EXTRA PART(2)

967 71 36
                                    

Sudah berkali kali matanya menatap jam dipergelangan tangannya, kemudian berpindah memindai huru-hara bandara Soekarno-Hatta.

Bibir Rere berdecak. "Kemana itu orang?!" gumamnya tak sabaran.

Hari ini H-2 hari pernikahan Eca dan Jordi. Sesuai rencana sebelumnya, Gino pulang dari tempatnya menjadi sukarelawan. Dan Rere dengan terpaksa menjemput sepupu laknatnya itu.

Ting!

Rere membuka ponselnya.

Pak Suto :

Re, kalau sudah selesai dengan urusanmu. Balik ke kantor nanti, tolong belikan saya martabak asin, yea.

Menghembuskan nafas lelah, Rere membalas pesan dari atasannya tersebut.

Me :

Siap bapak.

Kembali memperhatikan sekitar. Rere memastikan kalau-kalau Gino sedang mencari-carinya.

Namun setelah lima belas menit berlalu, batang hidung laki-laki itu tak kunjung muncul. Jadi kesal Rere dibuatnya.

"Cari aja kali ya?" Mengenakan pakaian formal nya, Rere melenggang pergi mencari keberadan Gino di sekitaran area tunggu.

Kalau dilihat dari jamnya, seharusnya Gino sudah sampai sepuluh menit yang lalu. Tapi kemana perginya laki-laki itu?

Drttt... Drtttt...

Rere berhenti melangkah ketika ponselnya berdering. Nama Gino tertera di sana, membuat Rere mendengus lega.

"Lo di mana?" Rere bertanya tanpa basa basi.

"Bentar lagi keluar" setelahnya panggilan terputus sepihak, Rere menatap geram layar ponselnya.

"Dasar ngeselin!" puas memaki, Rere kembali membalikan badannya hendak menuju ke tempat awalnya berada. Karena menurutnya, lebih strategis dan Gino akan mudah menemukannya.

Tapi naasnya, ketika berbalik, Rere malah menubruk bahu seeseorang yang membuat  ponsel yang ia pegang jatuh.

Panik. Rere lantas mengambil dan langsung melihat keadaan ponsel keluaran terbaru yang ia beli menggunakan gaji yang selama ini ia kumpulkan itu.

Nafas Rere melega, kala tak menemukan kelecetan apapun di sisi-sisi maupun layar pada ponselnya. Sebuah keberuntungan.

"Sorry."

Deg.

Suara beratnya mengingatkan Rere pada seseorang. Dengan perlahan Rere menatap wajah seseorang yang tadi ia tabrak. Sedikit kecewa dan penasaran setelahnya, karena yang ia tabrak sedang mengenakan masker dan kacamata hitam.

Rere mengumbar senyum tipis namun manis yang biasanya ia pamerkan ke klaen Pak Seto.

"No prob. Saya juga salah. Permisi." Rere pergi setelahnya. Dan entah kenapa rasanya bahunya sedikit memberat ketika meninggalkan orang tadi, seperti ada sesuatu yang mencegahnya dan tidak membiarkannya pergi.

ReNataWhere stories live. Discover now