ReNata (3)

3.3K 202 17
                                    

"Kok deg-deg an? Harus ke dokter kayaknya"

*

"SPADAA RERE DATANG!" Rere memasuki rumah orang tuanya, diikuti oleh Azka yang hanya mendengkus menatap sang adik.

"Rere... Kebiasaan deh, gak bisa bedain hutan sama rumah" tegur seorang wanita yang masih terlihat muda. Dia Kania-mama Rere.

Rere menyalimi tangan Kania. "Ayah sama Bara mana?" Rere memindai penjuru rumahnya yang terlihat sepi. Biasanya ada ayahnya-Hatomo dan Bara yang bermain playstation jam segini.

"Ayah belum pulang. Kalau Bara, les piano" jawab Kania lalu beranjak ke dapur. Rere pun mengikuti bundanya dari belakang.

"Ini hari jum'at. Biasanya Bara di rumah" kata Rere menaruh curiga. Rere hafal betul jadwal Bara les dan semacamnya bukan dilakukan di hari jum'at. Tapi kenapa hari ini Bara les?.

"Curiga mulu... Bara udah gede, palingan main ps tempat Rega" sahut Azka menepis semua kecurigaan Rere. Rega adalah sahabat karib Bara. Semacam Gino dan Ifa bagi Rere, dan Ricko bagi Azka.

Meski sedikit ragu. Rere mengangguk saja. Tapi dia sangat kepo. Apa Bara berbohong? Bisa saja  Bara sedang menyukai seseorang dan hari ini Bara berkencan seperti cerita-cerita wattpad yang biasa ia baca. Eeeyy pikiran bodoh mana itu, Bara masih SMP walaupun tahun terakhir. Gak mungkin dong nyaingin dua kakak nya yang jomblo. Ralat. Single dari kecil.

"Sana ganti baju. Tadi tante Asti nelfon bunda, katanya suruh kamu ke kafe buat anter pesenan" ujar Kania mendapat cebikan dari Rere.

"Ihh bunda seneng banget kalo Rere nganter-nganter makanan" cibir Rere kemudian berlalu menuju kamarnya. Kania terkikik geli.

Rere memang begitu. Setiap ada panggilan dari Asti-adik sang ayah yang mempunyai usaha kuliner, pasti Rere siap membantu mengantar makanan ke pelanggan.

Disinilah sisi baik Rere berada. Walaupun terlahir dari keluarga berkecukupan, Rere tidak di manja. Kalian ingat sepatu yang dibakar Nata? Itu adalah hasil keringat Rere sendiri. Termasuk sembilan sepatu lainnya yang sudah di bakar. Memang salah Rere yang memakai sepatu tidak sesuai peraturan. Tapi Rere ya tetap Theresia Pitanda.

Rere membuka pintu kamarnya. Hal pertama yang terlihat di kamarnya adalah belasan bahkan bisa puluhan boneka berkarakter pororo di sini. Rere memang fans panatik karakter Pororo. Semua yang berbau pororo Rere punya.

Rere melepas sepatu dan tasnya lalu masuk ke kamar mandi. Sekitar 15 menit Rere telah selesai dengan ritual mandinya. Rere keluar dengan baju yang sudah rapih plus sederhana. Kaos gucci berwarna maroon yang dipadukan dengan rok selutut berwarna hitam. Tak lupa flatshoes hitam menyempurnakan penampilan Rere. Tak lupa, Rere mengikat rambut nya.

"Perfact!"

Rere lalu keluar dari kamarnya yang terdapat di lantai dua. Saat menuruni anak tangga, atensi Rere tertuju pada Azka yang sedang di obati oleh Kania.

"Sshh!" Azka meringis saat tangan sang bunda sedang membersihkan luka di pelepisnya.

Rere mendekat. "Mangkannya jangan berantem mulu... Inget dosa lo banyak" Azka mendelik pada adiknya yang menyebalkan itu.

"Mulu?" Kania menatap bingung. "Kamu sering berantem?" tanya Kania pada Azka yang langsung menggeleng cepat.

"Enggak bun. Pernah berantem tapi jarang. Rere ngaco!!"

Rere tersenyum kurang ajar. "Boong lagi... Tambah terus perasaan dosa lo" tawa Rere berhasil membuat Azka kesal sampai ubun-ubun.

"Serah kambing!!"

ReNataWhere stories live. Discover now