: ni :

25.6K 6.2K 4.7K
                                    

Jaehyuk misuh-misuh sambil menggendong vampire yang memiliki luka di dadanya. Bukan ke vampire itu misuh-misuhnya, tapi ke iblis yang menyerang mereka.

Jaehyuk yang sedang kesal berubah marah karena diganggu seperti itu. Serius, rasanya Jaehyuk ingin menghancurkan seluruh pohon di hutan, tapi dia tentu tidak akan melakukan itu.

Di kanannya ada Haruto yang tak kalah kesal, berlari sambil menggendong teman vampirenya di punggung. Haruto marah sekaligus khawatir, kondisi temannya semakin buruk dari waktu ke waktu.

Sementara di depan mereka ada Guanlin, Win, dan Junseo, di kanan dan kiri mereka ada Woonggi dan Jerome, sementara di belakang ada Yedam, Asahi, dan Taehyun.

Mereka bekerja sama melindungi empat orang di tengah mereka.

"Jerome, Woonggi, jangan bikin kebakaran hutan!" Seru Junseo mengingatkan.

Dua iblis itu tak mendengarkan, situasi hati mereka cukup buruk akibat kehilangan satu saudara sekaumnya. Keduanya tak mendengar apapun lagi, jiwa iblis menguasai tubuh mereka.

Para iblis banyak yang kewalahan melawan mereka. Ya iyalah, prajurit Kerajaan Moto Moto dilawan.

"Gak ada jalan pintas ke tempat lo, kak?!" Tanya Taehyun setengah berteriak tapi tidak terlihat wujudnya, dia memakai helm ayahnya.

"Ada, tapi musuh bakal tau jalan itu kalau kita lewat sana," jawab Asahi sambil menghindari serangan.

"Kalau kita kumpul begini bakal memperlambat waktu, lebih baik berpencar," ujar Yedam seraya menangkis serangan menggunakan pedangnya.

"Kalau berpencar bukannya makin mudah ketangkep?" Tanya Haruto.

"Lo dan Kak Jaehyuk pergi dulu bareng Kak Asahi sama Kak Junseo. Sisanya tahan musuh disini, lima detik dari sekarang!"

Guanlin melempar petir ke langit, menyebabkan iblis-iblis yang sedang terbang di atas tersambar seketika. Junseo membuat perlindungan setelahnya, lalu berlari disusul Haruto, Jaehyuk, dan Asahi.

Taehyun melihat ada iblis lain yang datang dari arah timur, jumlahnya lebih banyak dari sebelumnya.

"Mereka beda dari iblis yang sebelumnya," ucap Woonggi memberi tahu. "Mereka jauh lebih kuat, tapi gue bakal berusaha untuk tahan mereka."

Yedam mengangguk tanpa melihat. "Semangat, gak boleh ada yang gugur kali ini."

Win diam. Saat ini memang tidak akan ada yang gugur. Tapi maaf, dalam peperangan pasti selalu ada yang gugur, entah sedikit maupun banyak.

























































Jisung memantau sekolah dari rooftop gedung tak jauh dari sana. Dengan menggunakan teropongnya, dia bisa melihat situasi terkini disana. Dia menahan tawa, semua musuh dibuat geger karena Sungchan ditembak Haechan.

Omong-omong, dia sendirian disini. Tidak perlu takut ketahuan, tempat persembunyiannya cukup bagus. Kan dia bersembunyi di dalam tong air berukuran besar.

"Mereka percaya diri bakal menang, tapi mereka sendiri gak bisa liat musuh di sekitar mereka," gumam Jisung tertawa kecil.

Tapi tawanya tak bertahan lama, sebab dia melihat seorang oni keluar dari gerbang depan, disusul barisan murid kurang lebih dua puluh orang. Matanya memicing tajam, mengamati pergerakan mereka dengan saksama.

Tapi setelahnya, Jisung terbelalak dan keluar dari persembunyiannya, berlari turun melewati tangga dengan langkah cepat.

Oni itu berkontak mata dengannya, ini gawat.

New Era | 00-04 Line ✓Where stories live. Discover now