ISEY || CHAPTER TIGA PULUH ENAM

389 38 4
                                    

[I Shall Embrace You]

-

-

Happy reading

-

-

Cia sampai di depan rumah tepat pukul lima sore. Ia keluar dari taksi yang ia tumpangi, namun dahinya mengerinyit heran melihat dua sedan hitam terparkir di depan rumah.

Dengan ragu ia turun dan menatap dua mobil itu. Kakinya trus melangkah maju meski pikirannya melalang buana memikirkan siapa yang bertamu hari ini.

Setelah sampai di depan pintu, tiba-tiba tangannya terasa berat tuk membuka pintu kayu itu. Tubuhnya kaku saat mendengar derai tawa dari dalam rumah.

Sepertinya Vian ada tamu. Apakah sebaiknya ia berbalik dan pergi saja? Akan lebih aneh jika ia tiba-tiba masuk dan merusak suasana di dalam sana.

Saat Cia hendak berbalik pergi, tiba-tiba pintu di belakangnya terbuka. Menampilkan sosok laki-laki jangkung yang menatapnya heran.

"Cia?" sapa laki-laki itu.

Cia tersenyum kaku sembari mengangkat tangan, melambai dengan wajah syok.

"Aku Baim, ingat?" tanyanya menyadari raut wajah Cia.

Cia memutar otak. Beberapa detik setelah itu barulah Cia ingat pada sosok laki-laki di hadapannya ini. Benar, dia Baim. Laki-laki yang mengantar Cia waktu itu.

"Eh sorry, aku ragu soalnya penampilan kamu beda banget." Cia tidak berbohong. Penampilan laki-laki ini jauh sekali dengan waktu itu yang terkesan lebih formal. Sedangkan saat ini, ia tampil lebih casual.

Laki-laki itu terkekeh sebelum akhirnya bertanya, "Nggak masuk?"

Bola mata Cia membulat sempurna. Alih-alih menanyakan alasan keberadaan Cia di sana, laki-laki ini malah menanyakan hal lain.

"Eh? i...iya. Ini...aku...."

"Vian! Bini kamu nih." Sambar Baim sembari tersenyum jahil.

"Eh enggak...enggak. Aku...,"

"Bini Vian? Mana?" tanya salah seorang dari dalam rumah.

Tiba-tiba tangan Cia ditarik masuk ke dalam rumah. Ia tergopoh-gopoh menyeimbangi langkah kaki Baim. Sesampainya di dalam, semua mata tertuju pada Cia. membuat gadis itu salah tingkah. Semburat kemerahan menghiasi kedua pipinya. Melihat hal itu, Vian segera bangkit. Melangkah mendekati Cia yang berdiri mematung. Berdiri di sebelah Cia sembari merangkul pundak gadis itu lembut.

"Iya, kenalin ini Cia. Yang waktu itu aku ceritain," ucap Vian pada teman-temannya.

Dan setelahnya suasana menjadi riuh.

-

Cia keluar lebih dulu dari minimarket itu. Sedangkan Vian masih menyelesaikan transaksi di dalam. Gadis itu menengadah memandang langit. Entah kenapa langit terlihat sangat indah malam ini. Cia mengeluarkan ponselnya. Mengecek beberapa pesan sebelum akhirnya kembali menenggelamkan benda pipih itu ke dalam saku jaket.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Vian dengan satu kantong belanjaan di tangan kirinya. 

Cia berpaling lalu menggeleng samar. Jujur, ia masih belum bisa melupakan kejadian tadi sore. Bagaimana tingkah teman-teman Vian meledek laki-laki itu dan bagaimana raut wajah Vian yang memerah seperti tomat masak.

"Kenapa?" kejar Vian penasaran.

"Keingat yang tadi sore." Cia menatap Vian melihat rekasi dari laki-laki itu.

I SHALL EMBRACE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang