ReNata(31)

1.8K 119 4
                                    

Happy reading...

------------------------------------------------------

Suasana kantin SMA Pramestu ramai dan padat seperti biasanya. Murid-murid yang sudah penat dengan berbagai mata pelajaran, merehatkan otak mereka sebentar dengan mengisi perut yang sudah keroncongan.

Sama halnya dengan Rere, Ifa dan Eca. Ketiga gadis itu memilih tempat yang agak pojok dan tidak terlalu ramai. Ketiganya memesan makanan yang serupa dan melahapnya di selingi canda tawa.

"Jadi, lo udah resmi banget nih pacaran sama Nata?" tanya Eca. Tangan gadis berambut ikal itu mengambil tahu goreng yang tersedia di meja.

"Ya gitulah. Dan itu buat gue lega sih" jawab Rere.

"Jangan-jangan selama ini lo mikir Nata jadiin lo itu bahan taruhan, benerkan?" Rere mengangguk dengan cengirannya menjawab tebakan Eca yang seratus persen benar.

"Gue sih percaya. Nata itu emang tulus sama lo, cuma mungkin cara penyampaian dia aja yang bikin hati lo berbelit" kata Ifa kemudian menyeruput es jeruknya.

Rere mengangguk setuju. "Gimana gak berbelit Fa. Dengan tiba-tiba Nata bilang kalau gue itu milik dia. Kan puyeng gue. Nanti udah baper, ehhh Natanya main-main. Yang sakit siapa? Gue lah!" setelah menyelesaikan kalimatnya, Rere mengambil tisu dan melap bibirnya yang sedikit bengkak karena kepedasan.

"Kok lo baru bilang sih, kalau lo gak nyaman?" Ifa menatap Rere menuntut.

Rere memutar bola matanya. "Bukan. Gue bukan gak nyaman, cuma gue takut. Takut kalau misalnya Nata main-main" kali ini suara Rere sedikit mengecil.

"Apapun intinya. Sekarang lo udah clear kan sama Nata. Kalian sama-sama suka kan? Jadi ya jalanin aja" ucap Eca menengahi.

Tiba-tiba Ifa tergelak sambil menepuk bahu Eca yang berada di sampingnya.

"Hahah! Lucu ya. Asal lo tau Ca, mereka itu padahal gak pernah akur. Nata yang katanya ketos belagu lah, sarawan lah, kena penyakit sawan lah. Eh jatohnya jadi, jadian bhahahah!" tawa Ifa mengelegar membuat beberapa mata menatap ke mereka dengan pandangan aneh.

"Atas nama cinta. Itu semua sirna Fa, hahahah!" Eca ikut menertawai Rere.

Rere mendengus menatap dua temannya ini. Sial!

Tapi kalau di pikir-pikir, benar juga perkataan Ifa. Padahal dulu ia sangat benci dengan Nata. Sepatu berbagai warna dan merk juga harganya yang tidak murah, selalu hangus terbakar jika Nata melihatnya. Inikah yang dinamakan benci jadi cinta?

"Nah kan liat! Si Rere lagi meratapi, hahaha!!"

Ingin rasanya Rere menyumpal mulut Ifa dengan sambal di depannya ini.

"Eh, ada si doi mau kesini" kata Eca dengan senyuman jahilnya.

Rere mengernyit kan alis. Kemudian kepalanya menoleh ke belakang. Matanya membulat ketika Nata berjalan menghampiri dengan tampang lempengnya. Apa laki-laki itu tidak bisa berekspresi?

Ketika sampai, Nata menyunggingkan senyum tipisnya dan mengacak rambut Rere. Hal itu pun membuat beberapa siswi menjerit iri. Rere menunduk, menyembunyikan rona pada pipinya. Sial! Dia sangat malu.

"Biasa aja sih Re. Malu-malu monyet gitu" Ifa dan Eca cekikikan membuat Rere mendengus. Dia janji, kapan-kapan ia akan menyumpal mulut Ifa dan Eca dengan sambal.

"Udah?" Rere mendongak melihat Nata yang menunduk menatapnya.

"Hah?"

Nata terkekeh. "Udah makannya?" tanya Nata.

ReNataWhere stories live. Discover now