Mon maap kalo gaje:)
-------------------------------------
Flashback.
Rere melepas apronnya sesaat setelah Bara menghampirinya dan berkata bahwa dia akan pulang. Rere pun tersadar saat melihat jam tangannya menunjukan pukul sembilan lewat.
Setelah menyelempangkan tas kecilnya, Rere berniat pemit pada tante Asti. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti karena cekalan seseorang.
Rere yang reflek ditambah kaget. Membanting seseorang tersebut hingga terkapar di lantai.
Tanpa melihat wajahnya. Rere menyerbu orang yang ternyata pria itu dengan jurus omelan andalannya.
"Eh! Jangan tarik-tarik tangan orang sembarangan ya?!! Pernah di ajatin sopan santun gak?!! Kalo mau pesen makanan bisa panggil, jangan pegang-pegang sembarangan. Untung cuman gue banting, gue teriakin gimana?! Mau lo? Hah?! Gue—" omelan Rere tertelan begitu saja saat lelaki yang jatuhnya tengkurap itu mendongakkan wajahnya.
"Nat... Nata?" gumamnya menatap Nata yang bangkit, menatap tak percaya.
Nata. Lelaki itu menatap tajam dan menghela nafasnya kasar. Entah dari mana datangnya kekuatan cewek dihadapannya ini, hingga membuat dirinya terpelanting jatuh dengan posisi tengkurap.
Rere menggigit bibir bawahnya. Ia sangat takut sekarang. Apalagi saat mata elang Nata menatapnya dengan tajam bagaikan silet.
"Gu... Gue"
"Loh... Kamu belum pulang nak? Eh Rere kamu juga belum pulang?" tiba-tiba tante Asti muncul dan menghampiri mereka berdua.
YOU ARE READING
ReNata
Teen Fiction"Nata? Ketos belagu yang menjelma sebagai pangeran. Punya wajah yang datar kayak tembok china, yang punya penyakit sariawan kalo gak sawan. Ya kan?" ~Theresia Pitanda. --------------- "Rere? Cewek berisik, barbar, dan petakilan itu?" ~ Deandra Natar...
