: juu :

20.6K 5.9K 4.5K
                                    

Ada yang kira Jaemin itu iblis ya gara-gara temennya Yoshi. Bukan, Jaemin itu penyihir Gryffindor ya.

Oh ya, kemampuan Charmspeak kan milik Dewi Aphrodite, disini aku buat Sunghoon punya kemampuan itu juga. Soalnya dari yang ku baca, kemampuan Charmspeak itu bisa diajarin ke orang yang bisa sihir. Dan iyap, Sunghoon bisa sihir walaupun sedikit :")

Empat orang yang bakal dateng nanti gampang ditebak. Soalnya aku lagi males bikin tebak-tebakan yang susah wkwkwk. Tapi inget cluenya ya ^^

Satu lagi, siapa orang yang kata Jisung nyerang dia, Jeno, dan Yoonbin di goa? :)


















"Loh, kenapa lo udah balik? Ini masih tengah hari," heran Sungchan melihat Junho kembali tanpa anak buahnya, mimik wajahnya datar, lebih datar dari biasanya.

"Sunghoon mati, gue yang bunuh," jawab Junho berbeda dari yang ditanyakan.

Sungchan merasa aneh, semudah itu mengalahkan vampire berdarah murni? Wah, jangan sampai pangkat Junho dinaikkan, dia tidak terima.

"Terus lo mau ngapain sekarang?" Tanya Sungchan lagi.

"Cari orang," jawab Junho datar, lalu pergi begitu saja.

Sekarang, Sungchan yakin dengan dugaannya. Ada yang tidak beres dengan Junho. Ya iyalah, Junho kan sudah dikendalikan oleh Sunghoon dengan kemampuan charmspeaknya.

Vampire yang satu itu berbeda. Kemampuan charmspeak adalah milik Dewi Aphrodite, tapi dia bisa melakukannya. Emejing.

"Tau ah, mending siapin pasukan baru," kata Sungchan memilih cuek.

Dia tidak tahu kalau Doyoung menguping pembicaraannya dengan Junho dari dalam lemari, masalah ketahuan atau tidak itu urusan belakangan.

Karena sekarang, Doyoung akan mencoba keluar dari sekolah saat gerbang utama dibuka. Berdasarkan informasi yang didapat Haechan, gerbang akan dibuka pukul 13.00, yang artinya sepuluh menit lagi.

Yang dia pikirkan sekarang adalah, bagaimana dia kesana? Tadinya Intak menawarkan diri untuk ikut agar lebih mudah kaburnya, tapi Doyoung menolak dengan alasan sendiri lebih baik. Kalau berdua takut ketahuan, apalagi banyak musuh berlalu lalang.

Berbekal pedang demon slayer miliknya, dia keluar dari lemari saat Sungchan telah pergi. Dia mengendap-ngendap melewati koridor kelas satu yang sepi. Dia bisa mendengar keluhan-keluhan dari dalam kelas, dimana murid-murid kelas satu berkumpul dan ditahan.

Orang tua mereka pasti khawatir, bahaya jika datang ke sekolah dalam keadaan seperti ini.

"Kim Doyoung, demon slayer."

Nah loh, suara siapa itu?

"Kalau mau pergi, pedangnya diangkat terus, jangan dipegang doang."

Suara datar itu membuat Doyoung menoleh ke koridor di kanannya. Siapa orang itu? Sepertinya, Doyong pernah melihat pemuda pucat itu.

"Lo siapa? Kenapa gak pake seragam sekolah?" Tanya Doyoung sepelan mungkin.

Si lawan bicara berjalan mendekat sambil menjawab, "gue Asahi, salah satu anggota yang bakal lawan Kak Sunwoo beserta anak buahnya. Gue kakak kelas lo, lulus tahun kemarin."

Doyoung kaget, itu orang kok bisa masuk ke sekolah? Kapan datangnya? Apa dia sendirian? Kenapa dia kemari? Benarkan dia Asahi? Seketika kepalanya dipenuhi banyak pertanyaan, pusing.

