: ni juu go :

19.6K 5.7K 3.8K
                                    

Di dalam rumah kosong dengan perlindungan sihir, keempat pemuda berkumpul bersama. Iya berempat. Yoshi, Jaemin, Bomin, dan si pejuang yang belum dipublikasikan.

"Lo yakin ini bakal berhasil? Gue agak gak yakin sama rencana lo," kata Jaemin ragu sebab rekan pejuangnya tersebut hendak melakukan hal gila.

"Yakin, kalian mau kan dua orang yang kena pengaruh sihir balik normal? Kita gak bisa asal bilang kalau mereka kena sihir, yang lain malah berbalik curiga sama kita. Kita harus pancing dua orang itu, walaupun resikonya besar, mereka bakal langsung bunuh siapapun di depan mata kalau ketauan."

"Sebenernya gue tau siapa aja yang kena sihir," timpal Yoshi. "Tapi, gue tutup mulut karena gue gak punya bukti. Karena itu, sebelum sampe di arena perang nanti kita harus hilangin sihirnya."

"Siapa aja?! Kok lo gak bilang ke kita?!" Pekik Bomin terkejut dan kesal.

"Dibilang gue gak punya bukti, makanya gue gak bilang!" Balas Yoshi ikut kesal, hampir saja membakar lemari di sampingnya.

"Gak semudah itu hilangin sihirnya," ucap Jaemin. "Sihir itu bikin jiwa si pemilik raga terikat sama sihirnya, orang yang kena sihir itu cuma punya peluang dua puluh persen untuk selamat."

"Mereka kan bukan manusia, Min. Pasti bisa tahan lah," kata Bomin tampak tak setuju.

"Sama aja, mau manusia ataupun bukan hasilnya sama. Sunwoo itu pake sihir kegelapan, otomatis ya... lo tau hasilnya bakal gimana."

Si pejuang terakhir ini mengangguk-anggukkan kepala setuju. "Gue setuju sama Jaemin, satu-satunya cara ya yang gue bilang tadi, kita harus lepas paksa sihirnya tanpa henti. Dengan begitu mereka bisa bebas."

"Itu kalau berhasil, kalau enggak? Kita bisa ikut mati karena kita yang bakal keluarin sihirnya," ucap Bomin.

"Kalau cara gue gak berhasil, terpaksa kita harus minta tolong ke Doyoung."

"Dia gak bakal mau, gue yakin."

"Gue tau. Tapi dia pasti berpikir mana yang harus dia lakuin. Lindungin temennya dan biarin banyak orang dibantai sama temennya itu, atau bunuh temennya dan lindungin nyawa orang banyak."

"Jadi bener si Seongmin masih kena sihir?" Tanya Bomin terkejut, dia pikir Jaemin hanya jaga-jaga saat berkata ingin mengurung oni itu.

"Gak cuma dia, ada satu orang lagi yang kena sihir. Gue gak tau yang lain sadar atau engga, yang pasti orang ini gak keliatan kalau dia kena sihir."

"Siapa?"

"Tanpa gue kasih tau, nama orang itu ada di pikiran lo sekarang."








































































Minhee menghela nafas, masuk ke dalam ruangan khusus tempat Seongmin dikurung sementara. Sejujurnya, dia tidak terima dan marah. Tapi mau bagaimana lagi, sebagian besar setuju dengan ide Jaemin.

Dapat ia lihat adik oninya itu duduk termenung menghadap cermin, tatapannya begitu sayu. Seperti menyalahkan diri sendiri.

Kalau memang benar Seongmin terkena pengaruh sihir, Minhee takut kehilangan seseorang yang berharga di hidupnya. Apalagi di rumah tempat ia tinggal sementara ada demon slayer yang membasmi oni jahat. Kalau sihir Seongmin tidak hilang, bukankah itu sama saja karena Seongmin membunuh orang? Mau tak mau harus di... ah, Minhee tak ingin membayangkannya.

"Gue ngerasa gue ini beban untuk kalian." Seongmin berujar sendu, menatap Minhee dari pantulan cermin.

"Mana ada! Yang beban tuh si Sunwoo, Sungchan, dan anak buahnya!" Bantah Minhee tak setuju.

"Kalau gue memang dikendaliin sihir, tolong bunuh."

Tidak, Minhee tidak bisa.

"Kalau tanda-tanda sihir muncul di diri gue, langsung bunuh tanpa ragu."

"Gak, gue gak mau!"

"Gue gak mau bunuh temen gue sendiri, kak. Gue gak mau bunuh orang lain lagi, gue mohon bunuh gue sebelum gue bunuh kalian," pinta Seongmin lirih, bersungguh-sungguh akan ucapannya.

Perkataannya barusan, terasa deja vu. Seperti tidak asing dan pernah terjadi sebelumnya...

"Lo yakin sama keputusan lo, Min?" Tanya Doyoung tiba-tiba muncul bersama Sunoo di belakang Minhee.

"Apa-apaan?! Gak gak gak, gue bakal bunuh lo kalau lo bunuh Seongmin!" Seru Minhee emosi.

"Min, pasti ada cara untuk hilangin sihirnya," ucap Sunoo sama tak setujunya dengan Minhee.

"Memang ada, tapi hasilnya sama, kematian. Tinggal pilih aja, gue yang mati atau orang lain yang mati," balas Seongmin teguh pendirian.

"BISA GAK SIH GAK PASRAH KAYAK GITU?! LAMA-LAMA GUE JADIIN MENU RESTORAN LO! INI UDAH MALEM WOI, JANGAN RIBUT!" Teriak Hyunjin mengancam dari ruang tamu.

"BISA GAK SIH SEHARI AJA GAK BAHAS RESTORAN?! GUE DOAIN GAGAL MAMPUS LO!" Teriak Jungwon kesal dan bosan.

"BERISIK! GUE LAGI MERENUNG TENTANG ULANG TAHUN GUE NIH! BENER-BENER DEH, BESOK GUE ULANG TAHUN BUKANNYA DIBIKIN SENENG!" Sahut Woonggi emosi dari kamarnya.

"Jangan teriak bisa kan?! Gue geprek lo!" Ini Haechan yang bilang.

"Aduh, perut gue mules!" Kata Intak bolak-balik ke kamar mandi.







JEDER!






BUM!





"SUARA APAAN TUH?!" Minhee panik sampai meloncat hampir selangit-langit ruangan, kedua kalinya loh ini.

"SEMUANYA KELUAR!"

Perintah yang tak biasa dari Asahi tersebut sontak membuat semua orang di dalam ruangan berbondong-bondong keluar rumah.

Di luar, Asahi mendongak ke langit, raut wajahnya terlihat kebas.

Yang lain ikut mendongak. Rupanya, di langit terdapat cahaya berwarna hijau dan merah membentuk sebuah lambang, dapat diyakini itu adalah lambang pasukan Sunwoo.

Rasa gelisah dan penuh tekad bercampur menjadi satu di dalam diri mereka. Mereka harus memenangkan perang ini, kedamaian hidup orang banyak ada di tangan mereka.

Mereka siap, sangat siap.

The big war will start tomorrow.

New Era | 00-04 Line ✓Where stories live. Discover now