pengorbanan psikopat

25 4 0
                                    

"melalui lisan, ku pinta hal ini. berharap logika sejalan dengan realita. Namun hati ku tetap saja tak dapat berdamai"

_MOYR byAyrliya_

Musim dingin telah tiba di kota penuh sejarah ini. salju perlahan turun menutupi jalan jalan.

Entah sudah berapa lama Hanah berdiri sembari menatap kosong dengan wajah sembabnya. Tempat paling nyaman baginya meluapkan Sagala duka, ialah rooftop apartemen Yah, disinilah Hanah saat ini.

Setelah kejadian hari itu, Hanah bergegas kembali ke Berlin. Setelah melimpahkan seluruh urusan perusahaan pada Kelvin, Hanah kembali melanjutkan pendidikannya di salah satu Universitas Bisnis di Berlin. Mantel khas musim dingin kembali ia eratkan ketika hawa dingin terasa menusuk hingga ke tulang

Kejadian hari itu sungguh menorehkan luka mendalam bagi Hanah. Ah membahas hal itu membuat Hanah kembali teringat kejadian yang membuatnya mempercepat jadwal kepulangannya

"kabar bahagianya apa?" tanya Hanah penasaran. Pasalnya Mira benar benar terlihat senang malam ini

Sambil memperhatikan tangannya, Mira terus tersenyum.

"cantik kan cincinnya?" tanya Mira sembari memperlihatkan sebuah cincin emas putih dengan hiasan berlian yang tersemat di jari manisnya

"wahh, sangat indah." Baru saja Hanah ingin melepas cincin di tangan Mira dan ingin menggunakannya namun sentilan ringan dari Mira menginterupsi pergerakannya

"etsss, nggak boleh di coba. Ini cincin dari Fathan."

Hanah membatu mendengar kabar bahagia dari Mira. Tak bergeming sedikit pun. Mulutnya kini terasa ngilu, bahkan tersenyum pun rasanya sulit .

"aku betul betul bahagia, HANAH."tutur Mira sembari memeluk erat tubuh Hanah.

Sesak kian menghujam gadis dengan Hoodie hitam itu. Tak dapat ia cegah air matanya luruh begitu saja. Apa rasanya sesakit ini? sungguh Hanah tak menyangka akan sesakit ini. Untungnya saat ini Mira sedang memeluknya sehingga tak melihat bahwa Hanah sedang menangis

"Hanah, Fathan betul betul mencintai ku."

Mira terus membagikan kebahagiannya tersebut tanpa menyadari bahwa hati Hanah begitu perih mendengar hal itu.

Tak dapat berbohong, Hanah rasanya tak rela melepas Fathan. Bahkan jika bisa diulang hari itu, Hanah ingin menarik semua perkataannya. Hanah ingin mengatakan betapa ia masih sangat mencintai Fathan.

Namun, hujan sudah terlanjur membasahi tubuhnya. Perasaan sakit hati yang ia pinta sendiri, telah berada di depan mata. Mau tidak mau, sanggup tidak sanggup ia tetap harus melaluinya.

Dengan sangat bersabar Hanah menundukkan keinginannya dengan sekuat tenaga. menepuk bahu Mira sembari menampilkan senyum simpul. "turut bahagia, Mir. Aku selalu minta sama tuhan ku agar kamu selalu bahagia." getaran pada suaranya sama sekali tak dapat Hanah sembunyikan. Hal itu sontak membuat Mira melepas pelukannya

"kamu nangis, Han?"

"sangking bahagianya, Mir. Akhirnya impian sahabatku sebentar lagi tercapai."

Me Or Your Religion Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt