ISEY || CHAPTER LIMA BELAS

480 44 0
                                    

[I Shall Embrace You]

-

-

Hai balik lagi

Jangan bosan ya, Happy reading~

-

-

-


"Cia?" panggil Ranti.

"Cia." Kali ini Ranti menyiku tangan Cia.

"Kenapa?" tanya Cia yang merasa terganggu.

"Vian," ujar Ranti.

Cia memutar bola matanya. Malas sekali rasanya mendengar nama itu sekarang. "Kenapa lagi dia?" tanya Cia dengan tatapan yang masih fokus menyimak.

"Vian tadi nyariin kamu," jawab Ranti berbisik. Takut jika nanti obrolan mereka diketahui oleh orang lain.

"Hah?!" Cia terkejut. Semua orang yang ada di ruangan itu beralih menatap Cia. Cia tersenyum malu mendapati tatapan dari semua orang. Alvin hanya tersenyum melihat tingkah pacarnya itu.

"Biasa aja kali." Ranti memperingati sembari melototkan matanya.

"Nggak lucu," ujar Cia.

"Serius. Aku tadi liat. Vian nanyain kamu ke Alvin. Dia juga nanyain kamu ke aku." Ranti mengakhiri percakapan mereka.

Cia menatap Ranti, seolah mencari letak kebohongan pada sorot mata gadis itu. Tapi sayangnya ia tidak menemukan setitik pun sorot kebohongan dari mata Ranti. Kemudian ia menghela nafas. Ada perasaan aneh dalam hatinya ketika ia mendengar jika Vian mencarinya.

Rapat kepengurusan masa jabatan BEM selesai pukul tujuh malam. Itu berarti Alvin bukan lagi ketua BEM di fakultasnya. Serta besok juga akan dilaksanakan sidang pelantikan kepengurusan BEM  yang baru. Artinya, masa kepengurusan mereka telah selesai. Tanggung jawab sudah sepenuhnya diserahkan pada kepengurusan yang baru.

Anggota BEM memutuskan untuk makan malam bersama di sebuah kafe yang terletak tidak jauh dari kampus. Tapi tidak dengan Cia.

Gadis itu memutuskan untuk pulang. Terlebih setelah dia mendengar jika tadi Vian mencarinya. Pasti ada hal penting yang ingin laki-laki itu bicarakan.

Ia hanya ingin cepat sampai ke rumah. Dia ingin menyelesaikan masalahnya dengan Vian, suaminya. Terkadang aneh rasanya menyebutkan Vian sebagai suaminya. Meski itu fakta.

"Cia kamu yakin nggak ikut?" tanya salah seorang teman satu organisasinya.

Cia menggeleng. Ada hal yang lebih penting yang harus ia selesaikan.

"Kapan-kapan aja," jawab Cia.

Gadis itu mengangguk pada Cia lalu pergi ke arah mobil Galang.

"Pulang sama siapa?" tanya Alvin. Sejujurnya laki-laki itu sedikit aneh dengan tingkah Cia belakangan ini. Tapi sebisa mungkin ia menepis perasaan aneh itu.

"Aku naik taksi aja," jawab Cia.

"Aku antar, ya?" tawar Alvin.

Cia tersenyum lalu menggenggam tangan Alvin. "Nggak usah," tolak Cia lembut. Alvin tidak bisa memaksa jika memang itu keinginan Cia.

Semua orang mulai meninggalkan area kampus. Kecuali Cia dan Alvin. Laki-laki itu ngotot ingin menemani Cia sampai gadis itu naik ke dalam mobil.

Tidak lama, taksi yang dipesan Cia datang. Gadis itu segera naik dan duduk di kursi penumpang.

I SHALL EMBRACE YOUWhere stories live. Discover now