24

4K 504 25
                                    


"Ish! Lo sebenernya ngajak gue kemana sih? Pake tarik-tarik segala! Sakit tau"

Thalassa menghempaskan tangan Sean membuat gandengan tangan antara keduanya terlepas. Sean berhenti berjalan dan netranya mengunci netra milik Thalassa sehingga gadis itu terdiam seketika.

Thalassa mendadak merinding ketika melihat tatapan Sean, entah kenapa Sean seperti berbeda dari sebelumnya. Wajah Sean terlihat begitu Serius membuat atmosfer diantara keduanya menjadi canggung.

Lalu Sean meraih tangan kanan Thalassa yang tadi ia tarik, ia mengusap pergelangan tangan Thalassa yang sedikit memerah akibat tarikannya. Usapan nya terasa begitu lembut membuat Thalassa mematung dan tidak bisa berbuat apa-apa.

"Maaf ya"

Bahkan suara Sean terdengar begitu dalam, beda dari biasanya.

Thalassa mengalihkan pandangannya, lalu menarik tangannya yang berada di tangan Sean.

"Apaan sih lo" jawabnya.

Sean menghela nafasnya."Gue tau lo cemburu kan liat Sherina sama Arkan?" Tebak Sean. "Maka dari itu gue ajak lo ke sini, dari pada lo kesel liat mereka" lanjutnya.

Thalassa lalu menatap Sean dengan tatapan yang sulit di artikan. "Peduli apa lo sama gue?" Tanya Thalassa dengan ketus. "Sean denger ya, gue sama lo itu baru kenal beberapa minggu yang lalu. Tapi elo seakan-akan udah tau kehidupan gue. Jangan karna lo udah tau masalah keluarga gue, termasuk penyakit gue, lo jadi terpaksa bertemen sama gue. lo kasian kan sama gue makanya lo mau jadi temen gue?"

Sean menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Gue gak pernah mikir kayak gitu. Gue bertemen sama lo karna emang kemauan gue sendiri. Lo harusnya seneng punya temen, emangnya lo mau selamanya hidup sendirian? Setidaknya lo butuh satu atau dua temen buat dengerin cerita lo, buat jadi sandaran lo, buat nenangin lo di saat emosi lo gak bisa di kontrol. Kayak sekarang"

Sean maju satu langkah, lalu kedua tangannya menyentuh kedua pundak sempit Thalassa. "Sa, gue beneran peduli sama lo. Gue beneran mau jadi temen lo" ucap Sean sungguh-sungguh.

Thalassa menepis tangan Sean. "Gak ada untungnya temenan sama orang yang penyakitan kayak gue" jawab Thalassa tanpa menatap mata Sean.

Buk!

"Kak lempar bolanya!!"

Thalassa dan Sean secara bersamaan menoleh ke asal suara, di mana ada sekumpulan anak kecil yang tengah melambaikan tangannya kepada Sean dan Thalassa.

Thalassa baru sadar kalau Sean membawanya ke taman kota yang tak jauh dari sekolah mereka. Thalassa mengusap kasar air matanya lalu ia mengambil bola karet berwarna merah itu. Lalu kaki jenjang gadis itu berjalan ke arah sekumpulan anak kecil tadi.

Kening Sean berkerut bingung, tapi ia memilih bungkam dan hanya memperhatikan gerak-gerik Thalassa.

"Kakak boleh ikut main sama kalian?" Tanya Thalassa dengan senyuman yang tak pernah ia tunjukan kepada siapapun sebelumnya.

Ke tujuh anak kecil itu lalu mengangguk antusias.

"Boleh kak, kakak masuk Tim aku yah!" Jawab anak perempuan berbaju hijau muda dengan antusias.

Thalassa mengangguk sambil tersenyum, lalu ia menatap Sean tanganya melambai dengan indah membuat Sean ikut tersenyum juga.

"Sean sini!!" Panggil Thalassa.

Sean dengan segera menghampiri Thalassa dengan senyuman yang mengembang.

Dan mereka semua berkumpul di tengah lapangan kecil yang berada di taman. Sean dan Thalassa berdiri di tengah-tengah antara ke tujuh anak kecil guna melakukan Suit untuk menentukan siapa yang akan menyerang duluan.

Still UnfairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang