ISEY || CHAPTER DUA PULUH TUJUH

440 38 3
                                    

[I Shall Embrace You]

-

-

Happy reading

jangan lupa Vote dan komen cerita ini~

-

-

-

Cia tidak berniat turun dari atas tempat tidur. Ia juga tidak berniat menceritakan apapun pada Vian. Yang ia lakukan hanya menangis sejak pulang dari kafe itu. Membuat Ratna dan Fery khawatir.

Ratna dan Fery bertanya pada Vian alasan kenapa Cia menangis. Dan Vian hanya menjawab asal dengan mengatakan, "Cia sakit perut karena datang bulan."

Vian tidak mungkin mengatakan alasan yang sebenarnya pada kedua orang tuanya. Ia kembali ke kamar membawa nampan berisi makanan dan minuman. Ia meletakkannya diatas nakas di samping tempat tidur.

Ia melirik pada Cia yang membelakanginya. Bahu gadis itu masih bergetar. Vian ikut berbaring di sebelah Cia. Ia menatap punggung yang berbalut baju kaos bewarna hitam itu.

Vian mendengar isakan lirih dari mulut Cia. Vian tahu hari ini pasti akan datang juga. Sebenarnya Vian sudah lama tahu tentang hubungan Alvin dengan Ghea sepupunya. Bahkan dulu Vian juga mencoba menjelaskan pada Cia namun terus dibantah oleh gadis itu karena tidak percaya.

Vian merapatkan tubuhnya pada tubuh Cia. Ia memeluk gadis itu dari belakang. Menghantarkan rasa hangat pada tubuh yang bergetar itu.

"Cia," ucap Vian lembut.

Cia tersentak mendengar suara Vian. Laki-laki itu tidak pernah memanggilnya selembut itu.

"Lihat aku," ucapnya lagi. Kali ini ia mulai melonggarkan pelukannya pada tubuh Cia. Memberi ruang agar gadis itu bisa berbalik menghadapnya.

Lama menunggu, namun Cia tidak juga berbalik menatapnya.

Vian menghela nafas. Ia tidak pernah dihadapkan pada situasi semacam ini sebelumnya.

"Aku harus ngapain supaya kamu berhenti nangis?" tanya Vian frustasi.

"Apa aku harus mukulin Alvin sampai ia babak belur trus masuk rumah sakit? Atau perlu aku patahin kakinya? Atau aku perlu--" ucapan Vian terhenti ketika ia mendengar samar-samar suara tawa yang keluar dari mulut Cia. Meskipun tawa itu terdengar dipaksakan.

Cia membalikkan tubuhnya menghadap Vian. Matanya langsung bersirobok dengan mata hitam milik Vian.

Vian mengamti raut wajah itu. Mata Cia yang bengkak karna menangis beberapa jam. Serta hidungnya yang merah, terlihat jelas karna kulit Cia yang putih.

Vian mencium mata kiri Cia lalu beralih ke mata sebelah kanan. Ia menatap wajah Cia yang nampak terkejut karena aksinya barusan. Vian mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil Cia. Memberikan ketenangan pada gadis ini.

"Aku tahu kamu kecewa sama dia. Tapi aku juga nggak suka lihat kamu nangis kayak gini, Cia." Vian menatap lekat-lekat bola mata Cia.

Ditatap seperti itu membuat air mata Cia mendadak berhenti. Sejenak ia terpukau dengan sikap Vian yang lembut padanya saat ini.

"Kamu jahat," ujar Cia sembari memukul dada Vian.

Vian mengerinyit heran, detik selanjutnya ia tersenyum. "Jahat kenapa?" tanya Vian pura-pura tidak tahu.

"Kamu udah lama tahu tentang hubungan Ghea sama Alvin. Tapi nggak ngejelasin apa-apa ke aku. Kamu suka lihat aku kayak orang bodoh?" tanya Cia jengkel.

Vian terkekeh pelan lantas mengelus puncak kepala Cia.

I SHALL EMBRACE YOUWhere stories live. Discover now