ReNata(9)

2.6K 143 11
                                    

"Ayolah kak... Mau ya? Ya ya ya?"

Rere mendesis terganggu saat Bara bergelanyut di lengan kirinya.

"Ishh lepasin tangan gue Bar!" Rere yang sudah jengah membentak dan menepis badan Bara hingga terhuyung ke belakang.

"Hhhhh~ gue gak mau ikut party party gak jelas itu, ganggu malem minggu gue dengan kasur tau gak" ucap Rere seraya melipat tangannya di depan dada.

Bara mendumal. "Sekali aja kak! Bara gak boleh ikut kalau gak ajak kakak" Bara memohon dengan mata yang berbunar.

Rere menghela nafas berbarengan dengan pintu terbuka di samping mereka.

Azka menatap kedua adiknya dengan datar.  Kemudian berujar.

"Mau debat jangan didepan kamar orang" katanya dengan lempeng lalu melengos pergi.

Rere dan Bara saling melirik kemudian terkekeh kecil. Bara kembali menormalkan wajahnya dan memasang mimik memohon membuat Rere lagi-lagi menghela nafas.

Bagaimana tidak. Saat setelah Nata mengantarnya pulang, Rere memasuki rumahnya dan mendapati Bara menyengir misterius membuatnya bergidik.

Bara terus memohon pada Rere untuk menemaninya ke party yang Rere tidak tahu itu party jenis apa dan dalam rangka apa. Rere juga tidak peduli.

Tapi semakin didiamkan, Bara semakin menjadi. Contohnya bergelanyut manja seperti bocah tk yang meminta permen.

Kenapa dia punya adik seperti ini. Apa salah dan dosa nya Rere?

"Lo pergi sama Azka aja! Plis gue mau istirahat" Rere membuka pintu berwarna tosca dengan ukiran namanya di pintu kayu tersebut.

Bara menatap nanar Rere yang sudah hilang di balik pintu kamarnya.

"Bunda!!!!!!!!" suara Bara menggelegar hingga membuat Kania menyembulkan kepalanya di pintu.

"Bara! Ingat ini rumah bukan hutan" peringat sang bunda yang mulai menghampiri Bara.

Bara menunduk lesu. Dan Kania menyadari perubahan putra kecil nya saat ini.

Kania mengelus rambut hitam legam Bara. Bara yang merasa nyaman mendongak dan menatap wajah bundanya penuh harap.

"Bunda pliss izinin Bara dateng ke party itu. Di sana juga ada bang—"

"Bara" tegur Kania seraya menggelengkan kepalanya tanda tak setuju.

"Tapi kak Re gak mau ikut bunda! Kalo aja bang Azka bisa-bisa di kira ngajak kulkas berjalan" cicit Bara dengan suara yang kelewat manja.

"Ekhem!"

Bara dan Kania menoleh mendapati Azka yang menatap keduanya dengan alis terangkat. Sedangkan Bara, dia hanya menyengir kuda ketahuan mncemooh abangnya sendiri.

Tanpa peduli setan. Azka membuka pintu kayu berwarna cokelat di sebelah kamar Rere, meninggalkan ibu dan anak itu yang masih berdebat.

"Gak! Kamu harus bisa bujuk kak Rere, kalo memang kakak kamu gak mau, itu berarti kamu gak boleh keluar" ucap Kania final, lalu meninggalkan Bara yang mendengus dan mendumal. Bukan, Bara tidak sedurhaka itu memdumali bundanya sendiri. Tapi yang jadi objek dumalannya tidak lain tidak bukan adalah Rere.

Bara menatap pintu kamar Rere yang sepertinya tidak terkunci. Tanpa babibu, Bara membuka pintu tersebut dan mendapati Rere yang fokus membaca sesuatu di ponselnya.

"Kak"

Rere menoleh lalu menghela nafas kasar melihat Bara yang belum menyerah untuk membujuknya.

ReNataWhere stories live. Discover now