Eh iya, Mama gak bikin sarapan. Makan roti aja, ya. Olesin selai sendiri." Setelah memastikan anak kesayangannya baik-baik saja, sang mama pun segera meninggalkan kamar Kyna.

Selain menjadi hari libur bagi Kyna dan sang papa, akhir pekan juga menjadi hari libur bagi mamanya membuatkan sarapan. Sebagai gantinya, wanita itu menyediakan roti untuk suami dan putri tunggalnya. Kyna memang jarang sarapan di hari libur, tapi hari ini pengecualian karena ia harus pergi ke rumah Sisi untuk menyelesaikan tugas kelompok mereka.

"Kalau bukan karena tugas Pak Iwan yang harus dikumpul hari Senin, males banget gue hari libur gini ngerjain tugas. Hih!" gerutunya.

Setelah berputar beberapa kali di depan cermin besar yang menempel pada lemari pakaiannya dan memastikan penampilannya telah sempurna, Kyna kemudian beranjak menuju dapur untuk membuat sarapannya sendiri. Saat itulah Kyna melihat sang papa tengah asyik mengoleskan selai kacang pada selembar roti di tangannya.

Love Speedometer (Completed) Onde histórias criam vida. Descubra agora