03

8.3K 705 25
                                    


Arkan berjalan dengan santai menuju kelasnya, tadi ia keluar kelas untuk ke toilet. Tapi karna toilet di lantai dua sedang dalam perbaikan, jadilah ia harus rela berjalan lagi menuju toilet lantai atas kalau tidak kepepet ingin buang air kecil Arkan tidak akan mau ke toilet lantai atas yang lumayan jauh itu.

Arkan menaikan resleting celana nya dan membenarkan kembali penampilan. Lalu ia keluar dari toilet. Langkahnya sedikit santai, sesekali ia menyapa kakak kelas karna bagaimana pun senioritas masih menjadi tradisi di sekolah ini.

Adik kelas sepertinya harus menyapa atau paling tidak tersenyum setiap kali berpapasan dengan kakak kelas, kalau tidak urusan nya bisa panjang. Kakak kelas di sekolah ini terlalu gila hormat dan menjunjung tinggi jabatan mereka.

"Ma, Arkan bilang Thalassa gak menghargai pemberian tuhan, tapi Thalassa aja gak tau tuhan Thalassa siapa. Jadi Thalassa harus gimana ma?"


Sekelebat Arkan mendengar suara seseorang yang di iringi dengan isak tangis. Arkan pun berhenti berjalan dan mengikuti arah suara itu berasal. Kakinya terus berjalan menelusuri lorong kecil menuju rooftop. Hingga netra coklat madunya menatap gadis berambut cokelat terang tengah duduk sambil menatap gumpalan awan yang berbentuk seperti kapas di langit.

Arkan semakin mendekatkan dirinya, hingga ia benar-benar bisa mendengar isak tangis yang keluar dari mulut seseorang. Arkan tau siapa.

"Semenyedihkan itu kah gue?"

"Gue juga gak mau kayak gini, gue juga pengen hidup normal kayak kalian. Gue iri sama hidup orang lain, mereka bisa bahagia, kenapa gue enggak? Mereka bisa ketawa kenapa gue enggak? Tuhan bener-bener gak adil hahahaha"

Arkan terkejut bukan main, seorang Thalassa Gemintang Axender. Si ratu sekolah yang paling kejam itu menangis dan mengadu pada awan bahwa dirinya tidak percaya akan adanya tuhan. What?! Sangat mustahil, Arkan tau memang ada sebagian manusia yang tidak percaya dengan adanya tuhan, tapi setau Arkan di negara ini rata-rata penduduknya memiliki agama dan sangat percaya akan adanya tuhan.

Otak cerdasnya berputar lantas ia mengerti mengapa Thalassa selama ini bersikap seenaknya dan terkesan arogan. Thalassa menuntut keadilan yang sebenarnya sudah ia dapatkan, hanya saja Thalassa tidak menyadarinya, Thalassa butuh seseorang yang mampu mengeluarkan dirinya dari dunia gelap itu.

Dan orang itu tak lain dan tak bukan adalah Arkan. Karna dari awal Arkan memang sudah terikat dengan Thalassa, mulai dari tanggung jawab nya sebagai ketua OSIS, dan juga tanggung jawab nya atas amanat dari kepala sekolah yang meminta nya untuk membuat Thalassa menjadi murid yang baik sesuai tata krama.

Arkan tak mau berlama-lama menguping pembicaraan Thalassa dan sang awan, Arkan pun berbalik dan berniat kembali ke kelas untuk mengerjakan tugas nya.

Bruk!

Sial! Siapa yang menaruh pilar tembok di sini sih? Batin Arkan sambil memegangi kepalanya yang terbentur pilar. Sebenarnya pilar itu sudah ada dari lama bahkan sebelum Arkan lahir, Arkan saja yang tidak hati-hati. Kejedot kan tuh.

"Siapa di sana?!"

Mampus! - Batin Arkan.

Arkan mengambil langkah untuk segera pergi namun baru satu langkah tanganya sudah di cekal oleh Thalassa.

"Lo?!" Gumam Thalassa kala melihat Arkan.

"Lo nguping ya?" Tuduh Thalassa.

Arkan menggeleng. "Enggak, gue gak sengaja lewat sini. Terus denger lo nangis-nangis kek anak kecil. Ternyata lo lebay ya, cengeng banget lagi" cibir Arkan.

Still UnfairWhere stories live. Discover now