16. Tangisan Reana

584 66 1
                                    

Reana POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Reana POV

Beberapa kali aku mengerjakan mata. Mencoba memperjelas penglihatan. Aku langsung terkejut dengan apa yang aku lihat saat ini. Wajah Rigel yang tertidur di atas meja bersamaku. Sepertinya kami tertidur tadi karena asik belajar bersama. Aku tidak tahu sekarang sudah jam berapa, tapi suhu di luar sudah mulai dingin.

Aku memilih mendiamkan diriku sejenak di sana. Menatap wajah cowok itu lebih teliti. Hidung yang mancung, bibir yang berwana merah, mata yang selalu menatapku dengan tajam. Tapi entah kenapa kalau tidur begini, Rigel lebih terlihat tampan.

"Jangan di tatap gitu banget," ucap Rigel membuka mata.

"Jangan di tatap gitu banget," ucap Rigel membuka mata

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Buru-buru aku menegakkan tubuhku. Mengalihkan pandangan ke arah lain. Arah lain, selain Rigel!

Duh, canggung jadinya!

Duh, malu!

Ah, sialan memang kau Reana!

Rigel tersenyum kecil. Lalu menatap jam tangannya. "Udah jam 2 pagi. Gue pulang. Bye!"

"I-iya, bye,"balasku masih merasa canggung.

Sebelum membuka gerbang, Rigel kembali berkata, "jangan karena lo lihatin gue tadi, lo jadi naksir."

"NGGAK MUNGKIN!" ujarku dengan percaya diri. Tidak akan pernah terjadi sama sekali malahan!

Rigel menaikan kedua bahunya.

"Tahu aja lo gitu." Lalu Rigel keluar dari pekarangan rumahku.

Aku menjatuhkan kepalaku ke meja. Jangan khawatir, rasa sakit ini tidak seberapa dengan rasa malu karena menatap wajah Rigel saat tidur tadi. Apa lagi ketahuan oleh orangnya.

Aku mendengus. "Sialan memang!"

"Sttt... Stt..." desis seseorang. Aku mendongakkan wajahku. Mencari dari mana asal suara itu. Dan ternyata itu hasil kelakuan dari Rigel. Cowok itu berdiri di batas pagar rumah. "Selamat malam, manis," katanya dengan senyum manisnya. Eh?

Mataku melebar, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Apa-apaan itu?

Rigel lalu terbahak-bahak. "Tuh, kan! Lo baper!"

Beautiful Girl [END]Where stories live. Discover now