5 - Siapa?

126 24 5
                                    

"Sayang, Mama sama Papa tadi dapat kabar kalau Tante Lira pingsan, masuk rumah sakit. Kita langsung pergi buat jenguk. Tapi karena buru-buru, Mama malah lupa nitipin kunci ke Bundanya Aka. Kalau kamu pulang, main dulu aja ya ke rumah Aka. Mungkin Mama sama Papa bakal pulang malam."

Kyna menunjukkan isi chat sang mama pada Joana yang ingin tahu kenapa Kyna tiba-tiba ingin ikut pulang bersamanya. Setelah membaca chat itu, Joana hanya mengangguk-angguk sambil menyeruput ice coffee pesanannya yang baru saja diantarkan oleh mas pramusaji yang menurut Joana terlihat imut.

"Nah, terus kenapa lo gak ke rumah ... siapa tuh? Aka? Dia siapa? Tetangga lo?" Joana memulai percakapan.

"Iya, tetangga. Gue lagi males aja ke rumah dia." Kyna menjawab tanpa minat.

"Hmm, bosan, ya? Tapi bagus deh, gue jadi ada teman kelayapan." Joana terlihat sumringah.

Mendengar itu, Kyna hanya merespons dengan menunjukkan deretan gigi depannya untuk mengiakan. Padahal, alasan Kyna enggan ke rumah Aka bukan sekedar karena bosan.

Meskipun Kyna sudah memutuskan untuk bersikap biasa saja di depan Aka, tapi nyatanya itu bukan hal mudah baginya. Kalau bertemu Aka secara tidak sengaja mungkin tidak masalah, tapi kalau harus sengaja berlama-lama mengobrol seperti biasanya, Kyna masih merasa tidak nyaman.

"Lo sendiri kok tumben gak jalan sama Rendy? Biasanya tiap weekend kalian jalan, kan?" Kyna mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Eh? Emang gue belom cerita, ya? Dia lagi keluar kota buat penelitian beberapa minggu. Kan doi udah semester akhir."

"Wah, kalian LDR-an, dong? Hati-hati, nanti si Rendy kecantol cewek lain loh di sana." Kyna iseng meledek.

"Dih, jahat banget lo. Amit-amit, jangan sampe deh." Joana mengepalkan tangan kanannya, mengetuk kepala, lalu mengetuk meja café beberapa kali. Gesture yang khas dilakukan masyarakat Indonesia saat lawan bicara melontarkan kata-kata yang mengandung kesialan atas dirinya.

"Oh iya, ngomong-ngomong, lo sama Rendy udah berapa lama, sih?"

Pertanyaan dari mulut Kyna itu tentu membuat Joana terkejut. Pasalnya, Kyna paling anti membicarakan topik yang berkaitan dengan hubungan asmara seperti apa yang baru ditanyakannya saat ini. Bagi Joana, rasanya bukan Kyna banget.

"Hah? O-oh, berapa lama ya?" Karena terkejut, Joana jadi tergagap. "Udah mau dua tahun kayaknya." Meskipun merasa aneh, Joana tetap menjawab seperti pertanyaan itu normal saja terlontar dari mulut sahabatnya itu.

"Lumayan juga, ya." Kyna menyelingi kata-katanya dengan menyeruput ice coffee miliknya. "Kalau boleh tau, awalnya gimana, Jo?"

Kali ini Joana benar-benar tidak bisa menahan ekspresi keheranannya. Cewek itu hampir tersedak saking terkejutnya. "Bentar, bentar. Gue gak keberatan cerita. Tapi, kok, rasanya aneh ya? Seorang Kyna yang anti topik beginian tiba-tiba nanyain. Ada apa sih, Kyn? Lo lagi suka sama cowok?"

Pertanyaan Joana yang cukup menyelidik dan tepat sasaran itu tentu saja membuat Kyna jadi salah tingkah. Wajahnya pun seketika berubah kemerahan. Joana yang menyadari perubahan sikap Kyna itu hanya tersenyum tipis. Tidak mau membuat Kyna merasa semakin tidak nyaman, Joana pun cepat-cepat menceritakan apa yang ingin Kyna dengar.

"Jadi gini, gue sama Rendy sebenarnya udah kenal lama dan lumayan akrab. Tapi, selama itu gue anggap dia sebagai teman aja. Bahkan gue sering curhat masalah gue sama si mantan ke dia. Lo pasti setuju, deh, kalau curhat sama cowok itu rasanya lebih aman. Rahasia lo gak bakal gampang bocor."

Kyna tidak menjawab, ia hanya mengangguk setuju. Kyna tahu betul maksud Joana. Itulah yang ia rasakan pada Aka selama ini. Teman curhat yang bisa dipercaya.

Love Speedometer (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang