14. Yang seharusnya tidak ada

608 71 3
                                    

Reana POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Reana POV

Pelajaran seni budaya baru saja selesai begitu bel istirahat berbunyi. Pak Botak— namanya sebenarnya Haryono, hanya saja karna dia botak, semua anak-anak dan guru memanggilnya begitu—keluar bersama anak-anak kelas XII IPA 2 sambil melemparkan lelucon.

"Hari ini mau makan apa, ya?" tanya Adara padaku. "Makan baso aci atau seblak?"

Aku mulai menimang-nimang. "Baso aci aja gimana?"

Adara mengeleng. "Seblak gimana? Super pedes!" seru Adara. Cewek itu menaik-turunkan alisnya.

Ya, gadis itu penikmat semua makanan pedas. Adara yang memberitahu diriku jika Adara sering makan makanan yang pedas, kalau makan nasi tanpa sambal, dia merasa ada yang kurang, dan jangan lupakan juga dengan kerupuk. Nyam! Nyam!

"Lambung lo nggak apa-apa tuh makan pedes dulu? Kenapa kita nggak makan nasi goreng aja dulu. Habis itu baru makan seblak!" saranku yang langsung di angguki Adara. Matanya nampak berbinar-binar.

Adara masih suka makan banyak, tapi gadis itu tidak lupa untuk olahraga dan makan-makan yang bergizi. Jadi, wajar saja jika tubuh Adara masih nampak bagus.

"Yaudah, ayo! Cus, buruan ke kantin Mang Dadang!" Adara menarikku kelaur kelas. Tapi baru saja sampai pintu, tiba-tiba kami berhenti.

Aku bingung begitu melihat dua cowok yang berdiri di depan kami. Siapa lagi jika bukan Kenric dan Rigel.

"Kenric? Rigel? Ngapain di sini?" tanyaku kepada kedua cowok di depanku.

Rigel nampak begitu tidak suka akan kehadiran Kenric. Bahkan cowok itu melototi Kenric. Sedangkan Kenric, dia memberikan ekspresi datar dan bodo amat pada Rigel. Hal itu malah membuat diriku tambah kepo.

"Lo mau kemana?" tanya Rigel.

"Mau ke kantin sama temen," jawabku.

Rigel menatap Adara yang berada di sampingku. Lalu hanya beroh santai.

"Kalau gitu batalin."

"Ha?"

Aku makin bingung dengan cowok yang bernama Rigel ini. Jelas-jelas aku sudah punya janji bersama Adara, tapi Rigel malah seenaknya menyuruh begitu.

"Lo bisa makan sendirian dulu, kan? Gue punya urusan penting sama dia. Buruan lo pergi sana," ujarnya kepada Adara. Membuat Adara mengangguk dan pergi. Tapi cepat-cepat aku tahan.

"Jangan pergi, Dar. Jangan dengerin dia."

Adara mengeleng dan tersenyum. "Nggak apa-apa kok. Kayaknya kamu punya banyak urusan kali ini. Aku duluan, ya, bye!" Adara sempat mengedipkan matanya. Membuatku merasa aneh dengan kode-kodenya tersebut.

Aku menatap Rigel begitu kesal. Ah, kenapa cowok itu selalu membuat moodku hancur setiap saat? Menyebalkan, bukan?

"Nyebelin banget sih lo!" kesalku.

Beautiful Girl [END]Where stories live. Discover now