Tuduhan

54 13 0
                                    

Pergi mungkin adalah pilihan terbaik yang pernah ku buat. Dan mungkin inilah yang menjadi alasan terbaikku meninggalkan kota yang penuh sejarah ini

_Hanah Clarissa lovana


Pagi yang cerah. Seperti hari hari sebelumnya. Pagi ini ibu ibu komplek ramai mengelilingi pedagang sayur.

“pernah dengar nggak? si Fathan sama Hanah udah nikah sirih” mulai salah satu ibu ibu yang membuka sesi ghibah pagi ini. Berita hot lagi ini tentu membuat para ibu ibu menggila

“lah, bener kagak tuh?”

“padahal kalo dilihat lihat Fathan itu anaknya alim loh.”

“lah iya, dia itu anaknya kagak pernah Alfa sholat 5 waktunya di mesjid, rajin ngaji, sering jadi imam pula. Kok bisa nikah siri?”

“dapat berita dari mana? Nggak benar kali?”

“berita ini dijamin benar. Tadi malam saya liat sendiri loh, mereka berdua dalam rumah, sampai tengah malam lagi, ngapain coba?. Malam malam berdua di satu rumah”

“kan mereka sahabatan.”

“bener juga sih. Lagian yah, abinya Fathan kan alim tuh. Yakali anaknya nggak ditegur? Percaya dah, mungkin udah nikah yah?”

“tapi kok nikah sirih?”

“lah kan beda agama. Malu kalo mau ngadain nikah meriah.”

Abi Zul yang kebetulan lagi joging di sekitar para penggibah itu pun tak tinggal diam

“pagi ibu ibu, lagi ngapain?”. Dengan nada tenangnya Abi Zul menyapa para ibu ibu yang sedang asyik membicarakan putranya. Tentu mereka semua terlonjat kaget.

“lah, abinya Fathan dari tadi disitu?”

“haha iya kebetulan dengar nama putra saya.”

Semua ibu ibu itu sontak terdiam

“lain kali kalo ada berita kayak gini, terus ibu ibu pada penasaran silahkan langsung datang ke rumah. Tanyakan langsung sama yang bersangkutan.”

Selepas mengatakan itu, Zul berlalu dengan perasaan geram. Dalam pikirannya saat ini, ia secepatnya harus menemui Fathan.

***

Dengan wajah lesu Fathan menuruni anak tangga rumahnya. pikirannya masih berkecamuk tentang Hanah. Terbayang hari kemarin gadis itu menangis tiada henti membuat Fathan khawatir

Tepat saat Fathan hendak membuka pintu utama rumahnya, teguran terdengar dari arah belakang membuat langkahnya terhenti

“Mau kemana?”pertanyaan dari Zul membuat tungkai Fathan terhenti. Pemuda itu berbalik memandangi abinya

“Rumah Hanah, Abi.”jawabnya singkat

“duduk dulu sebentar,”ucap Zul sembari menarik putranya duduk di sofa. Dari nada suaranya Fathan sudah bisa menebak, bahwa saat ini Abinya marah

“apa yang kau lakukan tengah malam di rumah Hanah?”tatapan mengintimidasi dari Zul membuat Fathan mengalihkan tatapan dari Abinya

Sejenak Fathan menghembuskan nafas. Ia akui tindakannya itu memang salah, tapi apakah ia akan tegah meninggalkan Hanah dengan kondisi kacau Seorang diri

“kemarin sore Fathan antar Hanah ke makam bunda, Abi. Habis dari sana Hanah pingsan,”jawab Fathan dengan jujur

Abi Zul menggelengkan kepalanya dengan wajah yang di tangkupkan di kedua telapak tangan

Me Or Your Religion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang