20

4.8K 507 42
                                    

Selamat malam minggu

Absen dulu sini. Mana lope nya?

Happy reading and sorry for typo







===


"Aduh sorry banget ya Ar, hari ini gue ada kelas sama bokap gue"

"...."

"Iya, lo kayak gak tau bokap gue aja, maaf banget ya gue gak bisa ikut gladi bersih"

"..."

"Ya, semangat buat lo sama yang lain"

Tut..

Sean memasukan ponselnya ke dalam saku celana jeans miliknya. Lalu kembali menyusuri lorong rumah sakit menuju ke ruangan papanya. Hari ini ia ada kelas dengan papanya. Sean itu calon dokter, jadi sudah dari SMA papanya mengajarkan beberapa pelajaran umum tentang dunia kedokteran, biasanya Sean akan izin sekolah jika ia sedang ada kelas dengan papanya. Gak sering kok, paling setiap tiga bulan sekali Sean belajar sama papanya.

Cita-cita Sean itu ingin jadi dokter, Sean sih sebenarnya ingin jadi psikiater tapi papanya lebih menyarankan nya menjadi dokter umum di banding psikiater. Gak ada alasan khusus mengenai cita-citanya itu, Sean hanya tertarik dengan dunia kedokteran. Karena sejak kecil ia sering melihat papanya menggunakan jas putih yang biasa si pakai dokter pada umumnya. Dan itu terlihat sangat keren di mata Sean, apalagi dengan stetoskop yang menggantung di leher sang papa. Itu yang membuatnya tertarik dan membulatkan tekat ingin menjadi dokter seperti papanya.

Agak berat juga sih sebenarnya buat izin dari sekolah, mengingat hari ini ada Gladi bersih Pensi. Harusnya ia sebagai wakil ketua OSIS hadir. Tapi ya mau gimana lagi? Ini menyangkut masa depan nya.

Sean tiba tepat si ruangan sang papa, tanganya hendak menarik knop pintu tapi belum sempat knop pintunya ia pegang. Pintu ruangan papanya susah terlebih dahulu terbuka.

"Loh papa mau kemana kok buru-buru? Bukan nya kita ad—"

"Sean maaf ini di luar rencana papa, tapi sekarang sedang ada pasien gawat darurat, sekali lagi maaf ya Sean. Papa pergi dulu" ucap nya laku meninggalkan Sean yang masih berdiri dengan tatapan keheranan.

Sean menatap punggung papanya yang mulai menjauh darinya. Matanya menatap nanar lalu ia membuang nafasnya kasar.

"Tau gitu mending gue bantuin Arkan aja" gumam Sean.

Sean memutar balik langkahnya, kali ini tujuannya adalah kantin rumah sakit. Ia belum sarapan karna terlalu excited, eh tapi yang terjadi malah di luar ekspektasi. Sungguh mengecewakan. Tapi mau bagaimana lagi?

Sean berjalan lunglai tanpa niat di lorong rumah sakit. Matanya menatap ke arah lantai rumah sakit dengan tatapan malas.

Bruk!

"Adoh kalo jalan tuh pake mata kenapa sih!" Pekik seseorang yang tadi tidak sengaja di tabrak olehnya.

Sean mendongak lalu menatap seseorang yang ia tabrak tadi. Matanya sukses di buat melotot ketika melihat gadis yang tak asing baginya. Tapi gadis itu sedikit berbeda karna mengenakan kacamata bulat dan juga softlens biru?

"Thalassa?" Gumam Sean.

Gadis yang di panggil Thalassa itu tidak menghiraukan eksistensi Sean. Ia malah berlari lawan arah dengan Sean.

Sean menatap Thalassa yang berlarian di lorong rumah sakit. Thalassa kenapa bisa di rumah sakit? Dan ngapain dia lari-lari gitu? Gak mungkin lagi main petak umpet kan? Pikir Sean memikirkan kemungkinan-kemungkinan mengapa Thalassa bisa ada di rumah sakit.

Still UnfairWhere stories live. Discover now