: san juu ni :

20.6K 6K 6.5K
                                    

Asahi menatap naga yang terbang di atas dengan tatapan kagum, tak pernah ia melihat naga secara langsung seperti ini. Pertarungannya terhenti, sebab musuh memfokuskan diri untuk melawan para titan, leviathan, dan naga milik si keturunan Hades.

Harusnya dia membiarkan Haechan membawa ponsel, biar diabadikan menjadi sebuah kenangan. Habis itu dipamerkan ke teman-teman deh.

Para demigod dari Romawi menyerukan semangat, lanjut menyerang pasukan yang teralihkan perhatiannya. Asahi berdecak takjub, rasanya seperti ada di dalam film.

Api naga tersebut disemburkan, membakar musuh dalam waktu cepat. Semua orang berlarian, tak ingin terbakar hidup-hidup.

Fokus terpecah, semua orang memilih menyelamatkan diri dan menyerang naga tersebut agar mereka bisa lanjut berperang. Namun tidak untuk para vampire yang merasa lapar saat mencium aroma darah dimana-mana.

Asahi menoleh ke lereng, Jisung masih menembaki musuh menggunakan snipernya. Dia cukup jeli, tembakannya selalu tepat sasaran. Para hunter berkurang drastis karenanya.

Para titan menyerang, musuh kelabakan sebab tubuh besar mereka. Penyihir bekerja sama melawan, titan-titan itu tak boleh dibiarkan.

"Asahi, lo udah tau tentang ramalan itu?" Tanya Soobin berlari menghampirinya. Peluh membasahi wajah dan lehernya, penampilannya kacau.

"Tentang pengorbanan supaya kemenangan datang?" Tebak Asahi.

"Lo bener. Gue takut, firasat gue buruk."

Asahi diam, matanya memandang lurus leviathan di pantai sana. "Siapa aja yang disebutin dalam ramalan?"

Soobin menggeleng tanda tak tahu. "Gue belum denger semuanya dari Jisung, tapi kemungkinan besar, yang bakal berkorban di antara Yoshi, Hyuka, Win, atau Junkyu."

"Win?"

"Ibunya dewi pembalasan, dia pasti berkorban untuk balas semua perbuatan musuh... semoga aja dugaan gue salah."






BUM!





Dentuman keras terdengar, sebagian pasukan penyihir terlempar akibat serangan titan. Dari atas naganya, Taehyun terkekeh melihat musuh mulai ketakutan. Kedatangannya mengejutkan sekali rupanya.

"Selain musuh, kita juga punya masalah," ucap Soobin mengeluarkan sebuah tabung kecil berisi pil berwarna putih. "Buat sihir mereka hilang. Seongmin, Sunoo, dan Sungwon harus telan pil ini. Gue minta tolong, gerakan lo cukup cepet."

"Ini maksudnya apa?" Tanya Asahi menyipitkan mata, perasaannya tidak enak.

"Pil ini bisa hilangin sihir, hasil eksperimen gue tiga tahun yang lalu. Buat mereka telan pilnya, sihirnya bakal hilang. Yang lain bakal berusaha tahan mereka, lo maju disaat ada celah. Satu hal lagi."

Pemuda tinggi itu mengeluarkan sebuah batu permata berwarna merah─ semerah darah ─kemudian memberikannya ke tangan Asahi.

"Ini punya keluarga lo, kan? Gue berhasil rebut ini dari orang-orang jahat itu, simpen baik-baik. Anggap aja ini ucapan terima kasih karena lo udah temenin adik gue di masa sulitnya."

Asahi menatap batu permata itu dalam diam, lalu kembali menatap manik hitam Soobin.

"Kenapa bukan lo aja yang kasih pilnya?" Tanya Asahi tak mengerti, Soobin hanya tersenyum.

"Tolong ya, Asahi."

Entah mengapa, firasat Asahi buruk. Sangat buruk, seperti akan terjadi sesuatu tak lama lagi.












































New Era | 00-04 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang