8. Sebuah Angka

755 84 4
                                    

Reana POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Reana POV

"Ini yang namanya Reana?" tanya seorang wanita setengah baya itu. Ya, sekarang aku sedang berkunjung ke rumah tetangga. Yang membuatku malas adalah, aku harus berkunjung ke rumah Rigel. Tapi demi menjalin hubungan baik dengan tetangga, aku harus menuruti kemauan Nenek.

Kebetulan saja Rigel sedang tidak ada di rumah. Itu bagus. Karena kalau sampai bertemu dengannya, dia tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Malu? Ya... Tentu saja. Kejadian dimana diriku menuduhnya mengikuti-ku tadi siang masih tergiang. Kesal? Tentu saja. Rigel itu manusia yang nggak tahu sopan santun banget.

Aku tersenyum ke arah Bu Pita—Mama Rigel— sambil mengangguk pelan. "Iya, Tante."

Dulu sewaktu aku masih tinggal di rumah Nenek, Bu Pita belum tinggal di Indonesia. Bu Pita baru menetap di indonesia sekitar enam bulan lalu. Kata Nenek, Bu Pita mau fokus mengurus Rigel.

"Oh, ya. Rea, kamu bukannya satu sekolah sama Rigel, ya?" tanya Nenek.

"Iya."

Malas sih sebenarnya mengaku satu sekolah dengan Rigel.

"Wah, beneran?" tanya Bu Pita cukup kaget. "Eh, berarti kalian saling kenal dong?" tanya Bu Pita lagi.

Aku menggaruk ujung alis yang tidak gatal. "Iya, Tante."

"Besok-besok kalau mau main atau belajar sama-sama, disini aja. Sama Rigel."

"Iya."

Tidak lama Bu Pita mengalihkan pandangan. "Sudah pulang?"

Aku pun menoleh ke samping, dimana ada seorang cowok yang berdiri sambil memegang bola basket. Rigel. Cowok itu sudah basah karena keringat.

"Iya, Ma," balasnya. Lalu menoleh ke arahku. Menatapku dengan mata yang di sipitkan. "Lah, lu kenapa di sini?"

"Rigel! Jangan gitu!" Bu pita memperingati anaknya.

Rigel mendengus kesal. Menatapku dengan malas. Lalu naik tangga, menuju ke kamarnya.

Kan, kan, kan... Sudah aku bilang. Rigel itu menyebalkan. Bahkan dia tidak sopan dengan tamu.

"Maafin anak Tante ya Nak Rea," kata Bu Pita yang aku balas anggukan.

"Nak Rigel sebenarnya baik. Kamu coba deh kenalan lebih sama Rigel. Tahu aja nanti kalian jadi teman," ucap Nenek.

Aku menatap ke arah lantai atas. "Baik? Baik apanya," gerutuku.

***

Author POV

Rigel baru saja mandi. Dia memakai celana jeans hitam dengan Hoodie hijau tua. Dia akan bersiap-siap untuk turun ke jalanan malam ini. Dimana dia akan balapan liar lagi.

Beautiful Girl [END]Where stories live. Discover now