10. Cowok menyebalkan

750 75 3
                                    

Reana POV

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.


Reana POV

Setelah mendapat perawatan dari Dokter, aku sudah bisa pulang. Kini diriku berjalan di koridor rumah sakit bersama Rigel. Tidak lupa juga dengan keheningan yang sedari tadi menyelimuti kami berdua.

Aku meremas jari-jariku. Sesekali melirik Rigel secara diam-diam.

"Ngapain liatin gue terus?" tanya Rigel. Cowok itu memberhentikan langkahnya. Membalikan posisinya ke samping, dan menatapku dengan tatapan mengintimidasi.

Aku menelan saliva-ku susah payah. Pipiku juga serasa panas, malu. Malu karena ketahuan melihat dia terus-terusan tadi. Secepatnya aku mengalihkan pandanganku darinya. "N-nggak! Siapa juga yang lihatin situ!"

Rigel memutar bola matanya malas. "Ada yang mau lo omongin?"

Aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Menatap Rigel sambil menyengir polos.

"Mmm... Rigel," panggilku. Rigel masih menatapku dengan datar. "Tentang hal ini, jangan kasih tahu nenek, ya?" Aku memohon dengan kedua tanganku. Dan juga... Ah, sial! Sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini, tapi karena keadaan aku harus melakukannya. Aku menunjukkan puppy eyes-ku padanya.

"Ya? Ya?"

"Nggak!" Rigel membalas dengan cepat.

Aku menurunkan tanganku. Menatap Rigel dengan perasaan dongkol.

"Ayolah, Rigel. Bantu gue kali ini aja, ya?" pintaku lagi sedikit merengek seperti anak kecil.

"Nggak. Gue bilang nggak ya nggak!"

Rigel kembali melangkahkan kakinya. Meninggalkan diriku di koridor rumah sakit. Aku menatap punggung Rigel yang makin menjauh.

"Es batu!" gumamku. Lalu berlari pelan untuk mengejar cowok itu.

Sesampai di parkiran pun aku tetap memohon padanya, berharap dia berbaik hati mau membantuku untuk hal ini saja. Aku tidak bisa membayangkan betapa nenek akan sakit hati melihatku babak belur begini akibat di bully.

"Rigel, pleasee... Bantu gue kali ini aja. Nanti gue beliin ice cream deh buat lo."

Rigel menunda untuk memasang helm. Dia menatapku dengan kerutan di keningnya.

"Lo kira gue anak kecil?" tanya Rigel.

"Y-ya terus lo maunya di sogok pake apa?"

Rigel menghela nafas begitu berat. "Oke, gue nggak akan kasih tahu nenek tentang ini. Puas?"

Aku menarik senyumku sampai menampakkan deretan gigi.

"Beneran?" tanyaku.

"Hmmm."

"Serius?"

"Hmmm...."

"Demi apa?"

Rigel menatapku jengah. "Sekali lagi lo nanya gitu, gue tarik omongan gue tadi."

Beautiful Girl [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat