Part 24. Terbongkar

97 42 16
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

Happy reading...

*****

"Kita balik ke kelas yuk! Perasaan gue jadi gak enak," ujar Cia merasa seperti ada yang tidak beres. Mereka berdua masih berada di perpustakaan karena bel masuk belum berbunyi.

Fia menaruh buku yang tadi dipegangnya kembali ke tempat semula. "Yaudah yuk! Bentar lagi juga mau masuk kelas," ajaknya kemudian.

Dan benar saja. Saat di perjalanan menuju kelas, bel masuk sudah berbunyi. Lantas mereka berdua mempercepat langkahnya menuju kelas. Saat tepat di depan pintu, Cia semakin merasa gelisah, seperti akan terjadi sesuatu.

Namun pikiran itu cepat-cepat ia singkirkan. Mungkin hanya perasaannya saja. Itulah kalimat yang terus saja ia ucapkan dalam hati untuk meyakinkannya.

Fia mendorong pintu kelas yang kebetulan tertutup. Saat pintu sudah terbuka, Fia masuk terlebih dulu dan disusul oleh Cia. Keadaan di dalam kelas benar-benar sepi. Tidak ada suara sedikit pun. Mungkin saja karena bel sudah berbunyi dan kegiatan pembelajaran akan segera dimulai.

Setelah Cia dan Fia duduk di kursinya, tak lama kemudian Bu Tifa masuk ke dalam kelas dan memulai kegiatan belajar mengajarnya.

*****

"Ada-ada aja lo!" Cia tertawa saat mendengar cerita lucu dari Fia. Pelajaran pertama sudah selesai. Kini tinggal menunggu guru yang akan mengajar di jam kedua.

Di waktu-waktu luang, Fia dan Cia saling mengobrol dan bertukar cerita sambil menunggu guru masuk ke dalam kelas. Sesekali Cia tertawa karena mendengar cerita aneh dan lucu dari Fia.

"Cia." Tawa Cia terhenti saat melihat Rora yang tiba-tiba berada di depan mejanya. Cia mendongak menatap Rora dengan tatapan bertanya.

"Gue boleh tanya sesuatu?" tanya Rora dengan hati-hati. Cia pun mengangguk mengiyakan.

"Cia emang bener Ali pernah dioperasi gara-gara nolongin lo karena lo diculik sama preman? Terus emang lo hampir di ... perkosa sama itu preman?" tanya Rora beruntun dengan mengecilkan suaranya saat menyebutkan kata 'perkosa'. Cia tersentak saat mendapat rentetan pertanyaan dari Rora.

"Maksud lo nanya gitu apaan?" tanya Fia yang mendengar pertanyaan random dari Rora. Jelas saja Fia marah. Bisa-bisanya Rora bertanya hal memalukan seperti itu.

Rora menoleh pada Fia. "Gue cuma mau mastiin apa yang tadi gue omongin bener apa enggak," jawab Rora masih dengan kepala dingin. Lalu kembali menoleh pada Cia.

"Jadi bener gak Ci? Gue cuma mastiin aja apa yang dibilang sama..." Tiba-tiba Fia memotong ucapannya.

"Sama siapa? Lo jangan ngomong yang aneh-aneh deh. Udah sana mending lo balik aja ke tempat duduk lo!" usir Fia yang mulai merasa kesal pada Rora.

"Nanti dulu. Gue harus denger jawaban dari Cia dulu," ujar Rora kukuh ingin mendapatkan jawaban dari Cia. Namun Cia tak mendengar apa yang dikatakan Rora.

"Urusannya sama lo apa!" Fia mulai terbawa emosi.

Cia masih saja tidak menjawab pertanyaan Rora. Dia terdiam sampai beberapa menit. Perdebatan antara Fia dan Rora pun tak ia dengarkan. Sekarang yang ada dipikirannya adalah bagaimana Rora tau tentang rahasia itu? Padahal dirinya sudah mengubur dalam-dalam hal yang sangat memalukan itu. Seketika ingatan tentang dirinya yang diculik oleh beberapa preman terulang kembali. Apalagi tentang dirinya yang hampir di ... cukup! Dia tidak mau mengingatnya lagi!

ALICIA✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora