DAY-3

23 5 0
                                    

  “Cintai Mira, than!” permintaan Hanah kemarin itu masih terngiang ngiang. Dengan ransel di pundak, Fathan berjalan ke areh ruang tunggu pesawat yang akan ia naiki diikuti Hanah yang mengekor di belakangnya.

Yap, Saat ini keduanya telah berada di bandara

“rasanya tiga hari terlalu singkat yah, Han?”

Pandangan Hanah yang sedari tadi tertuju ke arah lantai, kini menatap Fathan, mengunci netra pria itu lantas sekedar mengangguk sebagai respon dari ucapan Fathan

Fathan sejenak menghembuskan nafas berat, seberat hatinya untuk kembali dan meninggalkan Hanah

Pembicaraan yang sebenarnya merupakan perpisahan semalam kembali terngiang

“boleh minta sesuatu, than?” cicit Hanah hampir tak kedengaran

“minta apa emangnya?”

“Cintai Mira, than!” senyuman yang terpancar di wajah gadis itu membuat Fathan sesak seketika. Ia paham sekali tabiat sahabatnya itu. Senyum mungkin yang nampak di wajahnya tapi ketahuilah hatinya dalam sana sedang menangis

“Hanah, serius mau melepasku?”

Memandang ke bawah mungkin kini menjadi hal yang paling Hanah sukai, tak ada keberanian untuk sekedar menatap mata Fathan, Hanah hanya mengangguk yakin

“Tatap aku, Hanah.” pinta Fathan

Saat tatapan keduanya bertubrukan, Fathan sekilas menutup kedua mata nya, rasanya sakit saat melihat Hanah berlinang air mata

“Bahkan kamu yang melepasku sangat berat rasanya, Han, apalagi saat kamu suruh aku suka sama Mira. Nggak bisa, Hanah.”

“than, kalo kamu bisa sampai suka sama aku pasti sama Mira juga bisa kok. Kamu harus coba.”

“Nggak. jangan pernah samakan dirimu dengan Mira!”tolak Fathan sembari menggeleng pasti membuat Hanah mengusap wajah frustasi

aku nggak tega sama Mira, Fathan. Mira tiap nelpon aku selalu nangis. Tau nggak, disini kayak aku jadi orang jahat banget.”

Suara Hanah yang terdengar putus asa membuat Fathan dengan berat hati menyetujui permintaan Hanah.

“ingat Yah, semalam kamu udah setuju!” ucapan Hanah membuyarkan lamunan Fathan

“nanti aku coba kok.”

Hembusan nafas keduanya terdengar saling memburu, tak ada lagi pembicaraan di antara keduanya hingga pengumuman keberangkatan pesawat yang akan Fathan naiki membuat Hanah kembali sadar dan mendapati matanya memanas dalam hitungan detik

“Han!”

Tatapan Hanah kini hanya mengarah ke Fathan.

Belum ada sepatah kata pun yang Fathan ucapkan, pria itu berulang kali menghembuskan nafas dengan berat

“kenapa, than?”

Jika Hanah saja matanya berkaca kaca bagaimana dengan Fathan, Yapp Fathan telah menangis, lagi lagi hanya pada sahabatnya itu dia menampakkan sisi lemahnya

Me Or Your Religion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang