21. Menjenguk Kenric

522 62 2
                                    

Author POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Author POV

Kenric membuka matanya secara perlahan. Begitu penglihatannya sudah jelas, dia dapat melihat ruangan yang didominasi oleh warna putih. Bahkan bau obat-obatan lumayan menyengat di indra penciumannya. Saat itu juga dirinya tahu dimana ia berada.

Tempat yang sudah tidak asing lagi untuk seorang Kenric.

Kenric menoleh ke samping. Mendapati bundanya yang tertidur pulas. Kenric sedikit merasa bersalah melihat raut wajah bundanya yang khawatir, walau dalam keadaan tertidur sekali pun.

Kenric mengelus rambut Bundanya, tapi malah berujung membangunkan beliau.

"Kamu sudah bangun sayang?" tanya Acika begitu lega. Kenric mengangguk pelan. "Kamu lapar nggak?"

"Lumayan, Bun."

"Kalau gitu Bunda beli makanan di kantin rumah sakit dulu ya? Kamu disini sebentar. Jangan kemana-mana, ya?" pinta Acika dengan suara yang lembut. Sebelum meninggal Kenric, Acika sempat mencium kening Kenric.

Kenric memerhatikan tangan kirinya yang di infus. Tak apa, Kenric sudah berteman baik dengan semua yang berkaitan dengan rumah sakit.

BRAK!

Kenric menoleh ke pintu. Mendapati Julian yang nafasnya ngos-ngosan. Cowok itu berjalan ke arah Kenric dan berusaha untuk berbicara, tapi susah.

"Ngomong aja," kata Kenric kepada Julian.

"I-itu... Huh... Si cewek yang lo suka itu ada di rumah sakit ini!" ucapan Julian membuat Kenric ikut cemas dan bingung juga.

Kenric berdecak. "Lo!" ia menunjuk Julian dengan lantang.

"Kenapa?"

"Jangan bilang apa-apa sama Reana, bahkan siapa pun itu kalau gue kenapa-kenapa. Nanti kalau dia bilang gue kenapa, bilang aja gue kecapean!" tutur Kenric yang langsung di angguki Julian.

Kenric berusaha melepaskan infus di tangan, tapi terhalang karena Julian mencegahnya.

"Lo gila kali, ya?!" ujar Julian tidak habis pikir.

Kenric berdecak. "Udah lo jangan khawatir, walau gue lepas ini pun gue akan baik-baik aja."

Cowok itu pun melepaskan infus yang menancap tangannya. Membuat Julian yang melihat itu meringis sakit.

"Nih, bawa infusnya keluar sebentar. Jangan bawa kesini sebelum Reana pergi," suruh Kenric sambil menyerahkan infusnya kepada Julian.

"Lah? Lah? Kok gue?"

"Udah buruan!"

"Gue mau bawa nih kemana, njir?"

"Seterah lo! Buruan!" usir Kenric.

Dengan terpaksa Julian menuruti kemauan Kenric dan memilih keluar secepatnya.

Tidak lama setelah kepergian Julian seseorang mengetuk pintu ruang rawat Kenric.

Beautiful Girl [END]Where stories live. Discover now