ReNata(42)

1.1K 88 13
                                    

Typo bertebaran...

Terhitung sudah hari ketiga Rere berdiam diri di rumah. Dengan alasan sakit, Rere berusaha untuk tidak berurusan dengan siapapun di sekolah maupun di rumah. Hanya Gino saja yang setiap hari mengecek keadaannya di rumah.

Takut Rere tiba-tiba gantung diri katanya.

Orang rumah pun tentu saja heran dengan tingkah Rere yang 'bilangnya' sakit tapi kelihatan uring-uringan seperti orang gila.

Tapi Rere menekankan alasan karena kepalanya terasa sangat sakit, mangkannya sampai gelisah. Dan sungguh berdosanya ia karena Bunda dan Ayahnya percaya bahkan khawatir. Sedangkan Bara dan Azka acuh tak acuh. Bukan tak peduli, tapi adik dan abangnya itu pasti sudah bisa menebak kebenarannya dan enggan ikut campur.

"Kak, masih sakit kepalanya?" Rere yang tengah berdiri di balkon terlonjak kaget mendengar suara sang Ayah, Hatomo.

Tersenyum tipis, Rere mengangguk samar.

"Lumayan Yah"

Hatomo tersenyum sampul mendengarnya.

"Ayah gak kerja?" tanya Rere.

"Kerja, tapi nanti. Ayah mau nemenin anak gadis Ayah yang ternyata sudah beranjak dewasa" Rere mengernyitkan alisnya. Ucapan Ayahnya membuat ia kebingungan.

"Maksud Ayah?"

"Ayah sekarang ngerti kenapa kamu begini" mata Hatomo menatap lekat dan penuh kasih sayang pada Rere yang terlihat semakin kebingungan.

"Pantas, Ayah tanya keberadaan Nata di mana, kamu diem" sambung Hatomo. Membuat Rere mematung.

Jadi Ayahnya sudah tahu alasan Rere izin berhari-hari. Rere menggigit bibir bawahnya. Sedikit merutuk diri karena tidak mampu menahan pelupuk mata yang sebentar lagi meneteskan air mata.

"Jangan jadi pengecut Kak. Ayah tahu kamu kecewa. Tapi, gak seharusnya kamu bersembunyi seperti ini. Kalau memang pada dasarnya, Kakak gak bisa meneruskan hubungan sama nak Nata, kalian bisa 'kan berpisah secara baik-baik?"

Air mata Rere lolos. Hatinya seakan tertohok mendengar penuturan Ayahnya.

"Maaf Ayah bilang gini. Jangan seolah-olah kamu yang hanya menjadi korbannya Kak. Toh, Nata juga nyembunyiin ini semua untuk kebaikan kamu"

Rere menghapus air matanya kasar. "Tapi Rere gak suka mereka bohong Yah! Nata sebenernya anggap Rere tuh apa sih?! Apa Rere se-kekanak kanakan itu untuk gak ngertiin Nata!? Rere seneng kok kalau Nata bisa mencapai cita-citanya. Mereka aja yang ribet!" sungut Rere dengan tangisan yang tersedu-sedu.

Hatomo menarik putri satu-satunya dalam dekapan.

"Iya, ayah tahu kamu gak suka dibohongin. Tapi, apa gak berlebihan kamu bersikap begini? Kamu gak mau semuanya terselesaikan baik-baik saja?"

"Rere bingung Yah," kata Rere.

"Apa yang membuat kamu bingung? Bilang sama Ayah." Hatomo mengelus surai putrinya menenangkan.

"Rere bingung harus mulai dari mana. Rere gak cukup berani untuk nemuin Nata duluan" ucapnya jujur kemudian menarik diri dari pelukan hangat sang Ayah.

Senyum lembut terpatri di wajah Hatomo.

"Kamu gak usah cemas. Selama dua hari ini sebenarnya Nata selalu kemari" ucapan Ayahnya itu membuat mata Rere membola tak percaya.

"Tapi sayangnya. Nata sama pengecut nya kayak kamu, dia akan hubungi Bara kalau kamu sudah tidur atau belum. Kalau sudah, Nata akan datang dan sekedar meminta maaf pada Ayah dan Bunda. Awalnya, kami sangat bingung melihat Nata dua hari berturut-turut datang dan hanya meminta maaf lalu pergi. Ayah yang sudah penasaran, tanya ke Bara dan, bingo! Ternyata masalah percintaan kalian berdua" jelas Hatomo panjang lebar.

ReNataNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