25

4.4K 512 48
                                    

Maaf jika typo


===

Nathan termenung memikirkan ucapan Kirana beberapa waktu yang lalu. Kepalanya bertumpu pada tangan kanan sedangkan pandangan nya memandang lurus ke arah jendela besar yang berada di rumahnya.

Perkataan Kirana tempo hari lalu kian terngiang-ngiang di telinganya.

"Maaf kalau saya lancang pak, tapi jika bapak terus-menerus merasa bersalah dan terlalu memikirkan kesalahan bapak di masa lalu. Maka yang akan bapak dapatkan adalah kehilangan untuk yang kedua kalinya"

Untaian kata yang keluar dari bibir Kirana mengingatkan nya pada kesalahan masa lalu yang bahkan dirinya pun tidak bisa melupakannya, dirinya masih terpuruk dalam penyesalan yang teramat dalam. Mulai dari kepergian Kanaya, hubungan nya memburuk dengan keluarga, Libra yang seakan menjadi manusia yang berbeda, dan putri kecilnya yang entah bagaimana kabarnya.

Dunia seakan menghukumnya dengan memberikan cobaan yang teramat berat untuknya.

Andai tuhan memberikannya kesempatan kedua. Ia janji akan menjaga Kanaya dan mencintai nya dengan sepenuh hati. Nathan sangat ingin mengatakan bahwa ia mencintai Kanaya, Nathan ingin mengucapkan nya dengan sungguh-sungguh. Namun sayang, Nathan terlambat. Ia terlambat menyadari perasaannya sehingga kini hanya ada penyesalan yang menghantuinya.

Tok..

Tok..

"Pak Nathan?"

Lamunan Nathan Buyar kala ketukan pintu menyadarkan nya.

Nathan memperbaiki posisi nya lantai ia kembali menegakan kepalanya. "Masuk!" Ucapnya.

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok Kirana dengan pakaian kasual namun tetap terlihat sopan. Nathan sengaja tidak berangkat ke kantor hari ini, ia sedang tidak mood untuk berurusan dengan berkas-berkas sialan itu.

"Pak ini makan siangnya" ucap Kirana sambil menaruh nampan berisi makan siang milik Nathan di atas meja.

"Saya pamit dulu pak" ucap nya dan berbalik untuk keluar dari kamar Nathan.

"Kirana!" Panggil Nathan.

Kirana kembali menoleh ke arah Nathan dengan ekspresi tanya mendominasi wajahnya. "Kenapa pak? Ada lagi yang bisa saya bantu?" Tanya Kirana.

"Soal janji kamu"

Kirana mengerenyitkan keningnya, masih belum mengerti arah pembicaraan bosnya itu. "Janji? Janji saya yang mana pak?" Tanya Kirana.

Nathan berdecak. "Janji untuk menjadi orang yang selalu ada untuk saya, menjadi penyemangat saya dan—"

"Ahh soal itu! Tapi seingat saya, saya gak pernah ngucapin janji" jawab Kirana memotong ucapan Nathan.

Nathan memutar bola matanya malas. "Terserah, tapi saya serius soal ucapan saya sebelumnya" Jawab Nathan. "Saya mau memperbaiki kesalahan saya, saya tidak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya. Tapi—Saya tidak sanggup jika harus berhadapan langsung dengan Thalassa. Tatapan matanya mengingatkan saya pada kesalahan saya yang lalu" jelas nya.

Kirana menunduk, tanpa di sadari air matanya menetes. Andai Nathan tau kalau istrinya meninggal karna mendonorkan jantung untuknya. Apa Nathan masih mau berdekatan dengannya? Ia adalah penyebab utama Kanaya kehilangan nyawanya.

"Saya juga hidup dalam perasaan bersalah pak, setiap kali saya menatap mata bapak, yang ada hanya sebuah penyesalan dan rasa bersalah yang teramat dalam. Saya merasa bersalah karna membuat pak Nathan kehilangan istri bapak" Batin Kirana.

Still UnfairWhere stories live. Discover now