26

4.3K 549 42
                                    

Jangan lupa Vote ya sayang sayang ku, Happy reading! Sorry for typo..


===

Sudah dua hari selang kejadian di mana Sean menyanyikan nya sebuah lagu yang penuh akan makna. Dari situ Thalassa sadar, dia tidak sendirian. Ada Sean yang selalu mendukung nya dan selalu ada untuknya, serta ada Arkan. Walaupun pemuda itu tidak menghubunginya selama lebih dari seminggu, tapi tidak masalah bagi nya. Karna Arkan tetaplah orang yang paling bermakna di hidup Thalassa. Karna Arkan, Thalassa bisa mengenal Sean, dan Karna Arkan juga Thalassa belajar arti hidup yang sebenarnya. Secara tidak langsung Arkan mengajarkan nya untuk saling menghargai, tanpa membedakan kasta, Ras, Agama, pekerjaan, dan apapun itu.

Dari Sean juga, Thalassa belajar bahwa tak ada salahnya menerima orang asing masuk ke dalam lingkup keluarga. Buktinya, Sean mempunyai dua ibu yang sangat baik dan perhatian padanya.

Jadi mulai sekarang, Thalassa ingin mencoba untuk membukakan sedikit pintu hatinya untuk menerima kehadiran Kirana di rumahnya, lagi pula dengan adanya Kirana, papanya menjadi sedikit lebih baik, papanya lebih sering pulang ke rumah dan menghabiskan waktu untuk berbincang dengan nya di tengah hangatnya makan malam antara dirinya, Kirana, dan papanya.

Tapi sebelumnya, Thalassa masih ingin mencari tau soal Mamanya. Maka dari itu di sinilah Thalassa berada. Di rumah sakit tempat Papa Sean bekerja.

Dalam buku jurnal yang ia yakini milik mamanya, di sana tertulis kalau rumah sakit ini adalah tempat yang paling bermakna di hidupnya. Jadi dengan tekad penuh Thalassa rela bolos sekolah dan mencari tau informasi apa saja yang ada di dalam rumah sakit ini.

"Ada yang bisa saya bantu Dek?" Tanya resepsionis rumah sakit.

Thalassa mengangguk. "Saya ingin mencari data pasien, kira-kira sekitar tujuh belas tahun yang lalu" ucap Thalassa.

Resepsionis itu tampak mengerutkan dahinya lalu tersenyum penuh makna kepada Thalassa. "Maaf Dek, untuk data pasien adalah privasi rumah sakit. Jika tidak ada kepentingan, maka tidak di perbolehkan" ucap resepsionis itu.

Thalassa menghela nafasnya. "Sus, saya mohon. Ini penting, penting buat hidup saya" ucapnya.

"Maaf dek, itu sudah peraturan rumah sakit"

"Kanaya! Pasien atas nama Kanaya! Yang di rawat di rumah sakit ini sekitar tujuh belas tahun yang lalu, istri dari Nathaniel Axender!" Ucap Thalassa dengan keras, Thalassa tau nama Kanaya dari jurnal milik mamanya, ia yakin nama Mamanya adalah Kanaya. Namun ia tidak tau nama lengkapnya.

"Kanaya?" Gumam seseorang tepat di belakang Thalassa.

"Selamat pagi Dokter Andrean" ucap resepsionis itu pada sosok yang berada di belakang Thalassa.

Dokter Andrean tersenyum membalas sapaan itu, lalu manik matanya menatap Thalassa. "Tadi saya dengar kamu menyebut-nyebut nama Kanaya, ada hubungan apa kamu dengan Kanaya?" Tanya Dokter Andrean.

"Saya anak nya" jawab Thalassa dengan tegas.

Dokter Andrean nampak terkejut. Lalu kemudian menetralkan kembali ekspresi wajahnya. "Ikut ke ruangan saya" ucapnya lalu pergi meninggalkan Thalassa.

Thalassa pun mengekori dokter yang usianya hampir menginjak empat puluh lima tahun itu. Dokter itu mempersilahkan dirinya masuk ke ruangan serba putih yang di hiasi dengan dekorasi modern yang terlihat nyaman.

Thalassa di persilahkan untuk duduk di sofa sambil menunggu Dokter Andrean yang katanya tengah mengambil beberapa berkas di laci meja kerjanya.

Selang lima menit kemudian, dokter Andrean kembali dan duduk di sofa sambil menaruh beberapa berkas di meja yang tepat berada di depan Thalassa. Thalassa tidak tau apa maksud dari dokter Andrean yang membawa berkas sebanyak ini.

Still UnfairOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz