ISEY || CHAPTER TIGA PULUH TIGA

548 39 0
                                    

[I Shall Embrace You]

-

-

Hai balik lagi...

baca komen dari kalian bikin aku jadi semangat nulis huehuehhuehe

Happy reading~

-

-

-

Cia bergegas keluar dari gedung jurusan teknik komputer.

Benar. Ini adalah hari terakhir penyerahan berkas wisuda. Cia ingin cepat-cepat keluar dari kampus ini. Ia tidak ingin bertemu Vian. Tidak untuk hari ini. Setelah kejadian di pesta ulang tahun Putri itu, Cia tidak banyak terlibat percakapan dengan Vian. Laki-laki itu juga seperti memilih mengikuti alur permainan Cia.

"Kemana sih, Ci? Buru-buru banget," ujar Ranti mencekal pergelangan tangan Cia.

"Mau pulang. Males lihat wajah kamu." Cia melepaskan genggaman tangan Ranti pada pergelangan tangannya.

"Yeeee...sensi banget sih." sewot Ranti menangapi.

Cia tidak memperdulikan ucapan Ranti. Gadis itu memilih bergegas menuju gerbang kampus.

Gadis itu berdiri menunggu taksi. Cukup lama hingga membuatnya kesal sendiri.

"Mau pulang?" tanya seseorang padanya.

Cia menoleh, mendapati wajah Vian yang menatapnya datar. Gadis itu lantas memutar bola mata.

"Enggak." Cia mengalihkan pandangannya.

Vian menghela nafas. "Trus mau kemana?" tanya Vian berusaha menahan diri.

"Aku mau ke rumah Bunda," ucap gadis itu.

"Ayok, aku antar," ajak Vian.

"Enggak usah. Lagian aku mau nginep di rumah Bunda."

Vian memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana. Laki-laki itu mulai mengamati gerak-gerik Cia hingga gadis itu merasa risih.

"Kenapa?" tanya Cia gugup bercampur kesal.

"Aku ada salah sama kamu?" tanya Vian menatap kedua bola mata Cia dalam. Berharap ia menemukan jawaban atas kerisauannya.

"Pikir aja sendiri." omel Cia dalam hati.

"Aku bukan cenayang yang bisa tahu isi pikiran kamu, Cia. Kamu harus bilang supaya aku tahu."

Cia menghela nafas. Ia melirik Vian dari ekor matanya.

"Kamu mau ke rumah Bunda 'kan? Yaudah boleh, asal aku yang nganter." tegas Vian lalu menyeret Cia ke arah motornya yang terparkir di samping gerbang kampus.

Gadis itu pasrah saja saat Vian menggandeng tangannya lembut. Ia berhenti di depan motor Vian, memperhatikan apa yang di lakukan oleh laki-laki itu.

Vian sudah duduk di atas motornya. Laki-laki itu menunggu Cia yang masih kesulitan memakai helm. Tangan Vian terangkat lalu ia membantu gadis itu.

"Kamu nginep di rumah Bunda berapa hari?" tanya Vian di sela-sela suara deru mesin.

Cia berpikir sejenak. "Empat hari."

Vian mengangguk. "Kamu ngehindarin aku?" tanya Vian. Peka sekali laki-laki ini.

"Enggak. Kangen aja sama suasana rumah," elak Cia berbohong.

I SHALL EMBRACE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang