25. Si pengecut

464 60 4
                                    

Reana POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Reana POV

"ANN!!!" teriak Kenric di parkiran sambil melambai-lambai ke arahku.

Aku bisa melihat senyumnya yang nampak berbeda. Bukan senyum bahagia. Senyumnya nampak di paksakan. Ada setitik rasa sakit di hatiku begitu melihat senyumnya. Aku juga tidak tahu ada apa dengan hatiku.

Tapi aku membalas senyum Kenric dan melambai kecil kepada lelaki tersebut, dan mendekatinya.

"Maaf, lama. Tadi ada ulangan mendadak," jelasku tak enak hati.

Kenric mengacak-acak rambutku. "Nggak apa-apa."

"Ih! Berantakan, Ken!" omelku. Aku pun membenarkan rambutku kembali. Sedangkan Kenric hanya terkekeh melihat diriku yang nampak kesal.

Setelah itu Kenric memasang helm ke kepala-ku.

Tuk!

Tuk!

Tuk!

Begitu helmnya sudah terpasang, dia mengetuk helmnya.

"Biar apa gitu?" tanyaku.

"Mastiin helm ini kuat biar kepala lo aman." Kenric menaikan kedua alisnya sambil tersenyum tengil. Dih apaan tuh!

Untuk kali ini senyuman Kenric benar-benar tulus. Aku bisa merasakannya. Tentang senyuman Kenric yang nampak terpaksa tadi masih jadi tanda tanya besar di kepalaku. Apa cowok di depanku punya masalah besar? Apa dia baik-baik saja?

"Ken, kenapa?"

Tentu saja kalimat itu cuma bisa aku pendam. Lagian kalau kelihatan kepo banget, malah keliatannya aneh banget dan nggak sopan.

"Hei!"

Aku tersadar dari lamunan begitu Kenric menegang kedua bahuku. "Kenapa?" tanyaku.

"Lo kebiasaan banget deh ngelamun kayak gitu. Mikirin apa?" tanya Kenric.

Aku menggeleng. "Nggak kok. Nggak lagi mikir apa-apa, gue cuma capek aja," alibiku. Duh! Dusta banget!

"Serius?"

Aku mengangguk beberapa kali. "Eugh!"

Kenric hanya mengangguk dan tersenyum saja. Lalu cowok itu naik ke motor vespa-nya. "Ayo! Buruan naik!" Kenric menepuk-nepuk jok di belakang. Tidak mau lama-lama, aku pun menurut.

Begitu naik aku langsung melingkarkan tanganku di pinggangnya. Membuat Kenric terkekeh kecil.

"Kenapa?" tanyaku bingung.

Kenric mengeleng. "Nggak. Gue cuma ngerasa terpukau aja. Biasanya lo pegangan di besi dulu, terus baru pegangan di pinggang gue kalau di suruh aja," jelasnya.

Duh, kalau denger ucapan Kenric malah kesannya malu. Sekarang aku malah bingung sendiri, mau tetep lingkarin tangan di pinggang dia, atau pindah pegangan aja ke besi belakang? Tapi tanganku serasa mati rasa buat di gerakin.

Beautiful Girl [END]Where stories live. Discover now