"Gue bisa masuk kesini karena tadi gerbang utama kebuka. Gue dateng lima belas menit yang lalu. Gue sendirian. Dan gue memang Asahi."

Dasar Asahi, enak sekali ya membaca pikiran orang sembarangan. Kenapa sih semua vampire memiliki kemampuan seperti itu? Aku kan pingin.

"Apa rencana lo sekarang?" Tanya Doyoung memilih percaya.

Asahi merangkul Doyoung, tersenyum miring setelahnya. "Gerbang masih kebuka, pegangan."

Lalu wush~ Asahi melesat membawa Doyoung bersamanya, keluar dari sekolah tanpa ada yang tahu karena tidak ada yang berjaga disana.














































































Woonggi termenung di balkon rumah Yoshi, perasaannya tidak enak. Dia khawatir, entah kenapa Jerome tiba-tiba muncul di pikirannya. Masalahnya, Jerome bilang akan datang pagi ini, tapi sekarang sudah sore.

Dia berharap kakak sepupunya itu baik-baik saja, nanti siapa yang akan dia palakin lagi? Nanti dia tidak bisa jajan lagi dong.

Tidak kok, bukan itu. Dia tidak mengharapkan uang jajan, tapi dia ingin Jerome baik-baik saja, cukup Taeyoung, jangan lagi.

"Butuh temen?"

Agak terkejut mendengar suara asing dari belakang, untung saja dia tidak terbang.

"Makasih banyak ya, obat buatan lo berhasil sembuhin luka gue dalam waktu cepat," lanjut pemuda dengan senyum manisnya, berjalan dan berdiri ke samping Woonggi.

"Sunoo kan?"

Yang ditanya mengangguk. "Gue adik kelas lo, kelas dua."

Woonggi menghela nafas, memegang besi pembatas seraya menghadap ke depan. "Pasti lo kaget, baru bangun langsung dihadapin perang."

Sunoo mengangguk lagi. "Gue dijelasin semuanya sama Kak Junseo, dan gue bakal ikut. Gue bakal balikin keadaan seperti semula."

Serius, Woonggi terkejut mendengarnya. Ini vampire baru bangun pingin ikut perang? Wah, ini vampire ambisius sekali.

"Lo belum pulih, jangan aneh-aneh," kata Woonggi melarang.

"Pejuang itu gak akan berhenti walaupun sakit," balas Sunoo, tetap mempertahankan senyumannya.

Perkataan Sunoo membuat Woonggi tertohok.

"Sakit hati karena kehilangan seseorang memang berpengaruh besar ke perubahan diri, tapi jangan biarin itu membuat lo melepas tanggung jawab yang harus lo laksanain. Kalau lo pejuang, lo bakal lanjutin apa yang udah temen pejuang lo lakuin," ujar Sunoo menatap manik hitam Woonggi, menepuk pundaknya sekali lalu masuk ke dalam.

Iblis yang merupakan calon prajurit ini terdiam, dadanya merasakan gemuruh emosi, dendam, dan semangat yang tercampur menjadi satu.

Sesaat kemudian, dia mendongak menatap blue hour yang indah. Dia tersenyum, disertai semangat yang membara.

"Taeyoung, gue gak akan biarin pengorbanan lo sia-sia."











































"Siapa yang harus gue bawa?" Tanya seseorang dari kebun tak jauh dari rumah Yoshi.

Si penyihir ini menatap datar ke depan. "Bawa Yedam kesini, dia penyusun strategi yang handal kan? Kita bakal berhasil, dia pembawa keuntungan."

Orang di depannya mengangguk, melesat pergi setelah meminum ramuan penghilang bau asli identitasnya.

Membuat ekspresi datar si penyihir, berubah menjadi seringaian lebar penuh makna. "Licik juga gue. Tapi gak salah sih, pantes aja banyak yang benci."

New Era | 00-04 Line ✓Where stories live. Discover now