ISEY || CHAPTER DELAPAN BELAS

446 40 0
                                    

[I Shall Embrace You]

-

-

Happy reading

jangan lupa vote dan komen~

-

-

-

"Kamu yakin liat secara langsung?" tanya Dimas pada Vian yang sibuk memasukan bola ke dalam ring.

"Hmm," jawabnya.

"Trus?" Dimas berusaha merebut bola yang ada di tangan Vian.

"Trus apanya?" tanya Vian menghindari Dimas.

Dimas menghela nafas, jengkel dengan sikap Vian yang mengesalkan itu.

"Ya, sikap kamu gimana?" Dimas berhasil merebut bola.

Vian menatap bingung ke arah Dimas. Setelahnya ia menggaruk kasar kepala belakangnya. Lalu berjalan ke tepi lapangan.

"Nggak gimana-gimana. Lagian dia juga nggak bakalan percaya." Vian menegaskan.

Dimas mengekor di belakang Vian. Mengikuti laki-laki itu hingga ke tepi lapangan, lalu duduk di sebelahnya.

"Kamu harus ambil sikap, Bro." Dimas memukul pelan pundak Vian memberi dukungan.

"Vian!" teriak seorang gadis dari ujung sana.

Sontak membuat Vian dan Dimas menoleh bersamaan. Bibir Dimas melengkung menciptakan senyuman. Sedangkan Vian memutar bola mata hendak pergi namun ditahan oleh Dimas.

"Istri manggil, mau pergi gitu aja?" Dimas menggoda Vian. Membuat laki-laki itu menghela nafas berusaha bersabar.

"Ponsel aku sama kamu, kan?" tanya Cia saat ia sudah berdiri di hadapan Vian. Vian menatap Cia datar lalu ia memalingkan wajahnya ke samping. Sedangkan Dimas masih setia berdiri di sana sebagai penonton.

"Hmm," gumam Vian menjawab.

"Kenapa nggak bilang, sih?" tanya Cia jengkel. Raut wajahnya berubah kesal.

"Kamu nggak nanya," jawabnya acuh.

Cia memutar bola mata lalu menengadahkan tangannya ke arah Vian. "Yaudah, sini ponsel aku."

Vian melirik sekilas ke arah Cia setelah itu ia berjalan pergi meninggalkan Cia dan Dimas.

"Orang lagi ngomong malah pergi!" bentak Cia geram.

Vian berbalik. Menatap Cia dengan tatapan tajamnya. Membuat nyali Cia seketika menciut. "Katanya mau ponsel. Yaudah ambil. Ada di loker jurusan." Vian melanjutkan langkah.

Cia menggaruk kepalanya melampiaskan rasa marah. Setelah itu ia menatap Dimas yang masih berdiri mematung di sana.

Cia mengehentakkan kakinya lalu mengikuti Vian ke arah gedung jurusan arsitektur.

Gadis itu hanya menunggu di luar. Tidak mau masuk meski Vian sudah mengajaknya untuk masuk. Tidak lama, Vian kembali membawa ponsel berwarna rose gold itu. Memberikannya pada Cia yang sudah menunggu.

Cia mengambil ponsel itu kasar lalu bergegas pergi dari sana.

-

-

-

Dentuman musik jaz mengalun memenuhi seisi kafe di sebuah mall. Seorang gadis mencak-mencak tidak jelas sedari tadi. Membuat gadis lain menatapnya heran.

I SHALL EMBRACE YOUWhere stories live. Discover now