13

4.8K 589 71
                                    



"Apasih yang papa sembunyiin selama ini?"

Thalassa menggumam sambil melihat meja kerja papanya yang terletak di depan nya. Malam ini tepat jam sebelas malam, Thalassa memutuskan untuk mencari tau tentang semuanya, termasuk di mana mamanya dan alasan kenapa papa nya selalu menghindar jika di dekatnya. Thalassa sudah cukup muak hidup dalam lingkaran teka-teki yang membuat nya seperti orang bodoh.

Thalassa selama ini menutup kedua telinga nya rapat-rapat ketika orang-orang menyebutnya sebagai anak pembawa sial, dan anak yang tidak di inginkan. Namun setiap kali Thalassa bertanya kepada Oma ataupun Opah nya, mereka selalu tutup mulut. Dan berkata 'Jangan dengarkan omongan mereka'. Kenapa? Kenapa ia tidak boleh mengetahui masa lalunya?

Apa jangan-jangan yang di bilang orang-orang itu benar? Bahwa dia adalah anak pembawa sial?

Thalassa mengehela nafasnya, lantas gadis itu mencoba mencari sesuatu di laci milik papanya berusaha mencari benda yang bisa di jadikan sebagai petunjuk. Thalassa mencoba sebisa mungkin agar tidak menimbulkan suara keras supaya papanya tidak bangun. Bisa bahaya kalau papanya bangun.

Hampir dua menit Thalassa mencari namun ia tidak menemukan apa-apa. Thalassa menyerah, pencarian nya nihil. Ia pun berbalik badan guna kembali ke kamarnya. Tidak baik juga lama-lama di kamar papanya. Yang ada nanti ketauan.

Bruk!

Ketika hendak berbalik kaki Thalassa tidak sengaja tersandung kaki laci hingga membuat semua barang yang ada di atas laci jatuh berhamburan.

Thalassa kaget, Thalassa juga melihat papanya hendak bangun. Sontak saja Thalassa langsung lari menuju lemari milik papanya dan bersembunyi di dalam lemari tersebut. Thalassa tidak menutup lemari itu dengan rapat agar dirinya tidak kehabisan oksigen di dalam sana. Jadi Thalassa masih bisa melihat pergerakan papanya yang bangun dari tidurnya dan berjalan ke arah kekacauan yang dibuat olehnya.

"Yaampun ini kenapa acak-acakan kayak gini sih?" Gumam Nathan sambil membereskan berkas-berkasnya yang berantakan.

Nathan yang masih setengah sadar pun membereskan berkas-berkasnya dengan mata yang sayup. Namun sedetik kemudian matanya terbuka dengan lebar ketika melihat foto pernikahanya dan juga foto-foto Kanaya, juga cincin pernikahan milik Kanaya yang masih ia simpan dengan rapih di dalam kotak merah kecil. Dan jangan lupakan diary milik Kanaya yang Nathan selalu simpan. Buku dengan sampul hitam bertuliskan. 'Kanaya's Jurnal' itu adalah buku yang selalu Nathan simpan dan kadangkala Nathan membaca buku itu ketika ia rindu dengan Kanaya.

Nathan memeluk foto serta buku diary milik Kanaya dengan erat. Matanya terpejam dan setetes air mata jatuh mengenai buku dengan sampul hitam itu.

"Aku kangen kamu Nay" gumam Nathan.

Di sisi lain, Thalassa yang masih bersembunyi di dalam lemari melihat semua itu. Melihat kejadian di mana papanya menangis sambil memeluk foto perempuan yang sekilas mirip dengan nya, dan juga buku dengan sampul hitam.

Thalassa harus mendapatkan buku itu! Thalassa yakin seribu persen kalau isi dalam buku itu bisa di jadikan petunjuk.

Nathan lantas menaruh kembali buku beserta foto-foto dan cincin pernikahan milik kanaya di dalam box berwarna biru langit dan memasukkan kembali ke dalam laci.

Setelah itu Nathan berjalan ke kasurnya dan menarik selimutnya berusaha tidur kembali.

Thalassa masih diam di tempat persembunyiannya menunggu papanya benar-benar tertidur batu setelahnya ia akan keluar dan mengambil box berwarna biru langit itu.

Still UnfairWhere stories live. Discover now