DAY-2

30 6 0
                                    

Sinar mentari pagi memasuki cela cela fentilasi, seorang gadis yang masih asyik di bawa selimutnya itu mengerjapkan mata, merasa terganggu dengan cahaya itu.

Selimut berwarna abu abu yang begitu membuatnya nyaman pun ia sampirkan ke sisi kanannya.

Gadis itu meregangkan tubuh sembari sesekali menguap sambil mengucek mata yang masih terpejam

Di liriknya sebua jam weker di nakas samping kasurnya.

“udah pagi, ternyata.”Hanah kembali meregangkan otot otot yang rasanya kaku, kini ia telah berjalan dan terhenti saat di depan pintu.

“aiish, hampir lupa...”

Kembali ia berjalan menuju wc di kamarnya, membasuh wajahnya yang nampak burik. Hampir saja ia lupa, dirinya tak sendiri di rumah ini, ada Fathan.

Di depan cermin, Hanah tersenyum menatap pantulan dirinya. “aduh baru nyadar, ternyata anaknya ayah Edward lumayan cantik juga yah..” Puji Hanah pada pantulan dirinya di cermin

Kini ia berjalan menuju dapur, Meregangkan jari jemarinya lantas memulai kesibukannya dengan benda benda di dapur

di lain sisi, Fathan terduduk di atas sajadah yang masih tergelar cantik di kamar tamu, lantunan ayat ayat Al-Qur'an kini terdengar dari kamar itu, Fathan dengan khusyuk membaca  ayat demi ayat.

Hingga aroma aneh memasuki Indra penciuman nya, Fathan lantas mengalihkan fokus dari Al-Qur'an Dengan panik Fathan menyudahi aktifitasnya, melipat sejadah yang masih tergelar, dan berjalan ke luar kamar mencari keberadaan Hanah

“Han, kamu masak?”tanya nya saat melihat Hanah duduk di sofa

“iya, ayah. Hanah baik baik aja kok. Kapan kesini, yah.”

Fathan memasukkan tangannya di saku celana yang ia kenakan. Menggeleng geleng mendapati kebiasaan buruk sahabatnya lantas berjalan ke arah dapur

Dan benar saja, dapur sudah di penuhi asap. Dan lihatlah wujud ayam di atas panggangan sana, rasanya Fathan pun dapat mendengar jeritan hati ayam yang kini terlihat begitu hitam pekat

“tau nggak, yah. Pagi ini Hanah panggang ayam.”

Suara Hanah mendekat ke dapur, tak berselang lama kini gadis itu berdiri di pintu dapur dengan mata berkedip kedip menatap wujud dapurnya saat ini

“halo, Han. Ayamnya baik baik aja?”

“Hah!... haha iya, yah. Ayamnya baik baik aja kok.  Kayaknya Hanah bakalan makan enak pagi ini.”ucap Hanah sambil tersenyum kecut setelah mendekat ke arah ayam panggang nya yang kiranya tak layak makan lagi

Sedang Fathan yang bersandar di dinding dekat kompor nampak tertawa, menikmati ekspresi Hanah. Sambil bersedekap dada ia terus menatap Hanah tanpa sedikit pun beralih

“ayah, Hanah pengen nikah sama penjual ayam panggang aja deh. Biar Hanah nggak perlu manggang ayam dan buat salah sama ayam lagi.”

Kekehan dari sebrang sana terdengar, Hanah hanya cemberut sambil memajukan bibir

“ayah ihhh kok ketawa, yang lucu apanya, yah?Hanah serius nih, yah.” kesal Hanah sambil berjalan menuju sofa dengan menghentakkan kakinya

“Vin, cariin saya penjual ayam panggang."

buat apa bos? bos pengen makan ayam panggang.”

“buat di nikahin sama Hanah, Vin.”

Percakapan Edward dengan pengawalnya itu membuat Hanah ikut tertawa, sehingga Fathan yang menyaksikan itu tak habis pikir. Kenapa nggak dari dulu seperti ini? Tanya Fathan yang muncul begitu saja  dalam benaknya

Me Or Your Religion Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt