30 - Perjelas!

63 11 2
                                    

"Hari ini kenapa, sih?"

Kyna menatap kosong langit-langit kamarnya. Cewek itu merasa hari ini hidupnya tidak nyata dan persis seperti tokoh dalam novel romantis atau drama korea favoritnya. Mulai dari dijodoh-jodohkan dengan Ganendra oleh kedua teman jahilnya, hingga insiden di restoran Pizza yang melibatkan dirinya, Ganendra dan Aka.

Dari semua kejadian yang tidak pernah dibayangkan Kyna akan terjadi pada hidupnya ini, yang paling membuatnya syok adalah soal pengakuan Aka di warung mie tadi. Seperti biasa, Kyna tak menganggap serius kata-kata cowok itu. Bukannya kata-kata Aka tidak bisa dipercaya, tapi karena Kyna memilih untuk tidak terbawa perasaannya sendiri dan berakhir canggung nantinya.

"Kenapa lo harus cemburu? Emang lo siapa gue?" Kyna ingat mengatakan hal itu pada Aka yang kemudian tampak menjatuhkan bahunya. Sebenarnya, Kyna menanyakan hal itu dengan nada bercanda, tapi ternyata efeknya pada Aka membuat raut wajah cowok itu mendadak muram.

"Iya, ya. Emang gue siapa lo?" Aka berkata lirih, tapi Kyna bisa mendengarnya.

"Lagian itu cuma tantangan dari permainan truth or dare buat ngisi waktu nunggu pesanan pizza, kok. Gue harus pasang foto itu sampai tengah malam hari ini."

"Serius?" Aka membelalak, sementara Kyna hanya mengangguk sebagai jawaban.

Mendengar penjelasan Kyna, tiba-tiba wajah Aka menjadi cerah kembali. Cowok itu juga melahap mie goreng seafood-nya dengan semangat sampai lupa kalau mie itu baru diangkat dari wajan, membuat lidahnya terasa terbakar.

Tapi, besok gue harus jawab apa? Kyna merenung. Cewek itu teringat pertanyaan Aka saat mereka sudah sampai di depan gerbang rumahnya.

"Kyn, tunggu, gue kepikiran sesuatu." Aka menahan Kyna yang baru akan keluar dari mobilnya.

"Apa?"

"Menurut lo, apa gue gak pantes cemburu kalau lo tiba-tiba punya pacar?"

Kyna mengerutkan dahinya. Ia merasa bingung dengan maksud dan tujuan dari pertanyaan Aka itu. Namun, Kyna pada akhirnya tetap menjawabnya setelah berpikir sejenak. "Ya ... gimana, ya? Agak aneh aja, kenapa sebagai sahabat gue, lo harus cemburu? Ah, apa karena gue bakal jarang main sama lo? Tenang aja, gue bakal tetap main sama lo, kok, meskipun suatu saat nanti gue punya pacar." Kyna tertawa.

"Lo pikir gitu? Sebagai sahabat, bakal aneh kalau gue cemburu?" Aka mengulang pernyataan Kyna dengan kalimat yang lebih sederhana sambil menatap serius cewek itu.

"Ya," Kyna menjawab singkat sambil mengangguk.

Aka mengetuk-ngetukan jarinya di kemudi mobil yang sudah terparkir, sementara Kyna masih duduk menunggu karena sepertinya Aka masih akan mengatakan sesuatu padanya. "Ada lagi? Gue boleh pulang sekarang?"

"Bentar," Aka kembali menahan Kyna, kali ini cowok itu menggenggam tangan kanan cewek itu. "Karena menurut lo bakal aneh gue cemburu sebagai sahabat, kalau gitu gue mau hubungan kita lebih dari sahabat."

Kyna membelalak. Jantungnya berdetak cepat. Ini benar-benar di luar dugaannya. Apa ini pernyataan cinta lagi? Apa yang kali ini Aka serius?

"Ka, jangan bercanda." Kyna berusaha meloloskan tangannya dari genggaman Aka, tapi Aka justru semakin mengetatkan genggamannya.

"Jadi selama ini lo gak anggap serius perasaan gue, ya? Lo gak ingat soal bahasan kita malam itu? Soal speedometer cinta ... soal nama cewek yang gue suka ... lo pikir itu bercanda?" Aka menanti jawaban Kyna, tapi cewek itu tampaknya tidak berniat menjawab. "Gue serius, Kyn."

Kyna masih terdiam menatap Aka. Ia benar-benar bingung harus bicara apa. Aka yang menyadari kebingungan Kyna akhirnya menyerah. Ia pun melepaskan genggamannya dan menyilakan Kyna untuk pulang dan beristirahat.

"Yaudah, lo istirahat dulu. Gue gak maksa lo jawab sekarang. Tapi, gue gak mau digantung kayak sebelumnya." Aka berkata tegas. "Besok! Lo harus kasih gue jawabannya besok. Kita perjelas semuanya. Gue bakal anter lo ke kampus seperti biasa dan saat itu, lo harus udah punya jawabannya. Oke?"

Kyna tersentak, tersadar dari lamunannya. Cewek itu terduduk dari posisi berbaring, lalu mengacak-acak rambutnya karena merasa frustrasi sendiri.

Ka ... jadi besok gue harus kasih jawaban apa? Gimana nasib persahabatan kita kalau jawaban gue gak sesuai harapan lo?

***

"Akh! Ka ... lo pasti udah gila!"

Aka membenturkan kepalanya ke dinding kamar. Seolah baru tersadar dari pengaruh orang lain dalam kepalanya. Cowok itu merasa kejadian hari ini dilakukannya tanpa berpikir panjang. Dan saat tersadar, kini ia merasa malu sendiri.

Kejadian-kejadian mulai dari betapa marah dirinya melihat WA story Kyna, hingga pengakuan cinta kedua kalinya beberapa saat lalu di dalam mobil, terus terulang bagaikan sebuah rekaman video dalam kepalanya. Meskipun ini bukan pertama kalinya ia menyatakan perasaannya pada Kyna, tapi kali ini rasanya berbeda. Aka menekan Kyna untuk segera memberi jawaban dan itu bisa saja berakibat buruk baginya.

"Gimana kalau dia jadi tertekan? Duh, Ka, lo bodoh banget, sih!" Aka merutuki dirinya sendiri. "Bukan gak mungkin si Kyna malah bakal menghindar dari lo nantinya. Bodoh! Bodoh!" Dia melanjutkan membenturkan kepalanya.

"MAS AKA! Kamu ngapain, sih?" Shinta mematung di depan pintu kamar Aka melihat kakak laki-lakinya membenturkan kepalanya sendiri. "Jangan-jangan kamu stress karena 'itu', ya?"

"Duh, kamu ngagetin aja. Kenapa gak ngetok pintu dulu, sih? Ini, kan, kamar cowok." Aka yang terkejut segera menghentikan tindakan konyolnya. "Gimana coba kalau aku lagi telanjang?"

Ditegur seperti itu, Shinta jadi tidak bisa menjawab. Bola matanya sempat sibuk melirik ke segala arah untuk menghindari tatapan tajam sang kakak. "Maaf ...."

Menyadari adiknya sudah merasa bersalah, Aka mengembuskan napas panjang. Ia mencoba menenangkan diri dan mengatur nada suaranya setenang mungkin. "Yaudah lupain, emang kamu ada apaan buru-buru ke kamar aku kayak gini?"

"Ah, iya ...." Ingat akan tujuannya, Shinta kemudian mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto pada Aka. "Ini ... WA story Kak Kyna. Mas udah lihat?"

Aka hanya mengangguk sebagai jawabannya, membuat Shinta yang berpikir kakaknya frustrasi hingga membenturkan kepalanya itu merasa sedikit iba. "Jadi, beneran udah lihat? Kak Kyna beneran jadian sama cowok ganteng itu? Terus, kamu bakal ngaku kalah gitu aja?"

"Eh? Kalah? Tunggu dulu. Tenang ...." Aka mencoba menenangkan Shinta yang memberondongnya dengan banyak pertanyaan.

"Tenang gimana, sih? Aku aja kesal, loh, Mas. Pokoknya aku gak mau tau, kamu harus berhasil jadiin Kak Kyna sebagai kakak ipar aku!" protes Shinta.

"Hah? Shin, yang benar aja. Masa aku harus maksa Kyna suka sama aku atau jadian sama aku? Ya gak mungkinlah. Kalau dia maunya sama orang lain, aku juga gak bisa apa-apa."

Shinta tampak berpikir, mencerna kata-kata kakaknya yang memang ada benarnya. "Tapi, masa kamu gak ada usahanya gitu, Mas? Kak Kyna gak bakal tau kamu suka sama dia kalau kamunya nyerah kayak gini." Raut wajah Shinta berubah sedih.

Aka tersenyum kecil. "Kata siapa aku nyerah? Aku udah nembak dia juga, kok, tadi."

"Hah? Serius? Gimana, gimana?" Tiba-tiba Shinta merasa antusias, masuk ke kamar kakak laki-lakinya itu tanpa permisi, lalu duduk manis di tepi ranjang milik kakaknya. "Aku mau dengar cerita lengkapnya. Sekarang!"

***

[bersambung]

Love Speedometer (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang