4. Cowok Aneh!

964 96 3
                                    

Reana POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Reana POV

Kini aku sedang bersiap-siap untuk ke sekolah. Aku merapikan dasi yang baru saja aku pasang. Menatap diriku cukup lama di cermin. Aku melihat seorang gadis dengan kulit sawo matang, dengan banyaknya jerawat di wajahnya.

Aku bertanya pada diri sendiri. Memangnya seperti apa definisi cantik itu? Apa harus putih?

Aku harus menguatkan diri saat sampai sekolah nanti. Sebab Geng Viona pasti akan mulai mencari ulah. Mungkin saja menyuruhku untuk membelikan mereka makanan di kantin, atau yang lebih parahnya lagi, memunguti sisa-sisa makanan mereka di lantai. Aku pernah memberontak sesekali, dan hasilnya aku di siksa oleh mereka. Lapor ke kepala sekolah? Tidak mungkin. Sebab kepala sekolah SMA Permata adalah Ayahnya Viona.

Aku menghela nafas kecil. "Tenang, Reana. Satu semester lagi kamu akan lulus dari sana."

Setelah selesai bersiap-siap aku mengambil tas ransel dan turun ke bawah untuk bergabung di meja makan bersama Nenek.

"Pagi, Nek!" sapaku begitu melihat Nenek yang sudah duduk di meja makan.

"Pagi, Sayang. Ayo, makan!" aku mengangguk semangat.

Kulihat begitu banyak makanan yang sudah di siapkan. Berbeda jauh dengan kehidupanku di rumah lama. Dulu aku hanya sarapan roti yang hanya sempat aku beli di warung, atau jika memang sedang tidak ada uang, aku tidak sarapan sama sekali.

"Nek, nanti Rea berangkat naik ojek aja."

Bukan tanpa alasan aku meminta seperti itu. Kalau saja aku di antar oleh Nenek atau sopir pribadi Nenek, bisa-bisa aku akan terlihat mencolok di sekolah. Aku tidak mau itu terjadi.

"Lho, kenapa harus naik ojek?" tanya Nenek, bingung.

"Reana cu—"

"Nenek sudah siapkan sopir pribadi buat kamu. Jadi, hari ini dan seterusnya kamu akan di antar-jemput sama sopir itu. Nenek nggak mau dengar penolakan, Rea." Nenek mengeleng dan tersenyum hangat ke arahku.

Hah, aku tahu endingnya akan begini. Hah, tuhan aku harus apa?

"Iya. Makasih ya, Nek." Aku tersenyum ke arah Beliau dengan ceria.

"Sudah, habiskan makananmu dan berangkatlah ke sekolah. Makan yang banyak biar semangat di sekolah, oke?"

"Eugh!" aku mengangguk tegas.

Walau memiliki banyak fasilitas di rumah Nenek, aku masih saja merasa kurang. Ibu. Aku merindukan wanita itu.

Saat tahu kalau ibuku hamil, Nenek begitu frustrasi dan bingung. Nenek akhirnya menerima keadaan ibu. Dia meminta ibuku untuk mempertahankan aku saat itu. Tapi ibu menolak, dia ingin sekali mengugurkan bayinya.

Jujur saja, sebenarnya aku masih penasaran akan siapa ayah kandungku.

Aku pernah memikirkan bagaimana kalau aku bertemu ayah kandungku? Apa yang harus aku lakukan? Menyapanya dengan hangat? Atau aku harus diam? Atau bahkan membencinya?

Beautiful Girl [END]Where stories live. Discover now