ISEY || CHAPTER DUA PULUH DELAPAN

463 34 0
                                    

[I Shall Embrace You]

-

-

Hai balik dicerita ini

btw, happy 1k readers yeeyyyy

Nggak nyangka cerita gaje ini punya pembaca juga

oke, Happy reading~

-

-

-

Vian menghentikan mobilnya dikawasan panti asuhan. Ia menatap bagunan dua lantai itu lalu menoleh ke arah Dila yang duduk manis di sebelahnya.

"Kita nggak lama, kan?" tanyanya pada gadis berseragam putih abu-abu itu.

Dila menggeleng pelan lalu turun dari mobil. Vian juga ikut turun ia berjalan di samping Dila lalu masuk ke dalam panti.

Panti itu tidak besar, jika dilihat dari bangunannya, mungkin hanya bisa menampung puluhan anak.

"Aku bakalan ngasih berkas ini ke pengelola panti, kalau berkas udah lengkap. Besok Mama sama Papa bakalan jemput 'adik' aku." Dila menatap Vian dengan sorot binar.

Vian tersenyum. Ia duduk di bangku-bangku taman di dekat panti. "Ternyata harinya datang juga, ya."

Dila mengangguk dan ikut duduk di sebelah Vian. "Kak Vian tahu nggak kenapa aku milih Raka buat jadi adik aku?" tanya Dila sembari menatap langit.

Vian menoleh menatap Dila dari samping. Sudah lama sekali rasanya ia tidak menatap gadis berseragam abu-abu itu dari jarak sedekat ini.

"Karna Raka mirip sama Kak Vian," ujar Dila lantas menoleh pada Vian. Pandangan mereka bertemu.

"Jadi aku pasaran, dong?" ucap Vian. Agaknya kalimat itu mampu membuat Dila terkekeh.

"Bukan gitu," protesnya sembari memukul lengan Vian.

"Dia baik dan aku ngerasa dia bisa jagain aku kayak Kak Vian jagain aku selama ini."

Vian menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya 'Oh ya?'

Dila mengangguk.

"Waktu pertama kali aku datang kesini sama Mama. Aku lihat Raka lagi main bola sama teman-temannya." Dila menggantung kalimatnya.

Ia menghela nafas. "Waktu aku bilang aku mau ikut main, Kak Vian tahu ia ngomong apa?" tanya Dila. Vian menggeleng lemah.

Dila tersenyum hingga akhirnya menjawab, "Sepak bola itu mainan anak cowok. Kalau Kakak ikut main, trus jatuh. Aku nggak bisa ngegendong Kakak."

Dila menatap Vian yang terdiam. Ingatan Vian berkeliaran ke beberapa tahun silam. Kalimat yang diucapkan Dila barusan begitu familiar baginya.

"Kak Vian tunggu aku!" ujar anak perempuan berusia lima tahun itu.

"Kamu duduk di sini aja. Aku mau main bola." ujar anak laki-laki itu.

"Tapi aku mau ikut main." desak bocah kecil itu.

"Sepak bola itu mainan anak cowok. Kalau kamu main trus jatuh. Aku nggak kuat ngegendong kamu." pungkasnya.

"Aku nggak nyangka dengar kalimat itu lagi setelah dua belas tahun lamanya." Vian tersentak dari lamunannya lantas menatap Dila.

"Dan sejak hari itu, aku mutusin buat ngejadiin Raka sebagai adik aku." Dila tersenyum.

"Kak," panggil Dila membuat Vian spontan menoleh.

I SHALL EMBRACE YOUWhere stories live. Discover now