pertanyaan yang sama

32 8 0
                                    

Happy reading guys

_aku sadar tak semua keinginanku bisa terwujud salah satunya menyuruh pemuda tampan itu meninggalkan tuhannya_

Langkah Hanah bersemangat menuju gerbang rumahnya lantas membukanya masih dengan senyum manis di wajahnya

Pertama yang ia lihat yakni sesosok pemuda jangkung dengan tubuh tegap bersandar di pagar rumah di depannya

“Hai, tidurnya nyenyak?”

Hanah mendengus. “nggak usah basa basi. Mau ngomong apa?”sambil mengikat asal rambutnya yang terurai

“udah 48 jam. Gimana baikannya jadi nggak nih?”

“terserah.”Hanah kembali melangkah dengan santainya memasuki mobil Fathan membuat Fathan melongos lantas ikut masuk

“jadi ceritanya pengen di sogok lagi nih?”

“oh jadi boneka yang kemarin itu sogokan?”tanya Hanah tak habis pikir dengan mata menyolot ke Fathan

“Hah...enggak bukan gitu. Udah deh mau kemana nih? Aku TR deh.”

***

Suara azan membuat langkah Keduanya terhenti

“kamu lanjut belanjanya nanti aku nyusul?”

Hanah mengangguk. “mau sholat?”

“iya”

Fathan berjalan ke arah mesjid mengambil wudhu dan langsung bergabung dengan jama'ah yang lain

Di lain sisi, Hanah mengikuti Fathan, memperhatikan gerak gerik lelaki itu hingga sholat pun Hanah tetap mengamati dengan seksama

“dia Seperti itu, bagaimana bisa ku paksa meninggalkan agamanya?”

***

Langit mendung di sertai semilar angin di sore ini. Seorang gadis sama sekali tak lepas dari pandangan Fathan

“iya Fath, kok nelpon?”tanya gadis itu tepat di sebrang sana dengan senyum terurai

“nggak, cuman bosan liat mukamu dari dekat,”balasnya jail dengan senyum mereka yang membuat kedua matanya tenggelam

Hanah mencebikkan bibirnya, meringsut sebal melihat sahabat nan tampannya di sebrang sana

Setelah seperkian detik terjadi keheningan, Fathan kembali angkat suara.

“ada yang pengen ku bicaraiin.” 

“ngomong aja, mukanya jangan digituin dong!” tawa Hanah sama sekali tak di respon oleh Fathan, Raut wajah pemuda itu kina semakin datar

“untuk terakhir kalinya, di antara keduanya.... kamu pilih apa?”

Dahi Hanah berkerut tanda tak mengerti dengan jalan pembicaraan Fathan

“coba lihat bangunan di belakangmu!” sontak Hanah berbalik memandangi gereja di belakangnya

“yah ini tempat ku beribadah.”tak ada balasan dari Fathan hingga beberapa detik barulah ia mengerti maksud dari pertanyaan itu

“beda bukan?”tanya Fathan sambil menunjuk mesjid di belakangan nya

“terus, kamu mau nanya lagi aku pilih kamu atau tuhan ku?”

“bagaimana kalo sekarang aku yang nanya. Pilih aku atau tuhan mu?”lanjut Hanah. Sorot mata tajam milik Hanah seakan menghunus tepat di ulu hati Fathan

Sontak lelaki di sebrang sana tertunduk. Sama sekali tak dapat menjawab pertanyaan tersebut

“nggak bisa jawab bukan? Yasudah, seperti yang ku katakan sebelumnya...”ucap Hanah sembari menatap pria di sebrang sana dengan tatapan sendu

Hanah menunduk lantas berucap dengan nada pelan,“lupakan perasaan itu!”

Fathan tertawa pedih sembari mengunci netra perempuan di depan sana. “nggak bisa, Hanah!”

“itu masalah mu,”jawab Hanah dengan nada getir 

“pikir baik baik dulu, I will be waiting for you.”

Baru saja Fathan hendak memutuskan sambungan telpon, Hanah menyela

“nggak perlu, jawaban ku tetap sama.”

Tuttt....

Hanah memutuskan sambungan telpon sepihak melempar senyum sejenak sebelum akhirnya memilih membalikkan badannya meninggalkan Fathan yang masih memandang penuh harap ke arahnya

Hanah kian menjauh dengan langkah lebar tanpa ada niat sedikit pun tuk berbalik kembali semakin jauh pula rasa sesak mengguncang dadanya

“sungguh bodoh, apa kata kata ku terlalu kasar? Sampai dia sama sekali tak menyusul ku?” Hanah mengacak rambutnya kasar

Bagaimana bisa ia melepas cinta pertamanya dengan semudah itu?

Setetes demi setetes air mata Hanah pun luruh. Hembusan angin rasanya ikut menerbangkan ribuan angan yang telah terangkai rapi dalam benaknya

Di lain sisi Fathan masih berdiri kaku di tempatnya, bibirnya terasah keluh tuk berucap apa pun hingga suara sosok di sampingnya membuat jiwanya kembali terkumpul

“langit mendung.”

“haa...Iya mendung.”

“indah bukan?” tanya sosok itu sambil memandangi langit

“tergantung sih.”

Detik berikutnya tetes demi tetes Air hujan mengguyur bumi dan seisinya

“kamu seperti hujan, datang tanpa ada peringatan dan hilang dengan seenaknya.” selepas mengucapkan kata kata absurd menurut Fathan sosok itu  berjalan menjauhi Fathan yang kini tercengang

Hayok ada yang kangen nggak nih?
Lama yah nggak publish?
Maaf banget baru bisa publish itu pun part-nya pendek banget🙏🤭

Insyaallah nanti akhir bulan 12 baru bisa rajin publish

Jangan lupa di vote

Sekian

Nantikan kelanjutannya


Asrama 25 November 2021

Me Or Your Religion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang