Part 35. Hati

104 39 76
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

Happy reading...

*****

Ali duduk di atas rumput yang sedikit lembab karena habis terkena air hujan sembari memeluk lututnya sendiri. Tepat di depannya terdapat danau yang dapat menyejukkan mata. Angin berhembus membuat Ali merasa sedikit lebih tenang.

Setelah tahu tentang ayahnya dengan melihat foto itu, Ali tidak bisa menjernihkan pikirannya dan malah pergi begitu saja dari rumah dan berniat untuk mencari ayahnya sendiri. Apalagi dia yang tidak mendengar lebih dulu penjelasan dari Anna.

"Kalo udah selesai nenangin diri, mending langsung pulang. Kasian tante Anna, dia khawatir sama lo."

Ali menoleh ke belakang kala mendengar suara itu. Dia mendapati Cia yang sedang berjalan ke arahnya lalu duduk di sampingnya dengan menolehkan kepala padanya.

"Lo tau dari siapa gue ada di sini?" tanya Ali, namun pandangannya masih lurus ke depan.

"Gak penting gue tau dari siapa. Yang penting gue tau kalo lo gak ngelakuin hal yang macem-macem. Misalnya ... kayak berdiri di tengah jalan?"

"Gue gak segila itu kali," celetuk Ali tiba-tiba membuat Cia terkekeh pelan. Lalu Cia menghela napasnya. Menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

"Tante Anna udah cerita semuanya tentang masalah kalian berdua. Yang bikin lo kabur dari rumah."

"Gue gak kabur. Gue cuma pengen nenangin diri aja, seperti yang lo bilang." Ali menjeda ucapannya lalu menunduk. "Gue ... cuma kecewa aja, kenapa bunda gak pernah cerita soal ayah ke gue."

"Harusnya lo tanya baik-baik sama bunda lo. Jangan main kabur gitu aja dan bilang mau pergi cari ayah lo. Tante Anna tuh khawatir banget sama lo."

"Lagian mau cari ayah lo di mana coba? Lo aja gak tau sekarang dia tinggal di mana, ya kan?"

Ali menatap Cia dengan memasang wajah melasnya. "Terus ... gue harus gimana?" Cia yang ditatap seperti itu merasa gemas pada Ali. Namun Cia tahan agar tangannya itu tidak mendarat pada pipi cowok itu.

"Yaudah sekarang lo pulang ke rumah. Minta maaf ke bunda lo. Terus bicarain baik-baik masalah kalian berdua." Ali terus menatap Cia dengan lekat. Mendengarkan semua ucapan yang dilontarkan dari mulut cewek itu.

"Gue beruntung lo ada di sini," celetuk Ali tiba-tiba membuat Cia langsung mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Gue gak tau kalo gak ada lo di sini, nasib gue bakal gimana. Mungkin sekarang gue masih diem di sini dan bingung mau ngelakuin apa."

"Gue bilang gitu, karena emang itu yang harus lo lakuin. Seharusnya, tanpa gue kasih tau juga, pasti lo udah ngerti sendiri kan?" Ali tak membalas ucapan Cia. Dia mengalihkan pandangannya sambil menghela napas pelan.

"Cia?" panggil Ali.

"Hm?"

"Maaf ...."

"Buat?" tanya Cia sambil menoleh pada Ali.

"Maaf karena gue gak jadi beliin lo helm." Cia melongo tak santai kala mendengar ucapan Ali. Bisa-bisanya cowok itu masih memikirkan tentang helm, padahal dirinya sendiri sedang ada masalah.

*****

Keesokan harinya, Cia sedang bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat. Cia duduk di depan cermin dengan mengoleskan krim wajah pada wajahnya. Tidak lupa, dengan memoleskan tipis-tipis liptint pada bibirnya.

"Sebagai gantinya gue bakal ngajak lo ke suatu tempat besok."

Perkataan Ali kemarin saat di taman, membuat Cia senyum-senyum sendiri. Ali bilang dia akan mengajak Cia jalan-jalan sebagai ganti karena tidak jadi membelikannya helm.

Saat sedang melamun sambil senyum-senyum sendiri, suara klakson motor membuyarkan lamunannya. Lantas Cia langsung berdiri dan berjalan menuju jendela kamarnya.

Dari dalam rumahnya, Cia melihat Ali yang sudah stand by di atas motornya sambil melambaikan tangan padanya. Memberitahu pada Cia agar dia segera keluar rumah dan pergi menemuinya.

Cia mengangguk, mengerti maksud kode dari Ali. Cia langsung menutup jendela kamarnya dan berlari keluar kamar dan pergi menemui Ali.

*****

Ali mengajak Cia ke Dufan. Dufan yang sama yang pernah mereka kunjungi bersama Fia dan Dio. Tapi kali ini berbeda, hanya mereka berdua saja yang pergi ke sana.

"Masih inget gak waktu kita ke sini bareng Dio sama Fia. Waktu itu kita naik rollercoaster sampe lo ketakutan banget," ujar Ali bernostalgia pada kejadian dulu.

"Jangan inget kejadian itu lagi. Gue malu sumpah," tukas Cia dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tapi, bukan Ali namanya kalau sehari saja tidak menjahili Cia. Ali terus saja menceritakan kejadian itu padahal daritadi Cia sudah menyuruhnya untuk berhenti.

"Lo ketakutan terus megang tangan gue sambil teriak 'mamah ... Cia takut, bang berhentiin keretanya'." Ali menirukan suara Cia yang berteriak meminta tolong saat mereka berdua naik rollercoaster.

Cia memukul lengan Ali, namun dengan cepat Ali menghindar lalu tertawa melihat wajah Cia yang memerah karena menahan malu.

"Ih Ali! Lo rese banget si! Gue bilang berhenti gak? Jangan ceritain itu lagi!"

"Yeee gak kena." Ali menjulurkan lidahnya, mengejek Cia. Lalu pergi berlari meninggalkan Cia begitu saja.

"Ih Ali, lo rese banget si! Tungguin gue!" teriak Cia karena ditinggal begitu saja oleh Ali. Lantas Cia langsung berlari menyusul cowok itu.

*****

"Ali?"

"Hm?"

"Gue punya tantangan buat lo."

"Tantangan apa?" tanya Ali sekilas menoleh pada Cia. Saat ini, mereka berdua sedang duduk di kursi yang ada di sana untuk beristirahat sebentar. Mereka baru saja menaiki beberapa wahana yang masih terlalu mudah. Seperti kora-kora, bianglala dan kuda putar.

"Kalo lo berani naik wahana itu." Cia menunjuk wahana tornado yang sangat menyeramkan. "Lo boleh minta satu permintaan."

Ali mendongak melihat wahana itu. Sangat tinggi dan menyeramkan. Tapi ingat satu hal! Ali tidak takut akan hal itu.

Ali kembali menoleh pada Cia. "Oke. Siapa takut! Jadi, kalo gue berhasil naik wahana itu, gue bebas boleh minta satu permintaan?"

"Iyaa bebas, terserah lo."

"Kalo gue minta buat lo jadi pacar gue gimana?" celetuk Ali tiba-tiba membuat Cia langsung terdiam. Tiba-tiba saja pipinya memanas mendengar perkataan cowok itu. Apa Ali benar-benar dengan ucapannya? Pikir Cia.

Melihat ekspresi Cia yang kelihatan bingung, lantas Ali kembali bersuara, "Enggak, gue bercanda. Yaudah ayok." Dengan cepat Ali menarik tangan Cia. Cia hanya menurut saja saat tangannya ditarik oleh Ali. Sungguh, Cia masih memikirkan perkataan Ali yang tadi.

"Kenapa lo terus bercanda soal hati, Li ...," lirih Cia dalam hati.

*****

Tbc...

ALICIA✔Where stories live. Discover now