48. Harapan

295 36 0
                                    

TAK!

Reana membanting gelas ke meja dengan keras. Ia tidak habis pikir dengan cowok yang bernama Rigel itu. Bisa-bisanya cowok itu mengatakan kalau dirinya ada urusan mendadak dan tidak bisa menemui Reana.

"Re...."

"Astaga! Rigel, sialan! Bisa-bisanya dia langsung pergi gitu aja tanpa ketemu gue dulu. Dia nggak mikir apa kalau gue juga kangen sama dia!" omel Reana kepalang. "Mentang-mentang model terkenal!"

Kenric yang sedari tadi duduk di hadapan Reana pun akhirnya terkekeh kecil.

Reana mengkerutkan kening. "Kenapa ketawa?"

"Reana yang gue kenal udah nggak sepolos dulu, ya."

Mendengar itu sontak Reana jadi malu. Apa tadi dia mengomel terlalu berlebihan?

"Tentu aja! Gue, kan, udah dewasa. Wajar dong kalau gue udah gak sepolos dulu. Bahkan gue sekarang bukan gadis yang lemah beberapa tahun lalu." Reana mengatakan dengan penuh keceriaan. Tapi perlahan murung kembali ketika melihat wajah Kenric yang berubah drastis.

Ada apa dengan Kenric?

Reana menegang punggung tangan Kenric. Lalu mengelusnya dengan lembut.

"Tapi tenang aja. Reana yang lo kenal masih ada di sini. Ann yang dulu, masih ada buat lo," lirih Reana dengan senyum yang tulus.

Kenric pun tersenyum mendengar hal tersebut. "Ann...."

"Hmm?"

Kenric menatap mata Reana cukup lama. Mengatakan perasaan satu sama lain dengan tatapan tersebut. Seolah-olah saat itu pula keduanya hanya punya ruang tersendiri.

"Lo nggak benci gue?" tanya Kenric akhirnya bersuara.

Reana menggeleng. "Nggak."

"Kenapa?"

"Karena nggak ada satu pun alasan gue buat benci sama lo."

"Lo nunggu gue selama ini?"

Reana terdiam. Seolah-olah pertanyaan Kenric adalah hal yang paling sulit yang pernah ia temui.

"Kenapa, Ann? Kenapa lo nunggu gue selama itu. Padahal kalau harapan udah nggak ada buat hidup gue, perjuangan lo akan sia-sia. Apa karena surat itu?" tanya Kenric.

Reana masih terdiam. Menatap ke arah lain. Surat perpisahan saat di rumah sakit itu juga berisi perasaan Kenric. Satu hal itu juga adalah alasan Reana.

"Ann?"

"Memang kenapa kalau gue nunggu lo? Gue yakin kok kalau lo masih punya harapan. Lo lupa kalau gue akan dukung lo sampai akhir?" wanita itu menatap mata Kenric dengan tatapan serius.

Kenric tersenyum lebar. Ia menatap Reana dengan tatapan bangga. Ah, gadis yang dulu selalu merasa dunianya hancur kini sudah dewasa.

"Sekarang lo gimana?"

"Gimana? Maksudnya?" Reana nampak bingung.

"Sekarang gimana? Lo masih suka gue atau udah suka sama orang lain?"

Ah, sial! Sudah berapa kali hari ini cowok itu membuat Reana mati seribu bahasa.

Reana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Menatap ke arah mana saja asal jangan ke arah manusia di depannya itu. Bisa gila lama-lama ia dekat dengan manusia satu itu.

Kenric mengacak-acak rambut Reana gemas. "Kalau lo salah tingkah kayak gitu terus, lama-lama gue makin pengen nikahin lo," celetuk Kenric tidak main-main.

Mulut Reana ternganga. Menatap Kenric tidak percaya. Cowok itu baru bertemu dan sekarang sudah mau melamar dirinya tiba-tiba.

Reana berpindah tempat duduk ke sebelah Kenric. Memegang dahi cowok itu. Mengecek suhu tubuhnya. Kalau saja panas, mungkin wajar kalau cowok itu mengatakan hal yang aneh-aneh.

"Normal. Lo nggak panas," ucap Reana.

"Gue baik-baik aja."

"Terus kenapa lo nyeletuk yang nggak-nggak gitu. Gila lo ya! Baru juga ketemu udah mau ngelamar gue." Reana menggeleng kepala pelan. Kenric benar-benar gila. "Sepertinya operasi kemarin emang bikin lo sembuh. Tapi nggak untuk kesehatan jiwa lo."

Kenric mendekat ke arah Reana. Membuat wanita itu memundurkan badannya.

"Kalau aku beneran ngelamar kamu. Emang kamu mau?" tanyanya.

Reana menelan saliva-nya yang sepertinya tersangkut di kerongkongan. Jarak antara mereka hanya ada beberapa inci saja. Mata Reana terus terfokus kepada mata Kenric. Cowok itu tidak main-main dengan setiap katanay barusan.

"Will you marry me?"

Reana masih diam.

"Lo beneran nggak mau? Oke, gue akan hitung mundur dari hitungan tiga. Kalau sampai lo nggak jaw—"

"Yes!" jawab Reana cepat.

Kenric yang mendengar hal itu terdiam sebentar. Kaget dengan balasan Reana yang ternyata secepat itu. Cowok itu lalu bersorak sedikit kencang, membuat beberapa pengunjung restoran menatap mereka heran.

Reana sendiri malah malu sendiri. Tapi baginya hal ini adalah hal yang membahagiakan.

"Tunggu di sini sebentar!"

"Mau keman—" belum sempat Reana bertanya lebih, cowok itu sudah pergi entah kemana.

Reana menutup wajahnya yang sudah serasa panas sekali. Dia malu sekali.

Ayolah katakan kalau ini adalah mimpi. Awalnya dulu ia pernah sekali ingin menyerah pada harapan kalau kisahnya dengan Kenric akan terus lanjut. Dan yap! Ternyata harapan tersebut tidak sia-sia.

Perasaan wanita itu tidak bisa di jelaskan lagi betapa bahagianya dia. Apa perlu Reana membuat bumi berbentuk love? Yang benar saja!

Tidak lama Kenric kembali. Cowok itu menarik tangan Reana. Lalu memasukan sebuah cincin yang nampaknya cowok itu buat dengan rangkaian batang rumput. Tapi hal itu membuat Reana makin salah tingkah.

"Karna kayaknya gak sempat beli cincin, gimana kalau ini aja dulu?" Reana mengangguk. Tersenyum manis ke arah cowok di depannya. "Aneh, ya?" tanya Kenric.

Reana menggeleng. "Aku suka. Ini mungkin jadi hal sepele bagi orang. Tapi bagi aku ini hal yang cukup buat buat aku bahagia."

Kenric tersenyum.

Grep.

Reana kembali memeluk Kenric. Memastikan kalau yang ia alami ini bukanlah mimpi. Ia berharap momen ini benar-benar nyata.

Reana menangis dalam diam. Tapi Kenric tahu jika Reana sedang menangis, terlihat dari getaran dan juga rasa basah di pundaknya.

"Ann...?"

"A-aku bangga sama kamu karna bisa lewatin setiap rintangan hidup. Aku juga bahagia kamu masih punya harapan untuk hidup."

Kenric membalas pelukan Reana dengan erat. Bahkan saat ingin melakukan operasi, Kenric awalnya tidak percaya harapan. Tapi mengingat seseorang bernama Reana, Kenric berusaha untuk percaya kalau harapan masih ada untuknya. Dan kehendak ada di tangan Tuhan. Bisa saja akan ada hal yang lebih indah setelah ia melakukan operasi tersebut.

"I love you, Ken."

"I love you too, Ann...."

***

DeaZanursih

Beautiful Girl [END]Where stories live. Discover now