Me Or Your Religion

124 20 3
                                    

"sama halnya dengan museum yang bersejarah, aku ingin menjadikan hari ini sebagai sejarah dalam hidup ku dan hidup mu"
_Fathan_

Hari ini langit Jakarta lumayan mendung sesuai dengan keadaan seorang remaja 22 tahun yang tengah memandangi layar ponselnya. Saat ini ia tengah berada di ruang khusus miliknya. Yaaap di usianya yang mudah ia berhasil mendirikan perusahaannya sendiri. Umur 22 tahun ia sudah berhasil meraih S2nya.

"permisi, pak"

Fathan menoleh kearah sekretaris nya. "ya, ada apa?"

"Pertemuan dengan perusahaan Aditama di tunda pak"

Mendengar hal itu membuat Fathan menghela nafas lega. Tungkai jenjang nya pun segerah beranjak, menyambar jasnya lantas Kembali mentap sekretarisnya

"baiklah saya pulang dulu, kamu urus dokumen itu." Tunjuknya ke arah tumpukan dokumen di atas mejanya, tidak terlalu banyak hanya berupa dokumen ribuan lembar.

Perlahan Fathan berjalan meninggalkan Pria di belakangnya yang sedang merutuki betapa sialnya ia hari ini

Namun belum sempat keluar dari ruangannya, Fathan Kembali menoleh. Dilihatnya lelaki di belakangnya nampak kesal

"kenapa?anda keberatan?"

pria yang lebih tua darinya itu menggeleng, namun raut wajahnya masih masam. Sebut saja Brian, ia sering di panggil bribri.

"terus mukanya kenapa?"

"gini ya pak, saya punya kencan siang ini. Niatnya tadi datang kesini sekalian mau izin pulang cepat"

"memangnya kencan nya tidak bisa di tunda? gini ya. kan kamu kerja seperti ini buat kumpulin uang mahar jadi yaaa lebih baik kencannya di tunda dari pada saya harus potong gaji kamu."

Pria 27 tahun itu meringis, apa dunia memang sekeras ini? Atau jangan jangan dunianya saja yang keras? Ia banting tulang selama beberapa tahun itu niatnya untuk uang mahar, demi seorang cewek bugis yang maharnya masyaallah mahalsekali. Bukan salah siapa juga sih, setiap perempuan yang menarik menurutnya selalu saja orang bugis.

Oke beralih dulu dari curhatan bribri, kita Kembali lagi ke sosok Fathan

"saya bercanda, bawa pulang saja dokumen itu. Semoga perempuan yang anda ajak kencan bukan orang bugis lagi."

Di mata Brian rasanya ada kilatan, sangking senangnya ia bahkan sampai memeluk bosnya

"eitsss jangan main peluk peluk dong, rasanya aneh" Fathan risih dengan pelukan itu. Sungguh pelukan antara Pria dan Pria itu sangat berbeda

"Oke pak terimah kasih banyak, Aamiin"

***

"Museum? Mau apa?" kening gadis di sampingnya berkerut

"ikut saja"

Fathan memasukkan kedua tangannya di kantung celana yang ia gunakan, Kembali melanjutkan Langkah memasuki museum di hadapannya.

"aku ingin menanyakan sesuatu"

"kenapa harus di museum?" yaa ini lah Hanah, jika tidak mendapat jawaban mungkin ia akan tetap bertanya hingga besok pagi. Fathan tersenyum simpul lantas mengalihkan tatapan dari gadis di sampingnya. Jika ia terus mengamati wajah itu bisa bisa apa yang ingin ia tanyakan terurung. Jadi sudahlah, wajah itu selalu membuatnya candu.

"sama halnya dengan museum yang bersejarah, aku ingin menjadikan hari ini sebagai sejarah dalam hidup ku dan hidup mu"

Gadis di sampingnya tak menggubris, dari tatapan mata Fathan ia sudah tau bahwa saat ini cowok di sampingnya sedang serius. Jadi biarlah, cukup dengarkan dan menjawab jika ditanya

Me Or Your Religion Where stories live. Discover now