Luka lara

13 3 0
                                    

Assalamualaikum pren
Pada nungguin nggak nih?
mari merapat.

Author akhirnya berhasil publish 1 part. Nggak panjang sih tapi yah lumayan lah.

Selamat membaca
Jangan lupa di vote



"banyak hal baik yang akan menghampirimu sayang, untuk itu kamu harus merelakan sesuatu yang kamu cintai"

_Hedward_


Pesan singkat dari Hedward kembali Hanah baca berulang ulang. Dengan tangan gemetar, untuk kesekian kalinya Hanah mencoba menghubungi Hedward, namun lagi lagi hanya suara operator yang dapat Hanah dengar. Entah apa maksud yang tersirat dari pesan itu?

"ayaaah...angkat yah." Suara Hanah mulai bergetar, ribuan pikiran buruk muncul dikepalanya saat ini.

Tanpa berpikir panjang, dengan gesit Hanah mengemas barang barangnya untuk berangkat ke Indonesia saat ini juga

Sepanjang jalan menuju bandara, Hanah sama sekali tak pernah berhenti menelfon Hedward, dengan penuh harap telfonnya akan di angkat oleh sang ayah, berharap bukan suara opertor lagi yang terdengar tapi suara lembut sang ayah. Namun nihil, dari banyaknya panggilan yang Hanah lakukan tak ada satupun yang terjawab

"indonesia, Hanah comeback"

***
Setelah sampai di bandara, Hanah segera menghentikan sebuah taksi. Tanpa pikir panjang, ia segera menuju rumahnya.

Langkah Hanah memasuki kompleks rumah rasanya berat. Sesak melandanya saat ini, kenangan yang telah ditinggalkannya ditempat ini sungguh membuatnya tak sanggup melangkah jauh ke dalam lagi.

"huftt..." langkah Hanah betul betul terhenti, saat ini gadis itu memilih duduk dikursi taman, yap taman yang dulunya kerap ia kunjungi bersama kedua sahabatnya.

Saat sibuk menatap langit yang mulai gelap, dering diponselnya membuat Hanah tersadar. Nama Fathan terpampang jelas di layar bendah pipih digenggaman nya. Nama yang selama bertahun tahun tak pernah sekalipun tertera dilayar ponselnya

Ketika kembali terpikir sang ayah, Hanah berusaha mengabaikan kejanggalan dihatinya.

"halo"

"Hanah, bisa balik ke indo?"

Tak ada respon dari Hanah, nampaknya hal yang ia takuti telah terjadi.

"tut..tut..tut"

Panggilan di putuskan sepihak oleh Hanah. Ia segerah berlari tanpa menghiraukan barang bawaan nya. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Hanah berlari secepat mungkin

"ayah janji, jangan tinggalin Hanah!"

"nggak bakalan sayang."

"ayah janji bakalan nyusul Hanah."

"iya sayang, ayah janji."

"ayah punya janji, tolong jangan ingkar."

Entah kenapa jarak antara taman dengan rumahnya terasa berkali kali lipat lebih jauh dibanding dulu. Sekelabat bayangan Hedward rasanya menghantui Hanah saat ini. Entah untuk keberapa kalinya Hanah melihat ayahnya tersenyum ke arahnya

Saat telah berada di pekarangan rumahnya, tak senagaja ia melihat Fathan

"Fathan, ayah ku dimana?" tatapan Hanah menelusuri satu persatu orang dengan pakaian serba hitam. Melihat dari kondisi pria didepannya, Hanah telah berkesimpulan

"ayahku, kemana?" isakan pedih menyertai pertanyaan Hanah, kedua lututnya rasanya melemas, Hanah akhirnya jatuh tersungkur

"jawab than, ayah di mana?"

"FATHAN, jawab. ayahku dimana?"

Fathan sama sekali tak menjawab. Yang dilakukan justru hal yang tak pernah terpikir oleh Hanah. Pelukan hangat dari Fathan, untuk kedua kalinya Hanah meraskan hal itu.

"yang sabar Han, ingat aku selalu ada untuk mu." ucap Fathan sembari mengusap pelan rambut Hanah

"Kamu harus kuat sayang " Suara lembut itu membuat pelukan Fathan terlepas. Kini Hanah menangis dalam pelukan umi Zahra.

"umiiii, Ayah kemana?"

"sabar sayang, Ayah Hanah nggak kemana mana kok. Ia akan dan selalu tinggal di hati Hanah."

"ayah punya janji, ayah nggak boleh pergi tinggalin Hanah." Isak pilu Hanah kini menjadi titik fokus orang orang disekitar sana.

"Hanah nggak punya siapa siapa umi."

Tangis Umi Zahra menjadi. Merenggangkan pelukannya kemudian menangkup wajah Hanah, menghapus air mata yang mengalir deras di sana.

"jangan bilang gitu sayang, Hanah nggak sendiri. Banyak orang yang menyayangimu sayang." kembali Zahra peluk tubuh yang ringkih itu. Mengusap bahu Hanah penuh sayang

Tangisan Hanah kian menjadi, sekelabat bayangan Hedward kembali ia lihat. Mata teduh serta senyum hangat ayahnya hari itu membuat Hanah kian hancur.

"ayah pergi? Tinggalin Hanah sendiri. Kenangan indah yang ayah ukir masih sangat sedikit. Ayah tolong kembali, Hanah menunggumu."

"Ayah nggak mau? Yaudah bawah Hanah ayah."

Sekelabat wajah ayahnya perlahan lahan digantikan oleh warna hitam, hitam yang nampaknya akan menemani Hanah hingga penghujung cerita

"hal baik yang ayah maksud itu apa? Adakah hal yang lebih baik dari kehadiranmu ayah? Jika dengan kehilangan mu hal baik itu akan datang, Hanah bakalan milih ayah tetap disini."

***

"ayah, jalannya cepet banget."

Hedward tertawa lantas kembali menghampiri sang putri. Mengusap kepala putrinya sembari tersenyum hangat

"Hanah tetap di sini yah, jangan ikut ayah, sayang."

"kenapa ayah? Hanah mau ikut ayah."

" nggak boleh ikut sayang. Ayah bakalan tunggu Hanah disini."

"Hanah nggak kuat sendiri ayah."

"kamu nggak sendiri sayang. Ayah akan selalu ada bersama mu."

"yaudah, ayah. Tunggu Hanah, Hanah nggak bakalan lama kok."

***

Sekian pren
Makasih buat semua dukungan kalian
Nantikan terus kelanjutan ceritanya.

Sengkang, 6 Januari 2023

Me Or Your Religion Where stories live. Discover now