potongan kisah

75 17 2
                                    

Ketemu lagi dengan author
Ada yang rindu?

Oke langsung saja

Happy reading

10 tahun silam

3 keluarga berkumpul di depan ruangan IGD dengan mata yang sama sekali Tidak terlepas dari pintu ruangan

Suara tangisan pun terdengar

“Kau harus kuat. Istri dan putri mu akan baik baik saja, percayalah”

Pria yang di beri semangat itu mengacak rambutnya frustasi. “bagaimana bisa kuat, dua orang yang  sangat ku sayangi terbaring kaku di dalam sana. Hutomo, Siapa kau sampai bisa menjamin mereka akan baik baik saja?”

Anna, dia masih kecil untuk mengalami semua ini. Oh putri ku”

Tak ada balasan dari pria 40-an itu, hanya tatapan sedih yang terlihat di wajahnya

“mau kemana?” pertanyaan itu datang dari Zahra karena melihat suaminya hendak beranjak dari sana serta menggenggam tangan Fathan 

“tempat kejadian”

Zul segera beranjak setelah mendapat anggukan dari Zahra. Ia dan Fathan kini dalam perjalanan menuju tempat kejadian

Di depan sudah ada garis polisi, Zul sendiri telah turun dari mobil meninggalkan Fathan

“pak, tolong katakan kecelakaan apa ini? Saya melihat banyak keganjalan dalam kecelakaan ini

Rupanya Zul lengah dalam menjaga Fathan. Fathan telah keluar dari mobil bahkan saat ini bocah berusia 12 tahun itu mengikuti anak lelaki yang nampaknya berusia lebih tua darinya

Fathan mengikuti orang itu hingga terdengarlah suara riuh gemuruh tepukan tangan kala anak yang di ikuti Fathan tiba

“Abigail. Aku sangat bangga memiliki putra seperti mu”

Fathan hampir saja bersuara, pasalnya orang yang tadi ia ikuti ternyata tetangganya sekaligus teman mainnya

“Hutomo, bagaimana keadaan mereka? Apakah keduanya mati!”

Fathan semakin terkejut mendengar ucapan Ayah temannya itu, siap yang akan mati? Kenapa Hutomo? Apakah saat ini ia menelpon Hutomo?

Kurang lebih seperti itu lah pertanyaan Fathan. Umur 12 tahun bukan kah sudah pintar memahami maksud ucapan itu?

Fathan kembali dengan cara sembunyi sembunyi. Dalam pikirannya hanya ada dua kesimpulan yang bisa saja itu benar

Pertama, bahwa kecelakaan itu di sebabkan oleh Ayah Abigail dan abigail pun ikut serta

Kedua, bahwa Hutomo, yang selama ini ia anggap kakek sendiri ternyata sama jahatnya dengan mereka

***

Di sinilah Fathan saat ini, berjalan tegap melewati pemakaman yang berjejer rapih. Di sertai sebuket bunga di tangannya serta mata yang berkaca kaca

Fathan memang selalu menangis, namun tangisan yang satu ini mungkin tangisan paling dalam. Fathan selalu terlihat kokoh di hadapan orang, namun ketika berhadapan dengan gundukan tanah itu ia langsung melemah

Hanya ada dirinya disini, mungkin karena kedatangannya di sore hari dan bahkan sangat mendung langit di atas sana. Dan hal itu tentu baik baginya, karena ia bebas ingin melakukan apa saja

Fathan berhenti di depan makam yang ia tujuh. Cukup lama ia hanya memandangi ukiran nama di batu nisan itu, lebih tepatnya huruf huruf inisial. Yaap, tak ada nama di kuburan itu, hanya ada inisial A.M serta tanggal lahir dan kematian

“maaf, aku datang masih dengan air mata. Karena senyum yang kau tunggu belum ku raih,”ucapnya diiringi sesenggukan

“dulu Fathan memang cengeng kan,bunda. Dulu dan sekarang, Fathan mu ini masih sama, suka nangis”

Fathan tertawa kecil, bayangan wajah itu kala tersenyum ke arahnya kembali Fathan ingat.

“Bunda baik baik saja kan? Apa wajah bunda masih sama seperti dulu.”lagi lagi air mata lolos dari kedua mata Fathan. Urat lehernya pun saat ini timbul akibat menahan rasa sesak di kerongkongan

“aku rindu bunda. Wajah bunda sangat cantik sampai sampai dulu Fathan pernah bercita cita menikahi bunda.”ujar Fathan diiringi tawa

Fathan akhirnya meletakkan bunga yang sedari tadi ia genggam serta berjongkok di hadapan gundukan itu

“apa bunda marah karena aku belum bisa memenuhi amanah mu, bunda?”

“ah tidak mungkin, bunda tidak pernah marah”

“tunggu Aku, bunda”

Fathan segera berbalik, takut matanya sembab akibat terlalu lama menangis.

Tepukan di bahunya membuat Fathan  seketika menyeka air matanya 

“jangan larut dalam kesedihan, itu tidak baik.”

Rahang Fathan kini mengeras, tanganya pun terkepal kala melihat sosok yang baru saja memberinya petuah


***

Akhirnya author nulis lagi

Menurut kalian siapa kah dia? Yang mau tau tunggu part selanjutnya

Ada yang nungguin nggak nih?

Bagaimana part-nya? Ada yang penasaran?

Yang belum vote silahkan vote terlebih dulu yaa

Salam sayang buat kalian semua. Semoga part selanjutnya cepat publish

05/07/21

Me Or Your Religion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang