ISEY || CHAPTER DUA PULUH ENAM

442 45 3
                                    

[I Shall Embrace You]

-

-

Hai balik lagi

masih nungguin nggak nih?

-

-

-

Cia diam saja di dalam mobil meski Vian beberapa kali mengajaknya berbicara. Begitu banyak pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya. Tentang hubungan Ghea dan Vian, hubungan antara Ghea dan Alvin, dan kaitan antara Vian dan Alvin.

Cia menghela nafas berat. Sontak itu membuat Vian menoleh menatapnya.

"Kamu mikirin apa?" tanya Vian.

"Hah?" jawab Cia. Ia menatap Vian yang sudah kembali menatap jalanan.

"Vian," ucap Cia ragu-ragu.

"Mau tanya apa?" Vian seolah tahu apa yang ingin Cia katakan.

"Ghea sepupu kamu?" tanya Cia. Vian mengerutkan dahinya heran dengan pertanyaan Cia.

"Kenapa nanya gitu? Bukannya udah jelas?" Vian balik bertanya.

Cia mengangguk lemah. "Jadi kamu juga sepupuan sama Alvin?" tanya Cia ingin memastikan sesuatu.

Dahi Vian kembali berkerut. Ia menatap Cia yang seolah menanti jawaban 'ya' dari mulutnya.

"Enggak." Vian tidak menatap ke arah Cia. Wajah Cia mendadak kaku.

"Jawabnya serius, Vian," ujar Cia. Ia merasa Vian tidak sungguh-sugguh menjawab pertanyaannya.

Vian menghela nafas kemudian menatap gadis yang duduk di jok sebelahnya. "Enggak, Cia." laki-laki itu menatap Cia tepat di bola matanya.

Cia menelan ludah samar. Hatinya mulai bergetar. "Alvin bilang, dia sepupu Ghea. Kalau gitu, dia juga sepupu kamu dong," ujar Cia menjelaskan apa yang ada di kepalanya.

"Aku bilang enggak. Alvin bukan sepupu aku." Vian menggantung ucapannya.

"Dan satu hal lagi, Alvin juga bukan sepupu Ghea." tegas laki-laki itu.

"Kamu bohongin aku, ya?" tanya Cia mencoba menutupi hatinya yang mulai bergetar kecewa.

"Siapa yang bohongin kamu? Pacar kamu kali yang bohong." Vian tidak terima dituduh seperti itu.

"Alvin nggak mungkin bohong!" tegas Cia mempertahankan pendiriannya.

Vian menepikan mobilnya. Ia menatap Cia dengan raut kesal. Ah, dia benci sekali mendengar Cia membentaknya seperti itu.

"Yaudah. Kalau nggak percaya, kita balik lagi aja ke rumah Tante Sri, tanya apa hubungan Alvin sama Ghea." Vian berusaha mengontrol diri.

Dahi Cia berkerut mendengar ucapan Vian. Seolah laki-laki itu mengetahui sesuatu yang ia sendiri tidak tahu.

"Nggak mau," cicit Cia yang mulai meneteskan air matanya.

Ia takut jika ternyata nanti ia menerima fakta yang menyakitkan. Ia takut jika ternyata Alvin mengecewakannya. Ia takut semua hal itu terjadi.

Vian menghela nafas. "Jangan nangis, nanti aku beliin es krim," ujar Vian berusaha membujuk.

Cia melayangkan tatapan tajam ke arah Vian. "Kamu pikir aku anak kecil." ia memukul lengan Vian kesal.

Vian tersenyum tipis lalu kembali melajukan mobilnya. Tidak lama mereka berhenti di sebuah kafe.

"Ngapain ke sini?" tanya Cia bingung.

I SHALL EMBRACE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang