ReNata(6)

2.7K 152 10
                                    

"Tunggu atau naik angkot?" tanya Azka saat Rere turun dari motornya.

Rere menatap abangnya sebentar. "Angkot aja deh. Sekalian mau beli novel" Azka mengangguk paham.

Saat hendak membuka helm nya, sebuah uluran tangan dihadapan Azka membuat gerakan tangannya terhenti.

Azka menatap tangan putih Rere kemudian menatap wajah gadis yang sedang memamerkan deretan gigi putihnya.

"Bagi duit dong. Gue tahu lo abis di kasih tip sama ayah kan? Ngaku!"

Azka memutar bola matanya. Tanpa berkata apapun, Azka merogoh kantung celannya.

Mata Rere berbinar melihat dompet tebal Azka dihadapannya. Wahh untung juga punya abang tajir! Pikirnya.

Azka menyerahkan dua lembar uang berwarna merah pada Rere. Yang tentu saja diterima Rere dengan senang hati.

Secuek-cuek nya Azka. Azka tetap bersikap baik seperti sekarang. Walaupun terkadang menyebalkan dan keras kepala.

"Makasih abang kuhh... Janji deh nanti gue pilihin novel picisan—" Azka melototi Rere.

"Hehe becanda" Azka memutar bola matanya jengah.

"Yaudah sana!" usir Azka membuat Rere mencebikan mulutnya.

"Jahat ih!" Rere berjalan menjauhi Azka dengan menghentak-hentakan kakinya membuat beberapa murid yang baru datang menatap nya heran.

Azka yang melihat tingkah adiknya itu menggeleng dan terkekeh kecil.

"Kapan gede nya tu bocah"

*

"Bro! Lo beneran gak papa?" sudah berulang kali Abi terus menanyakan hal yang sama pada Nata sejak Nata, Kav, dan Abi memasuki area sekolah.

Bukan tanpa sebab Abi bertanya. Nata semalam mabuk berat, kalau Nata masih dalam kuasa minuman haram itu, bisa-bisa banyak yang curiga. Ingat! Seorang Deandra Natara Raja itu orang yang sangat berpengaruh dan penting di SMA Pramestu. Dan Nata dikenal dengan sifatnya yang baik, walaupun selalu ketus dan dingin.

Beberapa kali juga Nata menjawab pertanyaan Abi dengan gelengan kepala. Pertanda bahwa ia tidak apa-apa. Tapi memang dasar Abi yang bengal, jadi dia selalu bertanya.

"Gue gak yakin. Lo gak—" ucapan Abi terpotong saat tak sengaja melihat seluet gadis yang sedang menatap mereka. Lebih tepatnya menatap Nata dengan nanar.

"Caca lagi merhatiin lo bro" ujar Kav. Abi mengernyit, ia kira hanya dirinya yang melihat Caca walau pun hanya sekilas.

Wajah Nata yang awalnya santai walaupun datar menjadi menegang. Langkah kakinya terhenti membuat Kav dan Abi mau tak mau ikut berhenti.

"Gue minta. Jangan ada yang nyebut nama dia lagi" ucap Nata dengan ketus. Kav dan Abi cepat mengangguk.

Mereka kembali melangkah menyusuri koridor yang mulai ramai. Tapi lagi-lagi langkah Nata terhenti saat sosok gadis yang berada seratus meter didepannya mematung dengan mata membola menatap kearahnya.

Ingatan Nata kembali terlempar ke kejadian di kafe LALATA. Kejadian yang membuat hati, pikiran, dan batin nya terguncang walau hanya dengan beberapa kata.

Rere. Gadis yang tengah mematung itu seketika tak bisa berkutik. Kakinya lemas dan lidahnya kelu hanya untuk berkata maaf.

Mungkin karena Rere masih bingung dan merasa bersalah.

Kav yang merasa bingung menatap Nata dan Rere bergantian. Rasa bingungnya semakin membuncah saat melihat raut keduanya yang sangat berbeda. Rere dengan raut takut, cemas, dan rasa bersalah. Berbeda dengan Nata yang hanya menatap gadis itu dengan datar, tapi Kav bisa merasakan. Mata Nata memancarkan aura marah, kecewa, dan sedih.

ReNataWhere stories live. Discover now