Dilema

76 8 0
                                    

"jangan sampai ridho  hanya karena perempuan"
_Umi Zahra_

Pulang sekarang! Umi nggak terima alasan

Kata kata itu masih saja membuat Fathan ketar ketir tak karuan, di tambah lagi dengan nada suara uminya saat di telpon tadi yang terdengar sedang merajuk, namun entahlah, lihat saja nanti

Bagiamana nasibnya? Apakah umi Zahra akan memarahinya? Sudahlah...siapa pun tak akan tau kecuali Umi Zahra sendiri

Dengan langkah berat dan nafas gusar ia memasuki rumah, mengedarkan padangan ketika telah memasuki ruang keluarga, dan tepat seperti dugaanya. Uminya saat ini sedang menunggunya di ruang keluarga, di temani setoples kue kering

"Dari mana bang?"Pertanyaan itu Fathan dapati dari Uminya yang ada di ruang keluarga

Fathan mendekat, ikut bergabung duduk di sofa tepat di sebelah uminya Yang sedang menonton tv

"antar Hanah ke Gereja Umi,"jawabnya begitu jujur dan balasan dari Zahra hanyalah berupa anggukan

"umi tidak marah?"tanya Fathan bersamaan dengan Tote bag yang di letakkanya di atas meja

"marah? Karena apa?"

"tidak Umi, lupakan."

"kamu suka sekali antar Hanah ke gereja, yah?"tanya nya sambil mencari tau apa isi Tote bag itu. Matanya berbinar melihat sesuatu di dalam sana

"hmmm bagaimana ya Umi?"

"kamu tidak lagi jatuh cinta dengan bangunan itu, kan?"

Tatapan horor Zahra Membuat Fathan menatap tak kalah horor. "umi yang benar aja, mana mungkin anak umi yang setampan ini menyukai sebuah bangunan?."

"Yah, habisnya setiap Minggu nganter Hanah ke sana, nggak sekalian ajak Hanah melihat lihat mesjid?"

Benar juga, Fathan tersenyum sumringah."Aku belum pernah kepikiran Umi"

"kok tumben beliin Umi bunga?"

Mendengar itu, Fathan menatap bunga yang tadinya ia beli

"Sogokan, biar umi tidak marah!"

Bunga indah yang tadi Umi Zahra pegang sembari di senyumi layaknya perempuan kasmaran itu, kini ia letakkan di atas meja

"Ya Allah, putra Umi." Umi Zahra mengelus kepala Fathan lama lama berubah jadi tepukan pelan di sana

"Kamu kasih Umi barang haram?"

Fathan hanya memberikan cengirannya. Oh ayolah, siapa pun pasti berpikir untuk membeli sesuatu untuk orang yang sedang marah, dan sesuatu itu pun tentu saja bersifat haram. Bagaimana bisa? Yaa jelas bisalah namanya juga sogok menyogok

"nggak kok Umi, ini tadinya cuman kepikat aja terus ingat umi pencinta bunga jadi sekalian deh Fathan beli. Mana mungkin anak yang baik umi ini ngelakukan itu."

"Yasudah." Umi Zahra kini kembali mengangkat pot bunga itu, menatapnya penuh binar

Umi Zahra kembali bertanya. "bagaimana ada perkembangan?"

“belum tau Umi, belakangan ini Hanah sangat tertarik dengan Islam. Namun hatinya tidak goyah sedikit pun untuk berpindah.”

"selalu doa kan yang terbaik untuknya, kamu harus tetap dukung Hanah meskipun ia tetap berada di jalannya sekarang."

Tepukan dari Umi Zahra membuat atensi Fathan teralihkan

"yang harus kamu ingat sayang, jangan sampai ridho orang tua mu tertinggal hanya karena perempuan!"

Umi Zahra beranjak sambil membawa bunga yang di belikan Fathan, katanya ingin di perkenalkan ke teman teman barunya

***

Sedari tadi Brian bertanya tanya, bos nya saat ini sangat membingungkan. Lihat saja. Dokumen yang seharusnya di tanda tangani malah di kasih gambar love, gimana nggak aneh coba

"bos, tanda tangan. Bukan love love gituan,"Brian meringis kalah hanya tatapan tajam yang ia dapat

"bosnya kamu atau saya? Mentang mentang kamu lebih tua dari saya, terus kamu berani banget negur saya."

Sangking terkejutnya, Brian bahkan menutup mulut dengan tangannya

"Bos PMS?"

Kali ini giliran Fathan yang mangap. "Hei, apaan coba PMS. Memangnya saya cewek?"

"yasudah, mending bos pulang dulu. Dari pada cuman pajang muka doang di kantor"

Fathan kembali menyandarkan punggungnya di sandaran kursi sambil berputar putar, beberapa kali menata Brian.

"sebentar, saya mau bertanya?"

"apa bos?"

"masalah kamu dengan perempuan Bugis berat nggak?"

Brian lebih mendekatkan tubuhnya ke meja Fathan. "berat banget bos, kenapa emangnya?"

Kursi kebanggan Fathan berputar sekali lagi. "mau tukeran sama saya nggak?"

Sontak Brian memundurkan tubuhnya serta tangan nya yang melambai tanda tak setuju

"nggak bos, saya nggak mau belakangan masuk syurga"

"kok bisa?"tanya Fathan dengan raut penuh heran. Bagaimana bisa padahal ia hanya membahas urusan percintaan

"Karena bos itu banyak harta benda yang harus di hisab"

Suara dentuman membuat Brian terlonjak kaget

"eh bos, nggak sakit kepalanya di gituin?" Brian bertanya pasalnya bosnya itu membanting kepala seakan membanting bola

"nggak! Lebih sakit liat kamu?"

Bagaimana selanjutnya?
Apakah Fathan berhasil mendapati kemajuan dari usahanya itu?

Tunggu terus kelanjutan cerita nya

Hayokk apa yang kalian mau ucapkan pada tokoh yang muncul di part ini

Umi Zahra

Fathan

Jangan lupa di like serta spam komen

Publish
30 April 2021

Me Or Your Religion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang