17

4.8K 611 103
                                    


Cuma mau kasih tau nich say, jangan lupa Vote sebelum membaca, dan komen jika kalian mau (~ ̄³ ̄)~

Jadi readers yang aktif yah bund┏(^0^)┛

Happy reading!









===

"Saya tau kamu bukan pacar Thalassa, tapi saya minta sama kamu. Tolong turutin kemauan Thalassa sekali ini saja. Saya lihat dia senang ketika kamu menjenguknya, saya rasa kamu juga cukup dekat dengan keponakan saya"

"Tapi om, saya—Iya om"

"Saya sangat berterimakasih, saya harap Thalassa bisa bahagia dengan kamu. Karna selama ini hidupnya tidak semulus apa yang mereka lihat, Thalassa butuh sosok yang mengerti dia, dan selalu ada untuk dia"

"Kalau boleh tau orang tua Thalassa di mana om? Maaf lancang tapi saya—"

"Mama Thalassa sudah tenang di surga, sedangkan papanya, ah saya rasa saya tidak berhak menceritakan hal ini. Nanti kamu tanyakan langsung saja pada Thalassa"

Brak!

"Helow Arkan! Proposal kita gak akan selesai kalau lo cuma liatin aja! Buruan revisi, deadline-nya satu jam lagi. Nanti taro aja di atas meja, biar gue yang anter ke ruang kepala sekolah"

Arkan terlonjak kaget ketika Sean menaruh beberapa lembar map berisi file tepat di depan Arkan.

Jika ada pemilihan Wakil ketua OSIS paling laknat, maka Arkan akan memilih Sean. Mana ada waketos yang semena-mena dengan ketua osisnya, mana ada waketos yang seenaknya nya nyuruh-nyuruh Ketosnya buat revisi Proposal. Untung Arkan sabar maksimal, coba kalo enggak? Abis Sean di jadiin pempek.

Sebenarnya dulu Sean harusnya jadi Ketua OSIS, tapi karna waktu itu Sean ikut pertukaran pelajar, jadi Arkan lah yang menggantikan posisi Sean sebagai ketua OSIS. Arkan tadinya tidak mau, karna ia tau tanggung jawab seorang ketua OSIS itu sangat besar. Tapi ia tidak bisa menolak, karna kepala sekolah yang menunjuknya langsung sebagai ketua OSIS.

Arkan menutup map nya dan menaruh pulpen di atasnya, akhirnya tugasnya selesai. Ia pun menyenderkan punggungnya pada kursi kebesarannya di ruang OSIS. Ketua OSIS memang punya kursi khusus dan juga meja pribadi. Tujuan nya agar ketua OSIS bisa fokus mengerjakan tugas-tugasnya.

Seharusnya Arkan ikut pelajaran olahraga, tapi karna ada urusan OSIS. Akhirnya ia meminta dispensasi.

Melihat Arkan yang bergegas bangun dari kursinya, Sean bergeming dan mengalihkan pandangannya yang semula menatap ponselnya.

"Lo mau kemana? Tugas lo udah kelar belom?" Tanya Sean.

"Udah, gue mau ke kantin. Ikut gak lo?" Tanya Arkan balik.

Sean menggelengkan kepalanya. "Enggak, gue nitip Hilo coklat dingin tapi gak usah di blender. Pake duit lo dulu" ucap Sean laku fokus kembali pada ponselnya.

Arkan berdecih. Temen kayak Sean itu enaknya di lemparin ke rawa-rawa biar di makan buaya sekalian. Siapa sih yang gak kesel, udah nitip. Gak mau ngasih duitnya dulu lagi. Emang Arkan babu apa?

Tapi gapapa, karna Sean kemarin sudah baik hati memberikan tumpangan pada Arkan. Jadi Arkan dengan ikhlas lahir batin dunia akhirat membelikan Hilo coklat dingin gak di blender buat Baginda Gabriell Arsean Wicaksono.

Sepeninggal Arkan, Sean cekikikan sendiri. Mengingat ia sudah mengerjai ketua osisnya yang emosian itu. Entah kenapa Sean selalu suka membuat Arkan marah-marah, karna itu hiburan baginya. Menurut Sean, hidup Arkan itu terlalu lurus dan terlalu terfokus pada tujuan nya. Bagus sih, tapi jatohnya Arkan jadi kaku. Menurut Sean, Arkan terlalu jutek dan kurang senyum. Seharusnya sebagai ketua OSIS, Arkan harus ramah dan juga banyak tersenyum.

Still UnfairWo Geschichten leben. Entdecke jetzt