05

7.1K 650 66
                                    


Hai key update.

Absen dulu sini mana yang nunggu Still unfair apdet ayo angkat kaki....


















===

Thalassa mengusap wajahnya kasar dengan kedua tangannya, wajahnya mengadah keatas menatap langit yang sudah berganti warna menjadi oranye pertanda petang akan menjemput. Ia berkali-kali menghela nafasnya berusaha membuat pasokan udara masuk lebih banyak ke dalam dirinya agar rasa sesak itu hilang. Bukan Sesak dalam artian sesungguhnya, melainkan sesak menelan kenyataan bahwa papanya tidak pernah bisa menerima dirinya. Menerima dirinya sebagai anaknya.

Selama enam belas tahun Thalassa hidup ia tidak pernah merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya, Omanya bilang Mamanya sudah meninggal tapi kenapa papa nya yang masih hidup dan sehat tidak pernah memperhatikannya? Selama ini Thalassa hidup dalam sebuah labirin yang penuh teka-teki, ia tidak tau siapa dirinya sebenarnya, ia tidak tau siapa mamanya, ia tidak tau masalah apa yang membuat papanya seakan menghindarinya. Ia benar-benar tidak tau! Bahkan oma nya tidak mau menceritakan sama sekali mengenai dirinya dan papanya. Kenapa takdir selalu suka bermain-main dengan nya?

Kenapa tuhan ciptakan masalah serumit ini?

Thalassa kembali menunduk menatap lekat sepatu baby blue miliknya sambil melangkah ke arah yang tak pasti. Setelah dirinya di usir dari ruangan papanya, ia berjalan keluar rumah sakit dengan arah tak menentu. Ia hanya mengikuti kemana kakinya melangkah, menikmati angin di sore hari yang sangat menusuk. Sial! Ia tidak membawa jaket atau sweater. Angin sore benar-benar membuatnya cukup kedinginan, di tambah cuaca hari ini sedang berangin.

"NENG AWAS!!"

Slap!

Thalassa hampir saja jatuh kalau ia tidak bisa mengimbangi dirinya sendiri. Ia tersentak kaget. Apa yang baru saja terjadi?

Thalassa menatap sekitarnya, ia berada telat di pinggir jalan dan di sampingnya ada wanita paruh baya yang tadi menarik dirinya agar tidak berjalan ke tengah jalan raya yang ramai akan kendaraan.

"Neng teh gapapa?" Tanya Ibu-ibu itu.

Thalassa mengangguk. "Saya gak Apa-apa bu, Trimakasih" jawab Thalassa.

Dengar apa tadi? Trimakasih? Seorang Thalassa Gemintang Axender, si angkuh yang memegang jabatan ratu sekolah mengucapkan trimakasih pada orang yang bahkan bukan levelnya? Luar biasa.

Ibu itu tersenyum lega. "Alhamdulillah kalo gak apa-apa ibu teh lega denger nya. Lain kali kalau jalan jangan ngelamun ya neng" ucap Ibu itu.

Thalassa mengangguk sambil tersenyum kecil, ternyata di dunia ini masih ada orang baik yang peduli dengan dirinya. "Iya bu, tadi lagi banyak pikiran aja"

Si ibu terlihat kembali menyunggingkan senyumnya. "Eh ngomong-ngomong ngapain neng cantik jalan sendirian sore-sore gini? Mana masih pake seragam sekolah lagi, gak di cariin sama mama nya neng?" Tanya Ibu itu.

Mama? Gak mungkin lah mamanya mencarinya, mamanya sudah tenang di sana.

"Saya gak tau mau kemana bu" jawab Thalassa.

"Aduh si eneng ada-ada aja, kalau gitu sambil nunggu si eneng punya tujuan, mau ikut ibu aja gak?" Tanya nya.

"Kemana bu?"

"Ibu teh mau pulang neng, tapi ibu mau beresin dagangan ibu dulu"

Thalassa mengangguk, tak ada salahnya juga ia ikut dengan ibu itu. Lagi pula Thalassa yakin ibu itu orang baik. Jadi Thalassa mengikuti langkah kaki ibu itu yang ternyata berhenti pada sebuah kedai kecil yang berada di pinggir jalan.

Still UnfairWhere stories live. Discover now